2-Jalan Absurd

58 4 3
                                    


"Ye ye yeee, aaada kelezatan baruuu mie seeedap white_" Tak ada yang lebih baik selain menyumpal telinga dengan kedua telunjuknya, Andini sungguh tak tahan. Adik perempuan yang menurutnya aneh bin ajaib ini selalu jadi korban iklan, jika ada iklan baru seperti iklan mie ini pasti mulutnya selalu ikut bergoyang, bergoyang hingga meledakkan gendang telinga.

"Rini ih, teteh baru pulang sekolah mau istirahat tapi konser gak jelas gini, sakit tau dengernya" percuma, Rini adiknya tak menghiraukan, justru suaranya sengaja di besar-besarkan membuat Andini menyiapkan jempol dan telunjuk untuk mencubit Rini yang sudah mengaduh kesakitan duluan sebelum di cubit. "AMBUUU, teteh nyubit Rinii"

"Teteh sama Rini jangan berantem ah, kasian Abah lagi tidur. Teteh, kalo Rini salah jangan di cubit atuh di tegur aja," Ambu menyahut, seorang wanita setengah paruh baya ini geleng kepala melihat kedua putrinya tak pernah jauh dari kata bertengkar walaupun sehari, setiap menit pasti ada saja yang mulai, entah itu Andini ataupun Rini. "Tuh teh Andin, dengerin apa kata Ambu, jangan cubit Rini." Andini jengah setelah mendengar adiknya bicara, ya begitulah namanya adik, adik selalu menang.

"Rini juga, dengerin apa kata teteh, kalo teteh bilang jangan ya jangan, hormatin teteh, dia lebih tua dari kamu, Rini." Dan kata-kata Ambu tadi sukses membuat Andini tersenyum sementara Rini menciut.

"Iya Ambu."

***

Kasur empuk menjadi pilihan utama Andini saat ini, setelah berurusan dengan adiknya, ia langsung menuju ke kamar dan berganti baju, sebelumnya Ambu menawari Andini makan siang tapi Andini menolak dengan alasan sudah makan di sekolah, tapi nyatanya belum.

Andini mengambil ponselnya, menghidupkan data seluler. Bunyi notifikasi bermunculan begitu di bukanya aplikasi bbm, ting ting ting ting, jangan heran bahwa bunyi tersebut membuat Andini seketika pusing, pesan-pesan tersebut sebenarnya tidaklah penting, biasanya berisi BC alay seperti ini:
Pin 4d2L4y Opet si anak Tamvan rajin nabung, penuh pesona #last. Nyesek kan? Bunyi tang ting tang ting taunya isi pesen gitu doang. Tapi Andini tau diri, setidaknya ponselnya tidak sepi sepi amat. Melihat tidak ada yang penting, Andini ingin mematikan data namun, bunyi notifikasi membuat jempolnya macet jalan.

Muhammad Farhan
® PING!!!

Andini
® Apa?

Muhammad Farhan
® Gue di depan rumah lo

Andini langsung turun dari ranjang. Setengah jalan menuju pintu, tiba-tiba Rini menyembulkan kepala di balik sana "Teteh Andin, ada aak Farhan tuh di depan,"

"Astagfirullah, Rini! hobi banget buat teteh kesel dari tadi." Andini mengusap usap dada, rasa terkejut membuat jantungnya jumpalitan. Rini hanya nyengir kuda lalu kabur entah kemana.

***

"Ngapain Far ke rumah? Tumben."
Andini dengan santainya memberi pertanyaan yang menurut Farhan menyiratkan kata 'mengusir'.

"Ampun deh, bukannya di suruh masuk ke dalem di kasih minum, eh malah ngasih pertanyaan yang bikin gue sakit ati." Farhan menekuk muka, berusaha menampilkan ekspresi cemberut. "Yah kan lo orangnya mageran, dulu aja waktu rumah kita deketan, gue yang sering maen ke rumah lo. Jadi gue heran aja, kenapa lo kesini padahal rumah gak deket lagi? Ngomong-ngomong lo tambah jelek kayak gitu Far, udah ah masuk yuk," Farhan mengekor di belakang Andini, mengikuti gadis itu masuk ke rumah menuju ke sofa.

"Lo duduk, gue ambilin minum"

"Jus jeruk ya, jangan terlalu manis jangan terlalu asem, ada pendamping kayak kue-kue gitu boleh juga" oceh Farhan, Andini hanya mengangguk berlalu menuju dapur.

Wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang