Lalice » I Know, That is Not a Last Dance

174 16 3
                                    

'Dum' 'dum' 'dum'

Suara hentakan musik menyala dengan keras di sebuah dance practice room yang kedap suara. Di dalamnya, ada seorang gadis berusia 19 tahun tengah melakukan gerakan-gerakan yang senada dengan irama musik. Gadis itu, menari dengan lincahnya. Rasa lelah tidak bisa mengalahkan rasa semangatnya malam ini.

Gadis berkaki tinggi itu, sempat melakukan kesalahan dalam menari. Dia berhenti sejenak dan nafasnya terengah-engah. Berjalan dalam diam, keringatnya bercucuran, lalu dengan pelan mematikan musiknya.

Seseorang memasuki ruangan yang sama dengan gadis itu. Membuat gadis itu tersenyum manis dan menghampiri orang tersebut dan mengajaknya duduk.

"Kau semakin baik, Lalice." Ucap lelaki separuh baya, membuat gadis yang ia sebut Lalice tertawa.

"Heh! Itu benar. Ini, aku membawa dokumen yang sangat penting untukmu." Ucap lelaki itu, sekali lagi membuat Lalice hanya bisa memincingkan matanya untuk merespon ucapan lelaki itu.

"Ini. Besok Minggu, kau ikut audisi denganku. Aku akan menjadi walimu." Ucap lelaki itu sambil membuka sebuah undangan.

"Entah berapa kali aku ikut audisi. Dua puluh? Tiga puluh?" Lalice berucap, seperti ekspresi frustasi.

"Jangan menyerah, Lalice."

"Hm.."

"Aku harus pulang sekarang, paman."

"Pulanglah! Hati-hati."

Lalice pun berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan dance practice itu dengan tangan membawa botol minuman. Malam ini, Lalice ada janji dengan kakaknya untuk bertemu di salah satu bank di Bangkok. Kakaknya adalah seorang bankir dan mereka jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Lalice ingin memberitahu kakaknya itu, kalau hari Minggu depan ia akan mengikuti audisi lagi.

Jalanan kota sangat ramai. Tapi, tak membuat jalanan kota sampai benar-benar padat dipenuhi mobil-mobil. Lampu-lampu oranye yang menempel pada pohon tertata dan menyala dengan apik. Semakin lama berada di luar, udara semakin dingin. Tangan-tangan gadis itu berusaha merapatkan jaketnya di tubuhnya untuk mendapatkan kehangatan.

Orang-orang yang berjalan, seenaknya merokok membuat banyak anak kecil yang berteriak tak bisa bernafas. Bar-bar di tengah jalan, terbuka untuk umum yang menawarkan berbagai makanan dan minuman lezat. Dan.. entah apa lagi yang harus Lalice terangkan.

Gadis itu, menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dan mulai berhenti saat ia melihat lampu lalu lintas untuk penyeberangan pejalan kaki berwarna merah. Setelah lampu hijau menyala, ia menyeberangi zebra cross dengan kepala penuh pikiran.

Gadis itu terus melamun, hingga tidak sadar bahwa ada mobil di sebrang sana yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak tubuh gadis itu.

Brak

Gublak

"Aaaah.. sakit." Rintih Lalice, kesakitan.

"Tolong.. tolong.. tolong aku." Ucap gadis itu, hingga memejamkan matanya.

()()()

Lalice membuka matanya perlahan-lahan, mendapati dirinya berbaring di sebuah ranjang yang sempit. Bau aroma khas rumah sakit langsung menyambut indera penciuman gadis itu. Dia tau dia berbaring di sini karena alasan apa.

Lalice berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Tapi tidak bisa.

'Oh.. sial.' Umpatnya.

Ada yang ganjil. Merasa kakinya kosong. Dilihatnya kakinya dengan kepala sedikit terangkat. Dia menangis tersedu-sedu. Kakinya patah.

"Tidak. Tidak..."

"Aku.. aku masih bisa menari.."





()()()

Blackpink Imagine (By Syifaulinnuha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang