"whaaaa segarnya udara di korea!!"aku menurunkan kaca mobil dan menutup mataku untuk merasakan sejuknya udara pagi ini. Aku sungguh senang, sudah 10 tahun aku tidak ke korea dan berkumpul dengan Ayah dan Bunda. Aku berhenti berangin-angin ria dan mengubah posisiku menjadi lebih dekat dengan si supir.
"Ahjussi, kau bisa mengantar aku keliling korea? kapan kapan juga tidak masalah, asal dapat izin ayah kan?" kataku pada sosok pria berumur 40-an yang sudah kukenal sejak aku kecil.
"Tentu nona, sampai ujung dunia pun akan saya antar" jawabnya dengan sopan dan sukses membuat aku senang.
"Assa! terimakasih ahjussi, kau memang yang terbaik dari yang terbaik! aku semakin menyayangimuu hehehe" aku mengatakannya sambil berusaha memeluknya dari belakang.
Saat aku kecil dia adalah kepala pelayan dirumahku yang selalu menemaniku jika ayah dan bunda tidak ada. Bagiku, dia sudah seperti keluargaku sendiri.
Aku akhirnya sampai di rumahku yang.....kenapa jadi terlihat kecil bagiku setelah aku lama tinggal di dalam mansion ku di paris? Semua pelayan berbaju hitam putih berjajar dengan rapih menyambutku. Sambutan yang hangat sekali, aku jadi kegerahan.
Aku berjalan dengan riang gembira menuju pintu utama, berharap aku menemukan ayah dan bunda yang menungguku dibalik pintu itu. Beberapa langkah lagi aku sampai menuju pintu. Aku memegang knop pintu dengan hati berdebar debar penuh suka cita. Sambil memejamkan mata aku membuka pintu lebar lebar. Namun saat kubuka mataku, tidak ada siapa pun.
"Nona, tuan dan nyonya akan pulang besok malam. masih ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan di Jerman" salah satu pelayan mengatakannya padaku.
Aku terdiam sebentar lalu tersenyum.
"Uhm..begitu ya, yasudah kalau memang seperti itu" aku kembali melanjutkan jalan jalan riangku menuju kamar yang sudah lama tidak aku tempati, kamar masa kecilku.
Ku buka pelan pelan pintunya sambil membungkuk layaknya orang yang sedang menyusup untuk melihat keadaan sekitar. Dan tubuhku langsung tegap karena terpana dengan kamarku yang tidak berubah sama sekali sejak aku tinggalkan. Membuat kerinduan akan kamar ini semakin menjadi jadi.
"Hey, namamu siapa?" aku bertanya pada pelayan yang mengikutiku sedari tadi.
"namaku shin ah nona" jawabnya dengan sedikit kegugupan yang bisa ku lihat. Aku tersenyum. Entah kenapa aku selalu suka dengan orang yang malu malu sepertinya, menurutku lucu dan sedikit menggemaskan.
"Santailah shin ah, jangan gugup begitu, aku bukan majikan yang galak" ucapku berusaha membuatnya tidak terlalu kaku. Jika prediksi ku benar, dia adalah pelayan yang masih baru.
Kemudian dia mengangguk sebagai jawaban. Aku tersenyum.
"Nona Shin ah yang baik hatinya, bisakah kau membuatkanku segelas besar coklat hangat?" pintaku padanya.
"Tentu nona, saya akan segera kembali dengan secangkir coklat hangat" jawabnya dengan bersemangat.
"Tidak shin ah, bukan cangkir, tapi gelas yang besar. Buatkan yang kental ya! kalau bisa tambahkan whip cream diatasnya dan gulali sebagai toping tambahan." ucapku panjang lebar membuatnya melongo untuk mencerna kata kataku.
"Apa kau ingat semua yang ku katakan tadi?" tanyaku lebih untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa coklat hangat yang akan kuminum nanti bukan sekedar coklat hangat biasa.
"T-tentu nona, aku ingat semuanya, segelas besar dengan whip cream dan gulali, benar?" ia mengulang pesananku dengan cepat. Aku tersenyum senang.
"Gotcha! buatkan dengan cepat ya" kataku.
"Baik nona" dia memberiku penghormatan sebesar 90° sebelum dia pergi bergegas menuruni tangga.
