1-This Color For You

47 5 1
                                    

Hidup penuh warna, ya? Kata siapa?

Mungkin sebagian orang menganggap 'hidup penuh warna' memiliki makna aku sedang bahagia, tetapi tidak bagi satu gadis ini, Andini. Gadis pemilik predikat;tahu akan segalanya, memiliki terjemahan berbeda untuk tiga kata itu. Baginya, warna memiliki artian masing-masing, tidak selalu mengacu pada kata 'bahagia'.

***

"Sebenarnya...hari itu aku mau ungkapin segalanya ke kamu, tapi aku belum ada keberanian. Sampai detik ini pun lutut aku gemetaran setiap deket kamu. Aku... udah lama nyimpen perasaan ini untuk kamu, kita udah lama bareng dan rasa cinta itu muncul tiba-tiba. Jadi, maukah kamu hilangkan kata angan dalam mimpiku dan merubahnya menjadi kenyataan? Jangan ragu untuk menjawab karna aku serius cinta kamu."

Hening.

Lima detik berlalu, tanda-tanda gerakan bibir lawan bicara belum muncul, sorot mata masih sepenuhnya tertuju pada Andini. Sang lelaki menunggu diam, gugup akan satu alasan. Air muka tampak wanti-wanti, berucap dalam hati agar Andini tak lupa akan apa yang harus ia katakan.

"Uweeeekk... kayaknya gue butuh baskom secepetnya sekarang, sumpah kalo ada cewek lain yang denger gue yakin, langsung pada nyari baskom deh, lo ngomong kek gitu gak ada bagusnya Far" Andini mengkritik pernyataan lelaki itu, menampakkan wajah tanpa dosa. Sementara lelaki itu, Farhan. Merasa jengah dan jengkel.

"Ya ampun Andini,"

"Lo kan gue suruh jadi peran ceweknya. Yang lo jawab barusan nggak sesuai naskah,"
Farhan mendadak lesu, latihan drama bersama Andini tak membuahkan hasil, justru nyinyiran pedas selalu keluar dari bibirnya.

"Salah sendiri minta tolong ke gue, geli banget kalo jawab pernyataan cinta lo, minta tolong siapa kek, yang jadi peran ceweknya siapa? dia aja, toh sekalian latihan beneran." Andini sebetulnya dari awal tak menerima ajakan Farhan untuk membantunya latihan drama tapi apa boleh buat, wajah memelas Farhan membuat Andini mengiyakan.

"Kelompok gue udah latihan dua minggu din, please lah bantuin gue. Abis jam istirahat ini udah harus tampil, tapi gue gugup.. takut lupa teksnya, makanya gue lari ke kelas lo minta bantuan."

"Lah, kenapa gak latihan sama kelompok lo langsung? siapa yang jadi ceweknya minta bantuan sama dia lah, kok larinya ke gue," Andini menjawab sembari membuka bungkus nano nano.

"Emangnya kenapa sih lo kayaknya gugup banget Far? lo udah latihan dua minggu, udah pasti hafal sama tuh teks, gak mungkin lah lo lupa, gue jamin...atau jangan-jangan ada hal lain yang buat lo gugup akut kayak gini?" Lanjut Andini memandang Farhan penuh tanya.

Farhan tak menjawab, kediaman yang tiba-tiba merasuki Farhan tak di ragukan oleh Andini jika tebakannya benar. Sepertinya Farhan memiliki alasan khusus, well...hanya ia dan Tuhan yang tahu.

Bel nyaring berbunyi, menandakan Jam istirahat telah usai. Farhan langsung kelabakan, mengacak rambutnya frustasi "Ya ampun gila cepet amat mak belnya, din gue cabut ya ke kelas, kalo lo kosong jam ini, ke kelas gue aja ya, nontonin gue drama." Farhan beranjak pergi sementara Andini hanya menatap hingga lelaki itu hilang dari balik pintu.

"Ya kali bisa nonton, abis ini pelajaran Bu Yeni, guru terajin dan terganas, mana pernah ada jam kosong mah." Dahi Andini berkerut setelah mendengar tanggapan tak diundang, lantas ia menengok ke belakang. "Jadi ada yang telinganya panjang di sini ya? pura-pura tidur taunya nguping. Bangun gak lo!" Andini mengguncang tubuh Sandi yang masih bertahan pada posisi menelungkupkan wajah ke tangan.

"Gue lagi tidur Din, gak bisa apa jangan ganggu gue sekali aja, gue tau gue ngangenin." Andini menarik tangannya secepat kilat, lalu kembali menghadap ke depan, jika ia teruskan mengguncang tubuh Sandi, hal-hal yang berbau mengerikan melebihi kata mistis yaitu gombal pasti akan mengalir dari mulut cowok tersebut. Lebih baik ia mendengar hehehihi dari tante kunti di banding gombal recehan Sandi. What?

Wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang