I got you, dude!

20 1 0
                                    

Ele's POV

"Whatever, yang pasti bantuanku bukanlah sesuatu yang gratis." jelasku pada pria tampan didepanku ini.

Aku tidak menyangkal betapa tampan dan charming pria yang sedang mengajakku bicara ini. Bulu matanya sangat lentik, tertaut sempurna setiap kali senyuman tergambar dimatanya. Aku bisa memperhatikannya walau hanya dari sudut mataku. Tak heran kalau wanita tadi begitu berambisi mendapatkannya.

Kini pria bernama Nino itu mengulas senyum licik diwajahnya. For God' sake!  Ketampanannya semakin jelas hanya dengan menarik sudut bibir kanannya. Matanya kembali melunak menatapku.

"Oh, begitu, anda bahkan terlihat sedang ingin memerasku." katanya seraya melipat kedua tangannya didada.

Aku pun terkekeh kecil dan menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Ya, anggap saja begitu."

Aku mulai berdiri membungkukkan badanku didepan Nino, ku lekatkan wajahku hanya beberapa inchi dari batang hidungnya. Kalau boleh jujur, aku tidak yakin melakukan ini. Ya tapi bagaimana lagi, semakin intim pendekatan kami, maka semakin mudah aku mendapatkannya.

Um, I mean, for the sake of lift up my job position.

Kini aku menggeser rahang wajahku mendekat ke telinganya,

"7PM, Greece Goom Palace A112 fifth floor. See you soon, sir."

Aku segera beranjak pergi begitu saja setelah meninggalkan beberapa tagihan bill cafe diatas meja.

I got you, dude!

***

Author's POV

Setelah melihat kepergian Ele, Nino pun bergegas kembali ke rumah. Eits, lebih tepatnya kembali ke apartemen Hans. Ia sedang malas bertemu dengan Frans yang sudah pasti tengah menyiapkan amunisi untuk menyerang Nino. Ia sedang tak ingin berdebat.

Dilihatnya notifikasi ponselnya,

18 missed calls, 3 unread messages

Message 1:

0813307xxxx

Bad boy, where the hell your momma is?

Message 2:

0813307xxxx

Pick your phone up, asshole! For the God' sake go home and explain to me!

Message 3:

0813307xxxx

I told you, pick the hell phone up!

Nino hanya tersenyum getir membaca pesan-pesan singkat dari Frans. Tak sedikitpun niat dari hatinya untuk membalas pesan itu. Ia memasukkan ponselnya ke saku celana dan keluar menuju apartemen Hans setelah meninggalkan beberapa tagihan bill cafe diatas meja.

Pikirannya terbawa lagi oleh perkataan terakhir Ele. Hal itu membuatnya senyum-senyum sendiri. Meningat betapa lemasnya tubuh Nino ketika dihadapkan langsung dengan wajah cantik Ele tepat beberapa inchi saja dari wajahnya.

Kalau saja Nino adalah lelaki yang tak tahu diri, sudah saat itu juga Ia bisa langsung mendaratkan bibirnya dibibir merah pekat Eleanor.

"Do not blame on me if that happened!" batin Nino.

Kini langkah kakinya berhenti tepat didepan pintu apartement Hans.

Knock..knock..knock

Tak lama sang empunya pintu datang dan menyuguhkan tatapan terkejut pada Nino.

"What are you doin?"

"Oh, c'mon, akan ku jelaskan setelah kau mempersilahkan ku untuk masuk." cetus Nino yang mau tak mau membuat Hans tersenyum dan mempersilahkan sahabatnya ini masuk.

"Kau bertengkar lagi?" tanya Hans seraya membetulkan posisi duduknya.

"As you see, or you can call it Its going to be a big war." tukas Nino dengan yakin.

"Hm you're confusing, lalu bagaimana kabar Mum Katrin?"

"She's good, but not mentally."

Kalimat terakhir Nino sudah cukup jelas bagi Hans. Ia paham jika mungkin sesuatu tengsh terjadi antara Katrin dan Frans. Hans tak ingin memaksa Nino menceritakannya. Ia hanya mampu menepuk nepuk pelan punggung Nino. Mengisyaratkan kalau Nino harus kuat menjalaninya.

"Sebentar lagi aku akan berangkat ke kantor. Whatever you want to eat, semua ada dilemari es. And whenever you fall asleep, you can use my bed. At least, cuma itu yang bisa aku bantu." Jelas Hans sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nino sendiri.

Nino sangat beruntung sekali memiliki Hans sebagai temannya. Bahkan kakak kandungnya sendiri lebih terlena dengan harta milik Frans daripada harus memperhatikan adiknya sendiri.

Nino menghela napas dengan berat. Ia pun memutuskan membuka ponsel dan terbesit diotaknya untuk mengirim email pada Ele.

From: NinoJames@gmail.com
To: EleanorWC21@gmail.com
Subject: Reminder
Make sure your fridge is full of ice cream. I think I'm gonna eat a lot of ice cream tonight.
See you, dear!

Setelah menekan tombol kirim, Ia melangkah ke arah temlat tidur dan menenggelamkam seluruh lelahnya diatas pulau kapuk itu.

Ah, pagi yang melelahkan!

Matanya pun berangsur terpejam.

***

"Kylie, kembalikan ponselku, kalau tidak.." Ele setengah berlari mengejar Kylie yang tengah sibuk membaca email masuk dari ponsel Ele.

"Oh, my ice princess, begini caramu menghargai aku sebagai seorang sahabat, huh?"
Goda Kylie begitu mendapati pesan masuk di email ponsel Ele.

"It isn't like what you're thinking about, kembalikan ponselku, Kylie!" Kata Ele setengah berteriak. Ia sudah lelah mengjar Kylie yang sangat gesit menghindarinya.

"I'll give it back after you tell me what is it? Um, I mean, who is he?" Pinta Kylie yang mau tak mau membuat Ele harus menceritakan masalahnya pada Kylie.

"Oh, my gosh! Nino James Harold? Oh, my.."  kata Kylie tak percaya sebelum akhirnya dibungkam paksa oleh Ele yang khawatir akan terdengar oleh karyawan satu gedung.

"Ssh..Watch your volume, can you?" 

"Okay, I can, but El, you such a lucky girl!"

"Not that lucky, Kylie! Menyulitkan meskipun reward yang kudapat akan sangat bagus."

"You sure about this, Eleanor White Calster?"  Tanya Kylie tak yakin dengan tindakan sahabatnya ini.

"I'm 100% pretty sure." Ucap Ele tegas. Lebih dari tegas.

***

Hello, how about this part? Um, sorry for all those typos wkwk.
Jangan lupa vote comment & share ya! :))

Sincere,

Cinderella

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang