Bagian Ketiga

9 1 0
                                    

Pada masa lalu, tepatnya di awal kepemimpinan walikota pertama kota Raflesia kota itu sangat damai dan sejahtera, semua masyarakat kota tersebut tidak saling bunuh seperti sekarang ini. Tapi waktu terus berubah besipun bisa berkarat begitu juga kedamaian pasti akan muncul kebencian

Namun, ada satu orang yang memulai ini semua. Satu orang itu adalah anak rantau dari pulau seberang. Masyarakat kota Raflesia jadi saling membunuh untuk saling memperebutkan kekuasaan atau demi dendam pribadi.

"Siapakah orang itu pak?". tanya Lisa pada pak Bromo.

"Orang itu bernama Yusril, ia anak rantau dari pulau seberang, ia yang memulai berbagai pembunuhan sadis di kota ini". jawab pak Bromo.

"Yusril adalah pembunuh bayaran, ia di sewa oleh salah satu petinggi kota ini untuk membunuh walikota pertama. Hal itu juga yang membuat masyarakat tidak tinggal diam melihat kejadian tersebut. Namun berkat kelicikan Yusril ia pandai merangkai kata, ia malah mengadu domba antara pendukung walikota pertama dan para penentangnya". lanjut pak Bromo.

"Apa tujuan ia membunuh walikota saat itu?? lalu siapa yang menyuruhnya?" tanya Sandi yang semakin penasaran.

"William Robben, orang pemerintahan Negara Eropa yang menyewa Yusril, mereka berdua mencari harta zaman penjajahan yang di timbun kota kita ini". Ujar pak Bromo melanjutkan ceritanya.

"Apa!!!". semua orang terkejut mendengar cerita pak Bromo.

"Jadi William orangnya?? memang sialan!!" gumam Arif dalam hati.

"Kenapa kamu rif?? kamu baik baik saja?" tanya pak Bromo yang melihat Arif tengah merenung setelah mendengar ucapannya tadi.

"Ehh.. tidak pak, silahkan lanjutkan ceritanya". ujar Arif sambil mengambil rokoknya yang terjatuh dari mulutnya.

Sandi mengerti pasti ada sesuatu dengan Arif yang terkejut setelah mendengar nama William Robben. Ekspresi raut wajahnya seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Pak Bromo melanjutkan kisahnya, semua orang yang mendengar semakin penasaran. Sandi, Arif dan Lisa duduk dengan manis tanpa berkedip matanya sedikitpun, telinga yang siaga mendengar semua pembicaraan malam itu.

"William mengklaim harta jarahan bangsanya dulu harganya cukup mebuat geleng kepala, dan harta itu masih tertimbun di kota ini. William menghilang entah kemana sebelum berhasil mengambil harta tersebut". ungkap Pak Bromo.

Semua orang cukup kaget mendengar ungkapan tentang harta itu dari pak Bromo. Lisapun mulai angkat bicara

"Ternyata selama ini orang-orang saling bunuh itu gara-gara harta?". tanya Lisa.

"Harta itu berjumlah besar. Emas perak, intan, berlian, uang logam dan masih banyak lagi. Makanya semua juga mengincar harta itu". jawab pak Bromo sambil menyeruput segelas kopi panas.

"Ayo kita cari harta itu!" ujar Sandi memotong pembicaraan.

"Gila kamu ini bukan permainan anak-anak!!! Nyawa kita taruhannya". bentak Lisa pada Sandi.

Sedangkan Arif hanya duduk terdiam sambil merokok dengan santai. Arif masih kaget dengan awal mula dari semua pembunuhan ini adalah William. Siapakah William Robben sebenarnya sehingga membuat Arif bingung memikirkannya.

Kini latar tempat beralih ke Utara, di tempat ini baru saja terjadi pembunuhan sadis, mayat tanpa kepala di temukan dekat pinggir trotoar jalanan.

Tampak pria tinggi memakai kemeja abu-abu berlari kesana kemari menayakan ke semua orang yang berada di lokasi kejadian. Ia adalah seoranh wartawan dari media lokal.
Tidak salah lagi pria itu adalah Ismail.

Dosa : Kota Para PembunuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang