Epilog

980 89 23
                                    

Sorry for typo and everything...
This story is about yuri or GXG
If you don't like don't read
Thank you^^
Happy reading^^

Naomi POV
Cinta adalah keajaiban rasa, rindu adalah kelemahan kalbu, dan cemburu melemahkan rasa.

Disebut cinta sejak kau jatuh, hanyut hingga kau tak lagi utuh. Disebut cemburu sejak kau runtuh, hanyut dan tak lagi utuh.

Dalam cinta tak ada masa, dalam rindu tak ada waktu, dan dalam cemburu tak ada terang.

Cinta itu bias cahaya mentari pagi, rindu itu buih hamparan samudra, dan cemburu itu angin malam yang dinginnya menusuk sendi.

Veranda, ia hilang kepercayaannya kepadaku, karena perkara cemburu. Aku tahu ia begitu mencintai aku yang masih liar ini.

Aku yang sedang termangu di teras rumah ditemani sepisau sepi seiris rindu di piring kusam.

Masih terngiang kata-kata Keke di hangat telingaku, "love has no sin, berpulanglah kepadanya rahasia terdalammu. Soal Vienny biar aku yang urus. Veranda sekarang pasti sedang menangis dan tersedak air mata. Cepatlah pulang dan sekah air matanya."

Mencintai itu tak pernah alpa, iya seorang Veranda tak pernah alpa dalam hal mencintaiku seorang pelacur yang masih liar ini.

Cinta itu terbuat dari rindu dan air mata, cinta itu terbuat dari sebuah keyakinan dan sumpah setia, cinta itu terbuat dari imaji. Oleh karena cinta yang begitu imajinatif aku masih tetap liar dan akan selalu menjadi liar.

Masih hangat dalam ingat perkatannya sebelum aku pergi menyakiti hatinya, "jangan kau diam, kemarahan pun butuh tanda seru. Pulang dan hantam aku dengan kemarahanmu itu lebih baik dibandinhkan saling menyakiti dalam diam seperti ini."

Kejadian-kejadian kecil yang aku namai kenangan itu, mulai muncul dalam relung, benak dan kalbuku. Begitu manis cara Veranda mencintaiku.

Rindu yang menanggalkan seluruh raga ini begitu menyiksa. Tiap penyair toh rindu pulang, sama denganku yang rindu dengan degup jantung kekasihku, Veranda.

Veranda dan aku, kita penantian panjang, berjumpa di perjalanan pulang. Saling merindu dengan sendu sampai akhirnya bertemu.

Waktu yang kutempuh selama ini hanya untu kusangkal, diriku sendiri yang telah ku khianati. Aku menyakiti diriku sendiri dan Veranda dengan saling mendiami seperti saat ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, aku bergegas masuk ke dalam rumah setelah kuhabiskan ratusan senja dengan merenung.

"Ve," lirih ku memanggilnya sambil mengetuk pintu kamar kami.

"Ve," lagi lirihku memanggilnya.

"Ya," jawabnya serak, aku tahu aku mengganggu lelap tidurnya.

"Sudah kuputuskan, Ve," kataku padanya.

"Ini tengah malam, Shinta Naomi. Dan kau menyuruhku mendengarkan kesakitan hatiku?" Sergahnya sebelum kusempat menjelaskannya.

"Bukan, Ve. Dengar dulu," kataku menahannya yang ingin kembali masuk ke dalam kamar.

"Cepatlah," katanya, aku tahu ia menahan air matanya.

"Ve, kau boleh meragukan bintang yang berasal dari api, kau boleh meragukan matahari yang tak berputar melintasi langit, kau boleh meragukan setiap kebenaran, tapi jangan pernah sekali pun kau meragukan cintaku, cinta pertama seorang pelacur yang liar ini. Ve, sampai kapan pun aku tetap memilihmu dan mencintaimu," kataku dengan sekali tarikan nafas.

"Naomi," katanya dengan mulai menagis dan merengkuhku ke dalam dekapannya.

"Maaf karena pernah menghilangkan kepercayaanku kepadamu, maafkan aku yang pernah hampir berkhianat pada diriku sendiri," katanya dengan tangisan yang makin keras, aku berharap ia tak tersedak air mata.

"Ve," aku melonggarkan pelukannya dan menyekah air mata yang turun dari mata indahnya itu.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu, mana mungkin aku bisa tidur tanpa suaramu yang bagai melody kesedihan itu, mana mungkin aku bisa melupakan harummu yang beraroma manis felony itu, mana mungkin aku membenci satu-satunya malaikat yang aku paling cintai di seantero venus, Ve," kataku menjelaskan panjang lebar kepada malaikat-ku.

Ia kembali menangis sambil mendekapku, dekapan yang begitu erat tanpa mau melepas barang sekejap.

"Ve, cukup aku jatuh cinta pada jatuh, dan itu hanya kepadamu seorang. Dan berterima kasihla kepada renta kerinduan yang telah membawaku pulang ke dalam hangan nafasmu," kataku mengeratkan pelukanku kepadanya.

Di sinilah kisah kami akhirnya berakhir. Walau sebenarnya kisah kami tak pernah memiliki akhiran.




Demi malaikat, dewa langit, dan cupid. Aku bersaksi tiada Cinta selain Rindu.



















END




















Maaf karena cerita ini harus saya akhiri dengan sepihak.

Saya selalu menerima kritik dan saran di kolom comment

Don't forget to vote
See ya~~~
Mohon bantuannya^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sendu MerinduWhere stories live. Discover now