“Diana!” aku menoleh ke belakang saat seseorang berteriak memanggilku. Aku melihat Harry disana berlari menghampiriku dengan senyum manisnya.
“hi Harry!” sapaku padanya. dia terlihat sangat tampan dengan t-shirt yang ia kenakan. Oh tidak maksudku dia memang selalu terlihat tampan.
“senang melihatmu,” ucapnya perlahan. aku tersenyum kecil.
Harry adalah temanku. Kami mempunyai hobi yang sama, bermain golf. Saat waktu luang kami gunakan untuk bermain golf bersama. Oleh karena itu aku sangat nyaman berteman dengan Harry.
“Diana?” tanyanya perlahan.
“ya?” jawabku dengan senyuman.
“Diana?” tanyanya lagi.
“ya ada apa Harry?” jawabku dengan sabar.
“Diana, apakah kau mau makan malam denganku?” aku terdiam saat ia menawarkan padaku untuk makan malam dengannya. Apakah aku bermimpi? Tidak, ini bukan mimpi Diana. Ini kenyataan, Harry mengajakmu makan malam. Oh apa ini artinya sebuah ‘kencan’? Aku mulai berandai-andai tentang makan malam bersama Harry. pasti sangat romantis, penuh dengan bunga, ada alunan musik yang merdua, dan senyum manis Harry.
“Diana? Bagaimana? Apakah kau mau makan malam denganku?”
“tentu saja,” jawabku dengan singkat. Aku tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaannya, apakah aku harus menjawab “ya aku mau” , “tentu saja mau!” , “aku sangat ingin makan malam bersama denganmu!” atau “tentu”. Tapi kupikir “tentu saja” adalah jawaban yang netral. Aku tidak ingin terlihat bahwa aku menyukai Harry.
“aku akan menjemputmu nanti malam dirumah jika kau tidak keberatan.” Rasanya aku ingin berlari dan berteriak sekencang mungkin. Tidak pernah Harry mengatakan hal yang begitu romantis padaku. Biasanya ia selalu mengejekku dan mengatakan jika aku ini tidak cantik.
Aku berharap Harry memiliki rasa yang sama seperti diriku. Walaupun kenyataannya dia lebih dekat dengan Lisa, salah satu mahasiswi disini. Lisa memang cantik, tidak seperti diriku. Dia juga memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan diriku yang mempunyai banyak sekali kekurangan.
“Harry! Diana!” aku dan Harry menoleh secara bersama-sama ke sumber suara tersebut. Mataku menangkap pada sosok Lisa yang sedang berjalan menuju arah kami. Aku memandang Harry sejenak sebelum aku mengalihkan pandanganku pada Lisa.
“hi Lisa!” sapa Harry dengan sangat ramah. Aku hanya bisa tersenyum kecil membalasnya.
“apa kalian ada rencana malam ini?” tanya Lisa dengan antusias.
“malam ini? tidak, kami tidak memiliki rencana malam ini, kenapa?” aku memandang pada Harry. kenapa ia harus berbohong? Bukankah ia ingin mengajakku untuk makan malam?
“aku ingin mengajak kalian untuk nonton film. aku punya 3 tiket menonton, rencananya aku ingin mengajak adik-adikku, tapi mereka tidak bisa. Jadi aku mengajak kalian, bagaimana?” tanya Lisa dengan senyum ramahnya.
“tentu saja, kau juga mau kan Diana?” tanya Harry sembari merangkul pundakku. Aku tersenyum kecil sebelum akhirnya menggelengkan kepalaku.
Aku terpaksa melakukan ini. Bukan karena aku tidak mau, tapi aku tidak ingin mengganggu Lisa dan Harry. Sebenarnya dulu Harry sempat mengatakan jika ia menyukai Lisa. Bahkan setiap hari ia selalu memuji Lisa dihadapanku. Sebagai teman, tentu aku harus bisa menerima semua ocehannya.
“kenapa tidak?” tanya Harry dengan kernyitan didahi.
“aku-- aku baru ingat jika harus membantu ibu di toko kuenya. Jadi maaf aku tidak bisa ikut dengan kalian.” jawabku berbohong. Sebenarnya aku sangat ingin ikut dengan kalian. Tapi sekali lagi aku tidak ingin mengganggu Harry dan Lisa.