Perhatianku kembali tertuju pada kamarku yang masih bernuansa anak kecil. Aku berjalan menuju kasurku yang empuk dan berbaring melihat langit langit kamar yang aku masih ingat, aku tempeli mereka dengan sticker bintang dan bulan yang bisa menyala saat gelap. Aku memejamkan mataku. Menikmati kenyamanan dan mengulang kenangan masa lalu. Saat bunda membacakan cerita sebelum aku tidur, saat ayah datang sepulang kerja dan mencium keningku–berpikir bahwa aku sudah tidur padahal belum. Saat aku dan mereka melihat bintang dan langit malam di balkon kamarku. Semua hal membahagiakan itu membuatku menangis karena rindu.
"Nona apa anda tidur?" itu suara Lee ahjussi. Aku mengusap cepat air mataku, dan langsung bangkit dengan posisi duduk.
"Tidak kok, aku hanya sekedar berbaring. Ada apa?" tanya ku.
Lee Ahjussi terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab "Tuan muda kesini menemui anda nona, dia ada di taman belakang".
Aku terdiam sambil berpikir siapa kira kira yang datang menemuiku. "Tuan muda? siapa?" aku bergumam sendiri lalu beranjak dari kasurku dan berjalan pergi menuju taman belakang. Dalam perjalanan kesana, aku berpapasan dengan Shin Ah yang membawa coklat hangat pesananku. Dia berhenti lalu membungkuk memberi hormat pada ahjussi.
"Wah! coklat hangat nya indah sekali, gulali nya warna warni aku suka! terimakasih shin ah" ucapku lalu mengambil segelas besar coklat hangat itu dari tangannya
"sekali lagi terimakasih ya!" kataku sekali lagi sambil tersenyum senang. shin ah hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
Aku kembali meneruskan perjalananku ke taman belakang. Sambil menyeruput coklat hangat yang sangat aku sukai. Saat aku sampai, aku melihat seseorang duduk diatas ayunan sambil menatap langit yang entah kenapa sekarang terlihat mendung.
"Hei, kau!" aku berteriak pada laki laki itu tanpa melepas sedotan yang rasanya manis dari mulutku.
Laki laki itu menoleh lalu tersenyum. Sepertinya laki laki itu hendak bicara namun aku lebih cepat 2 detik darinya.
"Kau tidak lihat langitnya mendung? kata ayahku kalau kau di luar saat mendung kau bisa kena flu" aku terdiam sebentar sambil terus memperhatikannya, berusaha mengingat siapa dia.
"Kemarilah" aku mengatakannya sebelum kemudian aku berbalik hendak menuju ruang tengah yang disana terdapat kolam berisi banyak ikan hias kecil yang lucu. Aku kemudian duduk di pinggiran kolam sambil memakan gulali. Ku lihat dia dengan santai berjalan mendekat lalu berjongkok di hadapanku. Aku melihatnya datar sambil bertanya tanya apa yang sedang dia lakukan dengan senyum yang menurutku aneh.
"kau mau gulali juga?" tanyaku. dia tetap tersenyum.
"tidak boleh" ucapku lagi sambil menurunkan gelas kepangkuanku.
Dia langsung tertawa. Aku menatapnya aneh. Dia ini siapa sebenarnya?
"Kau ini masih belum berubah ya, lucu sekali sih bikin gemes" ucapnya sambil mencubit pipiku.
Beberapa saat aku hanya terdiam karena terkejut dengan sikapnya. Namun beberapa detik setelahnya aku sadar dan balik mencubitnya dengan kesal.
"kau ini siapa berani cubit cubit pipiku" saking kesalnya aku sampai menekan pipinya hingga ia terdorong ke belakang. Namun dia malah memegang tanganku membuat aku juga ikut terdorong bersamanya.
prank! gelas berukuran besar yang ada di pangkuanku sudah tergeletak tak berdaya dilantai. "Aduuhhh!" aku menatapnya sengit, kini aku ada diatas tubuhnya dengan coklat panas yang tumpah mengenai bajunya....dan juga bajuku. Coklat panasku yang berharga! dan dia malah memeluk pinggangku sambil tersenyum tanpa dosa, aku tidak tahu sama sekali apa arti senyum itu, dan aku tidak peduli. Aku tidak suka! laki laki ini menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
My DubuDino
FanfictionDISCLAIMER: Keseluruhan cerita merupakan hasil murni dari pemikiran dan khayalan saya sendiri. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam bentuk hal apapun.