Part 1

9.4K 469 1
                                    

Dear pembaca sayangku, kalau ada typo boleh minta tandai dengan komentar kalian ya. Biar bisa langsung aku perbaiki. Makasih sayang. Jangan lupa vote dan kritikannya ya. Love you😘



"Ma.. sepatu kakak dimana? Yang walna bilu itu loh," tanya seorang anak laki-laki berumur 5 tahun kepada mamanya.

"Kan sepatu kakak yang biru ketinggal di rumah oma , kakak pake yang lain aja ya?" bujuk mamanya.

"Ngga mau ma,hali ini kata bu gulu mau difoto telus kakak maunya sepatu nya sama kayak selagam" rengek anak itu .

"Mm gini deh kalo kakak mau make yang lain entar sepulang kerja mama beliin pizza gimana?" tutur mamanya membujuk.

"Oke deh. Ma, kakak belangkat sama pak sopil aja ya, mama mandiin adek aja. Assalamualaikum," pamitnya kepada sang mama.

"Waalikumusalam hati hati kak bekelnya jangan lupa dihabisin , jangan suka lari lari, jangan jajan sembarangan,jangan nak...kal," ucapannya terputus taktala anaknya menciumnya.

"Iya ma, key janji bakal nurut sama yang mama bilang karena Key sayang mama..dah mam," ujar anak itu.

Perkenalkan seorang mama muda bernama Anatsya Lee. Blasteran Jawa dan Korea Selatan.  Perempuan yang kerap dipanggil Aya itu adalah seorang single parent yang lebih Indonesianya disebut janda. Eitss walau dia janda bukan berarti Aya sudah tua. Nyatanya dia baru 23 tahun. Aya punya dua orang anak si sulung Keyro Alfin Putra Dinata berumur 5 tahun dan si bungus Meifya Alfina Putri Dinata lebih muda 3 tahun.

Dia menikah di usia yang masih sangat muda yaitu 18 tahun karena suatu kecelakaan yang tidak bisa dihindarkan, marriage by accident.  Hal itu yang membuat papanya menjaga jarak dengannya karena sebenarnya dia ingin menjodohkan Aya dengan anak rekan bisnisnya.

Saat ini Aya sudah berpisah dengan laki-laki bernama Alif Dinata karena adanya orang ketiga. Dan dia harus banting tulang untuk kedua anaknya meski mereka tetap mendapat jatah 15 juta per bulan dari papa anak-anaknya. Tapi sampai saat ini Aya tidak akan menggunakan uang itu dan memilih untuk ditabung untuk masa depan kedua anaknya  kelak. Aya bekerja di salah satu perusahaan milik sang papa. Meski begitu jabatan Aya didapat berdasarkan kerja kerasnya sendiri. Karena dia tidak ingin memanfaatkan koneksi. Istilahnya dia tetap memulai dari awal.

"Mbak nanti Fi sarapannya udah saya buatin tinggal diangetin aja, saya harus berangkat pagi karena ada meeting penting. Jagain anak-anak sama rumah ya, saya pulang agak sorean mungkin jam 6 sudah di rumah," ucap Aya ke salah satu mbak di rumah.

"Iya Bu, saya jagain anak-anak sama rumah," jawab Mbak Ina.

Sepagi ini Aya harus pergi ke kantor untuk bekerja. Seharusnya di usia segini dia masih duduk di bangku kuliah untuk mendengarkan celoteh dosen,seneng-seneng bareng temen,shopping,nongkrong dan lain-lain tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur.

Duh kapan Jakarta ngga macet gini padahal masih jam 7 tapi jalan udah padat saja. Berkali-kali Aya membunyikan klakson berharap mereka mau memberi celah tapi nyatanya zonk.

Kalau seperti ini bisa kena marah papanya lagi. Siap-siap tutup kuping deh.

Setelah berkutat dengan kemacetan akhirnya mobil yang dibawa Aya bisa tiba di kantor tepat waktu.

"Mbak dipanggil Pak Aldi ke ruangan beliau katanya ada meeting,"

Baru saja Aya masuk kantor tapi langsung disuruh ke ruangan atasannya.

"Iya makasih, " jawabnya sambil berlalu ke ruangan Pak Aldi.

Tok..tok..tok
"Ya masuk," jawab seseorang dari dalam.

Dear Future (new version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang