2. It Really is an Ordinary Day

91 15 10
                                    

Dari jauh terdengar ledakan amat keras. Jantung Lake sempat melompat sebelum kembali tenang di balik sangkar iganya.

 Jantung Lake sempat melompat sebelum kembali tenang di balik sangkar iganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lake menengok, matanya menyipit memerhatikan ujung lorong buntu. Di sana ada ruang bimbingan konseling dan laboratorium saling berhadapan kalau gadis itu tidak salah ingat. Ternyata benar, banyak murid berjas putih juga asap hitam misterius menyeruak dari laboratorium. Seorang guru, wanita berambut hitam yang dipotong sangat pendek menyerupai laki-laki langsung mengambil pemadam api yang terletak di dalam kotak kaca yang tertanam pada dinding di antara kelas 1-F dan laboratorium.

Dipecahkanlah pintu kaca persegi itu. Sang guru berlari ke dalam laboratorium membawa tabung merah dengan selang hitam di genggaman tangan kanan. Masker yang terpasang menutupi mulut dan hidung sang guru sudah dipenuhi warna hitam, tampak berbahaya. Ia menerobos kerumunan murid yang kotor orlh asap hitam berbau tidak sedap.

Lake segera menghampiri keributan, berdesak-desakkan sampai seragam gadis itu ikut kotor. Setelah berhasil mencapai pintu, ia memakai kekuatannya agar bisa melihat menembus asap. Dasinya Lake gunakan untuk menutup hidung dan mulut, kemudian masuk ke tempat tersebut tanpa ragu.

Entah bagaimana asap sudah menyesakkan seisi ruangan, menempati sudut-sudut padahal ledakan baru terjadi. Di sisi-sisi ruangan terdapat lemari-lemari putih dengan pintu kaca, merapat pada dinding putih. Di tengah laboratorium terdapat empat meja panjang berwarna hijau tua yang diletakkan sepasang di kiri dan sepasang lagi di kanan. Dari situ pula asap keluar.

Gadis itu melihat sang guru mengarahkan pemadam kepada erlenmeyer berapi. Di sana ia melihat seseorang terdiam di depan hal berbahaya tersebut.

Ravi? Kenapa dia di sana? batin Lake.

Semakin lama, Lake menjadi pusing. Ia menggunakan kekuatan lain untuk mengendalikan api sehingga api itu semakin kecil dan akhirnya padam. Pemuda di seberang sana terbatuk-batuk. Sang guru meletakkan pemadam lalu membuka jendela. Asap hitam langsung keluar mengotori udara Ashton Private Junior High School. Yang berjalan di bawah jendela itu mendongak, kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Mr. Reidant, apa yang kau lakukan!?" pekik sang guru sembari menunjuk meja.

Ravi menggelengkan kepala dengan heboh. "Saya tidak melakukan apa-apa, Mrs. Bene!" balas pemuda berambut acak-acakan sewarna tembaga itu.

Mrs. Bene menatap tajam pada Ravi, kemudian ia menengok dan menemukan Lake berdiri di dekat pintu. "Nah, kau," panggilnya. Lake menengok ke kanan-kiri, tidak ada orang lain selain dirinya di sana. Murid-murid berjas putih tadi mengintip dari pintu, tidak berani masuk walaupun selangkah.

"S-saya?" Sang gadis menunjuk diri sendiri.

"Ya, kau anggota OSIS, 'kan?"

"Iya ...."

"Tolong bawa dia, tanya kenapa dia meledakkan laboratorium. Catat pengakuannya."

Ravi yang awalnya terus menatap meja langsung tersentak, lantas menatap Lake, mulutnya berujar, "Maaf, aku juga tidak mengerti apa yang terjadi."

UnordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang