Jean

20 3 0
                                    

"Maaf, aku tak bisa memberimu solusi, aku tak pernah menangani dan bertemu dengan penyakit aneh ini sebelumnya.." Jeanne lagi-lagi menghela napasnya ia sudah siap menerima pernyataan seperti ini lagi.  " Terimakasih, Dok, aku permisi dulu... " Jeanne lagi-lagi harus keluar dari ruangan dokter dengan tangan hampa. Dengan langkah gontai ia keluar dari rumah sakit menuju rumah kecil peninggalan orang tuanya. Jeanne, Jeanne North Clake namanya, hidupnya sebatang kara semenjak 3 tahun lalu saat Jean 15 tahun, usianya sekarang 18, bekerja disalah satu minimarket dan kuliah di universitas ternama dengan modal beasiswa,
"Halo Enz, bisakah kau menjemputku?"
" ya, tentu saja, aku akan kesana, kau kirim saja alamatnya, tunggu aku oke,? "
" Oke, terimakasih sebelumnya Enz. " " Ya, ya, ya, ya jangan dipikirkan,  Bye."
Tut.
Sekitar 10 menit setelah Jean mengirim alamat rumah sakitnya, Enz, Enzo Abraham sampai, dengan motor kebanggaannya, motor yang menyimpan sejuta kenangan dengan Jeanne.
"Hai, maaf menunggu lama" Sapa Enzo dengan senyuman yang menurut Jeanne seperti heroin pribadinya yang membuatnya merasa sejuk, dan damai.
" Seharusnya aku yang minta maaf karena selalu merepotkanmu kak Enz.. " Ucap Jean sambil terkekeh.
" Ck, Jangan memanggilku begitu Jean, aku merasa tua, kita kan hanya selisih setahun " Jean tersenyum mendengar dengusan Enzo.
" Maaf, aku hanya bercanda," Sekarang senyuman itu berganti ke wajah tampan Enzo. 
" Jangan dipikirkan, ayo naik,  kita ke Cafe biasa dulu.. "
Jean hanya tersenyum sembari mengangguk sebagai jawaban.
--
Lama mereka berbincang-bincang dan larut dalam obrolan tak jelas mereka dan tertawa karena lelucon yang sebenarnya tak lucu, hingga Enzo akhirnya menanyakannya juga.
"Jadi, umm bagaimana hasilnya Jean?" Tanya Enzo dengan hati-hati.
" Seperti biasa.. " Jawab Jean tersenyum lemah dan menghela napas.
"Hei, dengar, kau masih punya aku kan?, jadi kumohon Jean jangan berpikiran kau gila, penyakit ini hanya butuh pengertian agar menemukan titik terang, sekali lagi, kau tidak gila, Jean, tidak sama sekali.. " Enzo berkata sambil memegang tangan Jean erat dan dengan lembut mengelusnya. Yang diajak bicara malah melengos menatap kendaraan yang berlalu lalang, namun pandangannya kembali pada pria tampan didepannya.
"Enz.. " panggilnya dengan tatapan putus asanya.
"Ya..? " Jawab Enzo dengan raut muka khawatirnya.
"Apakah aku bisa sembuh?"  Tanya Jean pelan dan memilukan.
" Ya, kau pasti bisa Jean, trust me..".

****

AmazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang