2/2

61 10 1
                                    

6 tahun kemudian.

Disana seorang wanita muda sedang merenung menatap langit malam yang sedang cerah.

Diatas balkon kamarnya, ia berusaha mengenang setiap masa sulit yang dahulu singgah dihidupnya.

Masa dimana ia sungguh merindukan bundanya, masa dimana ia bahagia bersama ayahnya, masa dimana ia mendapat beasiswa di sekolah elit favoritnya, masa dimana ia mengikuti lomba debat dan menjanjikan piala untuk ayahnya, masa dimana ia menunggu ayahnya datang dan duduk melihatnya ditribun penonton, masa dimana ia terhempas fakta bahwa ayahnya telah pergi menemui bundanya di sisi Tuhan.

Ya dia Mira, Namira Tarisa. Gadis manis yang sekarang telah dikenal banyak orang. CEO sekaligus pemilik sebuah perusahaan design terbesar. Diusianya yang baru menginjak 23 tahun, ia sudah memiliki lebih dari 7 cabang perusahaan dikota-kota besar, 3 cabang perusahaan di negara tetangga, dan pemilik dari saham terbesar di beberapa perusahaan besar di Indonesia.

Awalnya mira tak menyangka bahwa hidupnya akan berubah 180°, menjadi seorang CEO, memiliki banyak perusahaan, dan investasi saham yang tidak sedikit.

Ini semua berkat hadiah yang diberikan ayahnya 6 tahun lalu, hadiah terakhir dari ayahnya. Hadiah yang bahkan tak sempat ayahnya berikan secara langsung kepadanya.

Buku rekening hasil tabungan ayahnya, menjadi modal awal kesuksesan mira. Dulu mira berpikir dari mana ayah mendapat uang senilai 8 digit itu, lalu memberikannya pada mira dalam bentuk rekening.

Sampai saat sahabat ayahnya di proyek pembangunan lah yang memberitahu mira, bahwa uang itu adalah uang tabungan ayahnya semenjak mira lahir sampai saat mira mengikuti lomba debat 6 tahun lalu.

Tabungan itu juga yang menjadi saksi bisu perjuangan ayah mira menahan lapar karena tidak makan siang, dan harus bekerja seharian. Tabungan itu juga yang menunjukan bahwa selama ini, ayah mira merelekan jatah uang makan siangnya untuk ditabungkan dan diberikan pada mira. Saat itu paman dani (sahabat ayah mira) mengatakan, bahwa saat sesudah menabungkan uang setiap akhir bulan, ayah mira selalu mengatakan, bahwa uang itulah yang akan merubah hidupnya, merubah hidup anaknya. Memberikan hari-hari cerah untuk masa depan mira. Melindungi mira dari kerasnya kehidupan. Membawa mira menikmati apa itu hidup. Ayah mira juga sering berkata, bahwa tak apa ia tak makan siang dan harus menahan lapar seharian. Toh setelah ia pulang, mira selalu menyambutnya dengan hidangan sederhana dimeja makan.

Air mata mira mengalir mengingat masa itu. Kini ia bahagia bisa mewujudkan mimpi ayahnya. Memberikan senyum indah dan doa tulus untuk kedua orang tuanya diatas sana. Ia bahagia, bukan hanya karena telah menjadi orang terpandang, dan banyak uang. Tapi juga karena ia sadar, bahwa Tuhan masih sayang padanya. Masih memberinya kesempatan untuk mewujudkan keingingan sederhana dari orang tuanya.

Mira bahkan tak perduli jika setelah ayahnya pergi meninggalkannya, ia harus berjuang sendirian, bertahan dengan uang pemberian ayahnya. Bekerja paruh waktu di sebuah kedai setelah pulang sekolah. Uang yang diberikan ayahnya memang tidak sedikit, senilai Rp.67.000.000. Sejak itu, mira berusaha menjadi yang terbaik untuk ayah-bundanya. Kuliah dengan berjualan dikampusnya, dihina karena selalu pulang malam dari tempatnya bekerja. Dipandang sebelah mata karena tak memiliki orang tua. Tapi mira tak pernah menyerah sampai ia berada pada titik dimana ia berada di puncak. Ditempat dimana bisa menghela nafas dan membungkam semua mulut yang dulu suka menghinanya.

Dan kini hanya satu harapan mira yang tersisa. Andai saja, dia bahagia bersama ayah dan bundanya. Andai saja, dulu ketika ia rapuh dihantam tajamnya ucapan 'mereka', ada bunda yang mendekapnya dan memeluknya hingga tertidur lelap dipangkuan bundanya. Andai saja, ketika ia bingung mencari dimana tempat yang bisa membuatnya tertawa tanpa beban, ada ayah yang menggenggam erat tangannya dan menuntunnya penuh kasih sayang. Andai saja...

Tapi ia tak pernah menyesal hidup dan berjuang sendirian. Karena dengan itu, ia mampu menunjukan betapa besar perjuangannya dan betapa tulus doa dari orang tuanya, dari sahabatnya, dan dari orang-orang yang selalu menguatkannya.

Kini, Namira Tarisa, bukan lagi mira seorang anak dari tukang bangunan. Kini, Namira Tarisa, adalah seorang CEO cantik, yang sukses diusia mudanya.


==============================

PUA 10 Desember 2016

Piala Untuk Ayah [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang