(AKMALUL — POV)
Lelah itu ketika kita harus menahan amarah menahan rasa sakit yang kita rasakan dari siapa pun termasuk keluargamu sendiri, bahkan ibu dan kakakmu pun seolah tak ingin mengetahuinya.Aku adalah salah satu dari banyak anak Indonesia yang mengalami broken home, rasanya memang aneh hidup tanpa seorang ayah yang entah sudah kemana saat ini. Benci? Sangat aku membencinya tapi aku sadar, sebagaimana pun aku membencinya ia tetaplah ayahku. Ayah kandungku.
Kenalkan aku Muhammad Akmalul, kalian bisa memanggilku dengan sebutan Alul / Akmal. Tetapi teman-temanku ditongkrongan lebih sering memanggilku Akmal sih, aku baru saja lulus dari masa SMA yang menyebalkan. Dan lusa adalah hari pertamaku masuk dunia pendidikan yang sebenarnya, Universitas.
Aku memilih mengambil jurusan teater, karna aku cinta akan segala hal yang berhubungan dengan teater. Hobi terpendamku adalah menyalurkan segala kemampuan dibidang teater, akting, dan kepenulisan. Yaa, dibalik sikapku yang bengal dan brandal sejujurnya ada banyak potensi yang mampu membawaku ke puncak kebahagiaanku sendiri. Tetapi aku memilih bungkam untuk hari kemarin karna banyak orang yang menghina bahwa aku bukanlah siapa siapa dan tak bisa apa-apa. Tapi saat ini, untuknya, padanya, bagi siapapun yang pernah mencaci bahkan menghinaku dihari kemarin akan kubuktikan bahwa aku akan berada diatas mereka semua.
"Dek jadi masuk jurusan apa?" Bimo bersua sambil menyeruput kopi yang ia buat tadi. Bimo adalah kakak kandungku, sejujurnya uang biaya kuliahku dari dia karna ibu sudah hampir 3 bulan ini tak pulang kerumah dan sudah tak pernah mengirimi aku dan bang bimo uang. Ibu kerja di bandung, ia kerja disebuah caffe disana untuk menjadi pelayan. Tapi entahlah mengapa ia tak pernah pulang akupun tak tahu, mungkinkah ia menemukan pujaan hati baru disana sehingga ia melupakan kedua anaknya?
"Teater bang." Bang bimo menatap sementara aku menatapnya balik dengan tatapan aneh.
"Kamu seriusan masuk teater? Mau jadi apa kamu ntar dek, teater gak ada duitnya." Aku menghela nafas panjang dan menatap kesembarang arah. Haruskah aku kembali berdebat dengan kakak ku sendiri tentang hobi yang kumiliki? Haruskah?
"Bang, Akmal cinta dunia seni. Akmal cinta dunia teater, apapun tentang itu Akmal suka." aku berbicara sambil menatap bang bimo, lalu ia mengangguk dan kembali meminum kopinya.
"Iya abang tau, apapun itu. Yasudah kalau memang itu keputusanmu ya abang pun gak bisa berbuat banyak, tapi yang abang mau bilang adalah. Fokus raih mimpi-mimpimu dan jangan hiraukan biaya, abang akan tanggung semuanya. Tenang aja." aku tersenyum, memang hanya bang bimo lah yang mengerti. Ibu? Entahlah.
©©©
Kampus bernama GALASENI JAKARTA memanglah sangat megah, gedung berlantai 5 ini dibagi menjadi 5 jurusan perkuliahan. Ada Teater, Perfilman, Kepenulisan, Multimedia, dan juga Arsitektur. Masih berhubungan dengan kata seni menurutku.
Keunikan dari universitas GSJ adalah ia tak memakai ospek—kegiatan pecinta alam atau apapun itu. Langsung dan simple bukan? Ya hari ini memang bisa dibilang hari pertama aku dan banyak mahasiswa ataupun mahasiswi disini untuk menjalani banyak kelas.
"Sorry gedung perfilman ada dilantai berapa ya mas?" suara itu mengagetkan ku dari lamunan, ketika aku menengok ke sumber suara betapa kagetnya aku ketika melihat seorang perempuan berparas cantik, dengan senyum yang manis serta berkacamata itu.
"Oh perfilman ada di lantai 4." aku menjawab santai, kemudian ia tersenyum dan melihat kegedung atas. Sepertinya dia anak film, kenapa tak teater saja?
"Oh lantai 4 ya mas, makasih deh." aku tertawa ketika mendengar ia memanggil namaku dengan sebutan mas, betapa lugu dan polosnya gadis ini.
"Jangan panggil mas, panggil saya akmal aja." lalu ia tersenyum, ah! Bisa mimisan lama-lama selalu disuguhkan senyumnya yang manis itu.
"Iya akmal, yasudah saya naik ke lantai atas dulu ya. Terimakasih informasinya." ia menepuk pundak ku sambil memberikan senyuman manisnya 'kembali' lalu ia berlalu begitu saja tanpa melihat kebelakang kembali.
Aku tersenyum melihatnya berjalan, ia nampak buru-buru. Hey! Apa yang aku lupakan? Aku tak menanyakan namanya! Siapa dia? Ah benar-benar bodoh, bagaimana bisa aku lupa menanyakan namanya? Tetapi aku mengetahui ia pasti anak film, iyalah tadi aja dia nanya gedung perfilman dimana. Semoga saja.
©©©
Heyho readers!! Welcome to my new & first story. Semoga kalian enjoy baca nya di part awal ini daan di next episode as part bakalan seru seru dan seru abis! Pokoknya tetep stay dan jangan lupa follow, vote dan share story ini ke teman-teman kalian atau keluarga kalian yaa❤
Find me on instagram : @jienitakls mari berteman!✨ (kritik dan saran bisa dikirim lewat dm instagram / email jienitakls@yahoo.com) see u in next part!

KAMU SEDANG MEMBACA
ANDAI
عاطفية"Ketika mengenangmu adalah hal yang paling menyakitkan bagiku" - Muhammad Akmalul. Hidupnya serba terbutuhi, hidupnya makmur, hidupnya indah tetapi tak bahagia. Ialah Muhammad Akmalul yang kerap disapa Akmal atau Alul, Akmal adalah satu dari banyak...