Ketika Matahari Jatuh Cinta

5.2K 482 30
                                    

Aku Matahari.

Bintang terbesar di galaksi ini. Bintang pemilik pancaran sinar. Membiarkan benda langit memantulkan sinarku.

Aku melihat bumi. Cukup jauh dari diriku. Ia selalu bersama Bulan, sahabat setianya.

Karena aku pusat tata surya, aku berpengaruh terhadap kegiatan mereka. Juga siklus-siklusnya. Dapat dibilang, aku bergabung dalam kelompok kecil mereka.

Ada aku, Bulan, dan Bumi.

Bumi selalu antusias dalam memperhatikanku. Selalu bahagia jika berhadapan langsung denganku--walau dihalangi beberapa hal--tanpa harus ada bulan di antara kami.

Lama-kelamaan, aku tersadar. Aku jatuh cinta pada Bumi. Padahal, aku harus adil dalam membagi sinarku. Tapi, aku.. Aku jatuh cinta pada bumi. Saat itu aku juga tahu, Bulan pun jatuh cinta.

Suatu saat, bumi mendiamkan bulan. Bulan terlihat bungkam. Aku bertanya kenapa, tidak ada yang menjawab.

Waktu terus berjalan, Bulan dan Bumi nampaknya membaik.

Lalu, aku mendapat kesempatan berbicara pada Bumi. Bumi menatapku, pancaran ketulusan terlihat jelas di matanya.

"Matahari," ia tampak memanggilku.

Aku menatapnya. Ingin rasanya menumpahkan seluruh rasa yang ada.

Tapi...

"Matahari, aku selalu betah menghadap cahayamu. Kamu yang bersinar, di antara yang lain," Bumi berujar. Aku semakin tertegun. Ingin rasanya berkata bahwa aku juga merasa demikian.

"Tapi, aku tahu, aku hanya satu dari delapan," tambah Bumi. Aku ingin menggeleng. Mengatakan bahwa dia memang satu dari delapan, satu dari delapan yang mencuri perhatianku.

"Yah, tidak apa," ucap Bumi. "Matahari, aku mencintaimu."

Aku terdiam. Ingin mengatakan hal yang sama. Ingin berujar di depan wajahnya kalau aku juga mencintainya.

Tiba-tiba terbayang sosok Bulan dengan segala keredupannya, yang tetap berusaha menyinari bumi. Tetap berusaha menemani Bumi. Selalu melihat ke arah Bumi, walau tahu Bumi menatap arah lain.

"Bumi," panggilku. "Kamu pantas mendapat yang lebih baik."

Aku menatap Bulan yang tak lama kemudian melintas di hadapan kami. Mungkin dia mendengar percakapan kami.

Kutatap wajah Bumi sekali lagi. Tidak ingin ucapkan selamat tinggal. Hanya ingin berkata terima kasih.

Terima kasih sudah menatapku. Terima kasih sudah mencintaiku.

Karena, sejujurnya aku menatapmu dan aku mencintaimu, Bumi.

Bumi, biarkan aku mengajarimu bagaimana jatuh cinta selain kepada matahari.

Bumi, Matahari, Bulan, Rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang