First Love At First Sight

5.3K 366 15
                                    

"Hey, Naruto!" Kiba berlari mendekati sosok mungil Naruto yang berjalan di koridor kampus dengan buku yang menumouk di tangannya. "Ck! Jangan teriak Kiba! Ini masih jam kelas tau!" Naruto menoleh kesamping dan mendeathglare Kiba yang nyengir kearahnya.

"Gomeenn.. Naru cantik... disuruh dosen kesayanganmu ya~" Kiba masih memamerkan rentetan gigi putihnya pada Naruto. "Iruka sensei kan lagi hamil, jadi wajar. Pergi sana, kalau gak mau bantuin" kata Naruto pura pura melengos, Kiba segera mengambil alih beberapa buku dari tangan Naruto.

"Tau gak, Naru, nanti pemberi materi untuk kelas sore ini katanya seorang alpha lho!" Kiba seorang beta dan masalah kedudukan alpha di masa ini sangat jadi berita yang diminati. Naruto menghela nafas mengingat kelas yang dibagi di masa itu.

Disini, alpha menduduki peringkat paling atas, kelas yang elit yang hanya dimasuki oleh orang orang dengan golongan yang sama. Sebagian besar perusahaan tersohor dan bangsawan adalah alpha yang akan menikahi kalangan alpha lainnya. Jumlah alpha sangat sedikit, sekitar 30 persen dari 100 persen penduduk di masa ini.

Kelas kedua adalah beta, jumlah mereka yang paling banyak, yaitu 60 persen dari 100 persen. Terdiri dari Kelas menengah keatas dan ke bawah. Mereka menduduki hampir setiap penjuru dunia, dan yang paling sering ditemui dikalangan menengah.

Yang terakhir adalah omega. Jumlah mereka sangat sedikit hanya sekitar 10 persen dari 100 persen penduduk. Mereka tergoling kelas bawah dan sangat jarang ditemui. Di masa ini, menjadi omega bagai sebuah kesialan. Karena takdir mereka yang tidak boleh bekerja dan harus tinggal dirumah menjaga anak anak mereka. Omega dipandang sebelah mata. Kalau tidak dijadikan yang kedua dalam suatu keluarga berarti dijadikan alat untuk mengandung keturunan.

Tapi di masa ini, kelas omega sudah agak membaik. Mereka masih di pandang sebelah mata, tapi mereka sanggup bekerja, meski saat masa heat mereka sangat berbahaya. Mereka setidaknya sanggup menghidupi gaya hidup spesial mereka sebagai omega.

Naruto adalah seorang omega yang spesial, terlahir dari keluarga normal, ayahnya adalah seorang alpha, dan ibunya pun seorang alpha. Keluarga memiliki perusahaan ternama yaitu, namikaze corp. Tapi, menjadi omega ditengah tengah keluarga kelas alpha itu suatu beban hidup untuk Naruto. Semenjak masa heat pertama kalinya, dia memutuskan untuk hidup sendiri. Menghidupi hidupnya dengan bekerja part time dan dari uang yang ibunya kirimkan setiap bulannya. Kenapa? Asal kalian tau, hidup diantara tetuah yang tidak berpendidikan dan berpikiran kolot itu sangat tertekan. Naruto merasa dikucilkan bahkan oleh ayahnya sendiri. Beruntung ibunya masih menyayanginya, menjenguknya dan memberi nasehat layaknya ibu pada umumnya. Berharap Naruto akan mendpatkan pasangan alpha yang baik.

Di masa ini, menikahi alpha di kalangan beta bahkan omega, seperti dongeng dimana pangeran menikahi wanita dari kalangan biasa. Tidak mungkin dan sebuah rare case. Meski di beberapa kejadian hal itu benar benar terjadi. Membuat berita dari setiap kalangan alpha menjadi buah bibir yang di gandrungi kalangan beta dan omega bahkan kalangan alpha sendiri.

Kiba tau, keluh kesah Naruto dan bagaimana ibunya selalu mengatakan bahwa Naruto harus mendapat seorang alpha yang baik. Itu membuat Narutp terbebani. " hehe... sudahlah Naru, aku kan cuma iseng ngomong... kayak gak tau aku aja" Kiba meringis kesakitan setelah di ketuk kepalanya oleh Naruto.

"Permisi, Iruka sensei, ini buku buku yang diminta." Seorang pria tengah duduk di belakang mejanya, perutnya agak membuncit. Mendengar suara mahasiswanya dia menoleh dan tersenyum manis. "Terima kasih naruto, eh Kiba juga ada disini, terima kasih ya. Taruh disini"

Naruto tersenyum lima jari kearah Iruka, dan menaruh buku buku berat itu. " iruka sensei, aku dan kiba permisi dulu, kelas sore kami akan segera dimulai, see you sensei!" Naruto berlari dan menyeret Kiba yang belum sempat berkata apapun.

My Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang