Bab 2 : Kota Duratus

219 30 10
                                    

...

Setelah berhasil meninggalkan kediaman Canute, ia pergi menuju hutan dan berlari diatas tumpukan salju yang memenuhi jalan. Selimut yang dibawanya ia jadikan jubah untuk menutupi dirinya, selain untuk bersembunyi, selimut itu juga berfungsi sebagai penghangatnya. Mengingat suhu disana begitu rendah.

Cleo berlari sekuat tenaga, seolah hidupnya terancam. Ia bahkan tak peduli jika dirinya harus menembus semak belukar dihadapannya, hanya untuk mengambil jalam pintas yang cepat. Satu-satunya hal yang dipikirkannya saat ini hanyalah Jasmine. Gadis itu tidak akan bisa bertahan ditempat seperti ini, tidak tanpa dirinya.

Butuh beberapa jam untuknya keluar dari hutan, dan tiba di kaki bukit. Ya. Kediaman Canute memang berada di puncak bukit. Itulah sebabnya, ia bisa melihat pemandangan kota dari jendela kamarnya. Cleo bahkan baru menyadari, bahwa Canute tinggal di sebuah Kastil yang besar. Saat itu, ia hanya sekedar penasaran dengan bentuk rumah sang pemuda yang terlihat dari luar. Lalu, ia dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa itu.

"Hm. Dia pasti orang yang kaya, karena sanggup membeli Kastil sebesar itu untuk dijadikannya tempat tinggal" gumam Cleo yang masih terpukau dengan bangunan Kastil itu.

Sebelum Cleo melanjutkan perjalanannya, ia berhenti di dekat sebuah pohon besar yang sudah mati. Tangan kanannya mengelus perutnya yang rata dengan gerakkan memutar.

"Aku lapar.."

Menggeleng pelan, Cleo berusaha untuk tidak menghiraukan rasa lapar itu dan kembali berjalan dengan langkah yang diseret. Tubuhnya lemas, karena dingin dan kelaparan. Ia tidak tahu, sampai kapan dirinya akan bisa bertahan di luar sana. Terkadang ia menyesali pilihannya karena pergi terburu-buru. Padahal, jika ia menunggu sebentar lagi. Cleo pasti sudah mengisi perutnya yang kosong dengan makanan. Jika Canute tinggal di sebuah Kastil, tentu saja pemuda itu juga akan menghidangkan makanan yang sangat enak.

"Aah.. hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatku meneteskan air liur.." desahnya.

Di sekanya air liur yang berkumpul disudut bibirnya dengan telapak tangan, lalu Cleo kembali menggeleng untuk mengusir pikiran tentang makanan. Karena hal itu hanya membuatnya semakin tersiksa. Ia hanya semakin merasa lapar.

Cleo mengidarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, mencoba mencari sesuatu di lahan terbuka yang tertutupi salju. Kemudian, ia pun melihat itu. Matanya menyipit ke arah sebuah papan penanda jalan yang tersembunyi di dalam salju. Dengan semangat, Cleo berlari menuju papan itu. Walau terkadang, dirinya tersandung selimut dan membuatnya jatuh tersungkur.

Tangannya mengusap permukaan papan dan menyingkirkan salju yang menutupinya. Seperti dugaannya, itu adalah papan penanda jalan. Disana terdapat sebuah tulisan, yang kemudian dibaca oleh Cleo.

"Kota Duratus.."

Papan itu menunjuk ke arah kota yang ada didepannya, tempat tujuan Cleo berada.

"Sebentar lagi.. tunggulah aku sebentar lagi, Jasmine.." dan Cleo pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Disaat yang sama dengan itu, sebuah pergerakkan terlihat dikejauhan. Sekelebat bayangan  tampak mengikuti Cleo yang berjalan menuju Kota.

*

Setelah memastikan tempat itu sepi, Cleo segera keluar dari kotak kayu yang menjadi tempat persembunyiannya. Ia lalu menghempaskan dirinya di tanah dan bersandar pada tumpukan karung besar yang menutupi dirinya.

Cleo benar-benar tidak menyangka, jika di Kota ini hanya ada kumpulan para pria. Lalu, sebuah kesimpulan terlintas dibenaknya. Meski ini masih dugaannya, tapi Cleo benar-benar tidak percaya dengan itu. Ia pun memutuskan untuk bersembunyi disuatu tempat dan menenangkan diri terlebih dahulu. Untung saja, ia tidak sampai terlihat oleh orang-orang yang ada disana.

Once Upon a TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang