Suara Hati

617 14 0
                                    

"Aku adalah Tuhan bagi diriku sendiri!" Itulah ucapan sang sufi. Banyak orang yang mendengar ucapannya menjadi tercenggang. Bahkan para ulama pun tercenggang dan menolak Abu Nuwas, kata mereka "siapakah dia yang mengatakan dia adalah Allah, padahal Tuhan diatas segala-galanya, diatas jiwah dan ruh kita yaitu jemaatnya." 

Maka tersiarlah bahwa sang sufi adalah kaum musyrik yang menyesatkan, banyak yang menajiskan dia dan menyamakan dia dengan liur dari binatang berkaki empat. Terus, lalu, dan lanjut, itulah yang dia lakukan sampai seorang sahabatnya datang ke dia untuk menanyai kebenaran itu.

Berkatalah sahabatnya " mengapa kau begitu picik terhatap pandanganmu, aku sudah keliling dunia dan melihat kehebatan Allah, aku mencari dia sampai ke kota suci, sedangkan kau yang hanya bertapa dan mengembara bisa berkata seperti itu, apakah arti dari perkataanmu?"

Berkatalah dia, " siapakah mereka dan engkau yang bisa menghakimi aku, memang aku bukan ulama tersohor ataupun mufti negara, apalagi telah mengunjungi kota suci. Tapi aku mendapatkan dia, yaitu yang satu, MahaAwwal dan MahaAkhir, sang penghancur dan pencipta. Untuk apakah aku berkeliling dunia untuk mencarinya, sedangkan dia ada dalam diriku,  bersamaku disetiap gerak dan hidupku, dan juga aku telah melihat karyanya yang begitu besar dan indah bukan dalam perwujudan fisik dan kemegahan, tetapi batin dan ruh. Aku telah mencapai apa yang dinamakan puncak kesadaran jiwa. Tak perlu aku melihat kemegahan masjid sedangkan disekitarnya ada orang miskin yang meminta minta, ataupun ayat bertinta emas di istana, sedangkan rakyatnya kelaparan. Jika kau sadar ada Allah didalam dirimu, maka kau mendapatkan pusat kemandirian."

" Mungkin pikiranku terlalu rumit sehingga engkau tidak bisa menilaiku dengan baik, atau malah kau menganggap aku najis karna telah menistakan kebesaranNya. Maka terjadilah apa yang terjadi, sepertiNya ulama besar pun sama seperti pikiranmu." Kata sang sufi itu

Temannya pun tidak terima, dalam hatinya dia bergumal seperti membacakan syahdat, tetapi bukan syahdat yang dikatakannya tetapi kata kata najis.

Lanjut sang sufi "Jika kau hanya melihat kemegahan dari sebuah peradaban Islam, maka kamu tidak ada bedanya dengan orang-orang kafir. Percayakanlah dirimu kepada hatimu, karna dialah wakil Allah yang berada didunia, puaskanlah hatimu dengan perenungan, bukan dengan kekayaan dan kemegahan."

Lalu sahabatnya itu, pergi dari tempatnya berdiri, banyak orang-orang heran dengan raut mukanya.  Kata sang sufi kepada orang-orang  "Janganlah kamu memfanakan hidupmu dengan segala macam hal-hal duniawi, jadikanlah kitabmu menjadi pegangan bersanding dengan suara hatimu, sebab berpegang hanya dengan tulisan, tidak lebih baik dari apa yang diperbuat pendosa-pendosa yang menjadikan kitabmu sebagai tameng."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SufiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang