"Semoga Tuhan memberikan kedamaian disisinya"
Satu per satu orang telah meninggalkan pemakaman usai pendeta membacakan doa terakhirnya. Gemuruh diatas awan sedari tadi menumpahkan rintik hujan menjadi latar belakang prosesi pemakaman Edward Johnson. Tak hanya langit yang menangis, kedua mata Stella pun ikut menangis.Di sampingnya seorang laki-laki dengan stelan jas hitam memeluk sembari ngusap pundak Stella, bukan Jake tapi Ben.
Stella tak kuasa menahan tangis, mendengar kabar tiba-tiba Ayahnya meninggal dunia. Ia tidak tau jika selama ini Ayahnya mengidap penyakit kanker darah stadium 4. Edward sengaja pergi berobat ke Paris, karena tidak mengingin kan Stella tau penyakit yang dideritanya.
"Nona Stella, aku Kenny asisten Tuan Edward. Tuan... telah meninggal dunia"
"Ap..Apa?"
Stella beraharap ini adalah hanya sebuah lelucon, tapi ia sadar bahwa sekarang bukan lah hari ulang tahunnya. Stella bergegas keluar dari kamarnya pada pukul satu malam. Ia mengetuk pintu Jake tapi tidak ada jawaban, di bukanya pintu itu dan tidak ada Jake disana.
Stella mengambil ponselnya kemudian mencoba untuk menghubungi Ben, "Ben.." ucapnya dengan tangisan.
"Stella, kau baik-baik saja? kau dimana? apakah Jake melukaimu?"
"Tidak, Ayah ku.... meninggal dunia"
"Kau dimana?"
"Fla.. Flat.." kata Stella sesegukan.
"Kau tetap disana, aku akan segara menyusulmu"
Hati Stella benar-benar hancur, ia sangat merasa bersalah kepada Ayahnya dan juga sangat marah padanya. Beberapa bulan terakhir ini Stella sering kali menyerukan maki-makian untuk ayahnya karena tidak menghadiri pentas drama tapi sekarang ia ingin sekali memarahinya karena menyembunyikan sesuatu hal yang besar pada Stella.
Stella terduduk di lantai, membenamkan kepalanya diantara kedua kaki yang ditekuk. Tidak lama kemudian pintu flat terbuka, Ben menghampiri Stella serta memeluknya erat.
"Apa yang terjadi?"
Stella menangis dan mencoba menjelaskan pada Ben tentang Ayahnya, "Aku harus segera ke Paris, Ben"
"Aku ikut dengan mu"
"Tidak itu akan merepotkan mu"
"Aku tidak ingin kau sendirian. Akan ku minta Ibu ku membuat pasport kilat untuk kita. Sekarang bawa barang-barang yang kau butuhkan, kita ke rumah ku sekarang"
Stella mengangguk mantap, menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya. Ia mengambil beberapa pakaian lalu memasukkannya ke dalam ransel hitam miliknya.
"Tapi Jake?"
"Stella.. berhentilah memikirkan orang yang tidak memikirkanmu" Ben menarik tangan Stella keluar dari flat, mereka menuju rumah Ben yang tidak jauh dari asrama.
Disana seorang wanita cantik sekitar berumur 35 tahun memakai piyama satin berwarna pink terduduk di sofa sedang menonton tv. Saat melihat Ben, wanita itu bangkit dari duduknya.
"Mom, ini Stella"
"Stella ini Ibu ku"
"Kemarilah sayang" Ibu Ben tersenyum manis pada Stella serta kedua tangannya terlentang membuat ruang untuk Stella memeluknya. "Aku turut berduka untuk Ayahmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
STELLA.
Teen Fiction[COMPLETED] Seorang gadis yang 'terpaksa' tinggal satu flat dengan lelaki menyebalkan di asrama. Segala sesuatu mereka lakukan bersama, hingga tumbuh rasa yang sejak awal mereka hindari. Akankah mereka berhasil menghindari rasa itu? atau justru mena...