Tiga

23.7K 1.8K 18
                                    

Hidup yang awalnya tampak baik-baik saja,  dalam satu malam semuanya berubah. Di hadapannya sekarang, Jasmine yang awalnya tampak bahagia berubah menjadi penuh tangisan. Sehingga ikatan batin yang terjadi diantara mereka membuat Rose ikut menitikkan air mata. Perlahan ia memajukan tubuhnya dan memeluk erat tubuh kurus Jasmine yang duduk di atas tempat tidurnya.

Setelah akhirnya Jasmine membuka kepahitan dalam pernikahannya, kenyataan yang harus diterimanya dengan lapang dada. Sebuah fakta yang membuat setiap wanita merasa kehilangan kesempurnaannya. Layaknya seorang peri yang memiliki sayap namun tidak dapat mengepakkan sayapnya.

Dengan penuh kasih sayang, Rose mengusap punggung Jasmine. Berharap usapan lembut yang diberikannya mampu memberikan ketenangan untuk batin Jasmine.

"Maafkan aku, Jas. Aku tahu Tuhan pasti punya rencana besar untukmu dibalik semua ini," hibur Rose. Dibalik punggungnya, Rose dapat merasakan anggukan kepala Jasmine. Untunglah mama sedang menginap di rumah tantenya yang berada di Bandung. Sebab, Jasmine maupun Rose belum siap menceritakan segalanya kepada ibu mereka.

Rose tahu bagaimana perasaan Jasmine saat ini. Hancur berkeping-keping sampai tidak bisa disatukan lagi. Jujur Rose sendiri masih tidak percaya dengan musibah yang baru saja di dengarnya. Tapi itulah saty fakra yang harus diterimanya. Beberapa menit yang lalu, Jasmine berkata dengan senyum kesedihan di wajahnya jika ia memiliki kanker serviks yang sudah mencapai stadium 1A. Dan hanya satu pengobatan yang dapat dilakukannya, yaitu histerektomi-operasi pengangkatan rahim. Rahim, kebanggaan para perempuan di dunia ini yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Dan saudara kembarnya harus kehilangan harta paling berharganya itu.

Sakit rasanya dada Rose saat mendengarnya. Namun, di sisi lain ia juga tidak mau kehilangan saudara kembarnya. Rose belum siap untuk itu. Ia masih menginginkan Jasmine berada bersamanya.

"Aku harap kamu benar, Rose. Aku juga yakin ada makna yang indah dibalik semua ini," katanya sambil berusaha untuk tersenyum. Padahal Rose tahu seberapa besar usaha yang dilakukan Jasmine hanya untuk membuat sebuah senyuman. Membuat hati Rose teriris melihatnya. Entah mengapa Jasmine yang lemah lembut harus mengalami hal ini. Kenapa bukan dirinya saja yang kuat? Rose yakin, dirinya mampu melewati semua ini

Rose tersenyum tipis. Mengiyakan dalam hati jika semuanya akan baik-baik saja. Sesuai dengan harapan perempuan kembar yang sedang saling menguatkan.

***

Jonathan memandang istrinya yang sedang tidur terlelap di sisinya. Tadi ketika ia hendak memanggil istrinya yang sedang berada obegitu menyayat hatinya.

Rahang Joe mengeras ketika mengingat kejadian di mana penyakit laknat itu ketahuan berdiam di dalam tubuh Jasmine.

Wajah Joe menegang. Rahangnya mengeras. Meski begitu, ia berharap telinganya melakukan kesalahan. "Anda yakin dengan apa yang baru saja anda katakan, dok?"

"Saya yakin sekali Pak Joe. Mendengar keluhan yang dikatakan istri anda. Saya usulkan jika anda dan istri anda melakukan pemeriksaan lebih lanjut," usul dokter wanita yang usianya diambang empat puluhan.

"Bagaimana bila anda salah?" kata Joe ragu. Ia melirik istrinya yang pandangan matanya lurus ke depan. Joe sendiri tidak yakin jika roh Jasmine akan berada di sini setelah mendengar keputusan dokter. Seperti hakim yang baru saja memberikan hukuman mati kepada terdakwa.

"Saya tidak mungkin salah. Gejala yang dialami Ibu Jasmine seperti rasa sakit setelah melakukan hubungan dan juga pendarahan yang menurutnya menstruasi berlebihan adalah ciri-ciri dari kanker serviks. Saya menganjurkan Ibu Jasmine untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk mengetahui sudah sejauh mana kanker ini menggerogoti tubuh istri anda."

Broken Rose (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang