MEMULIAKAN TAMU

571 7 0
                                    

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Suatu hari Rasulullah saw kedatangan seorang tamu, dari penampilannya tamu itu bisa langsung ditebak, bahwa ia adalah orang yang sangat miskin. ”Saya sedang dalam kesempitan, Ya Rasulullah.Tak ada sesuatu pun yang saya punyai.”, jelas tamu itu ketika Rasulullah mempersilakannya masuk kedalam rumah.

Bagitu tamu itu duduk, Rasulullah langsung beranjak ke belakang, menemui istrinya, kepada istrinya, beliau katakan ada seorang tamu yang sedang dalam kesusahan.

"Kita sendiri tidak mempunyai apa-apa yang bisa kita berikan, yang ada hanya air putih saja."
Mendengar penjelasan istrinya itu, Rasulullah sedikit kecewa karena tak berkesempatan menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan, Rasululllah balik ke ruang tamu menemui para sahabatnya.

“Siapa diantara kalian yang bersedia menjamu tamu malam ini ? Ia akan beroleh  rahmat dari Allah swt.” “Saya ya Rasulullah, biarlah tamu itu menginap dirumahku saja, salah satu diantara para sahabat Nabi dari golongan Anshar menawarkan diri.

Orang Anshar itu pun pulang ke rumah, sesampainya dirumah, ia menemui istrinya  dan bertanya kepadanya  apakah yang mereka miliki hari itu. “Wahai istriku ! Tadi aku menyanggupi tawaran Rasulullah untuk menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan dan kesusahan malam ini. Adakah makanan yang dapat  kita jamukan untuk tamu kita itu”? “Sesungguhnya yang kita miliki cuma nasi untuk anak kita saja, kalau ini kita sajikan, maka anak kita tidak dapat makanan malam ini”. ujar sang istri.

“Kalau begitu bujuklah anak kita untuk segera tidur agar ia tidak merasa kalaparan”. “Tapi nasi itu tinggal sedikit saja, tidak cukup untuk berdua’. “Begini saja, waktu tamu itu sudah datang, kamu pura-pura tidak sengaja mengibaskan lilin itu hingga padam, nanti tamu itu kita persilahkan makan di waktu gelap. Saya akan menemaninya sambil berpura-pura makan juga, bila selesai ia makan, maka usahakan lilin sudah bisa dinyalakan”.

"Baiklah suamiku, aku akan melakukan hal seperti itu," pada waktu tamu itu datang, maka dilaksanakanlah sandiwara tersebut. Esok harinya ketika orang Anshar dan istrinya bertemu Nabi, sempat berkata tentang apa-apa yang mereka lakukan dalam menjamu tamunya. Nabi langsung tersenyum sambil berkata kepada mereka, ”Aku benar-benar kagum dan hormat terhadap usaha  kalian berdua kepada tamumu malam itu”. 

Demikianlah salah satu kisah pada zaman Nabi saw tentang keutamaan melayani tamu, riwayat diatas menandakan bahwa memuliakan tamu adalah suatu hal yang sangat terpuji. Sahabat nabi tersebut memperlihatkan sikap yang sangat mulia dengan berupaya keras agar dapat menyambut sekaligus menyuguhkan sesuatu yang dipunyainya meskipun keluarganya sendiri dalam kondisi terdesak.

Dalam ajaran Islam, memuliakan tamu itu dengan memberi hak-haknya, antara lain, menerima dengan baik, tersenyum atau dengan sajian makanan dan minuman yang sepantasnya. Melayani dengan ikhlas keperluannya selagi mampu, dan menyatakan dengan baik jika tidak mampu. Tak mengherankan jika Nabi saw menegaskan,”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah memuliakan tamu-Mu.” (HR Bukhari)

Begitu terpujinya memuliakan tamu hingga nilainya sejajar dengan beriman kepada Allah swt dan hari kemudian, hari kiamat. Dengan kata lain, belumlah disebut beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, selama ia tidak memuliakan tamunya, apabila tamu datang, bagaimanapun bentuk dan rupa tamu itu, siapapun dia (selama tidak berniat mencelakakan) kaya, miskin, muslim atau non muslim, maka diperintahkan oleh Allah swt untuk memuliakannya.

Dalam sejarah, Nabi Sulaiman as, pernah ditegur oleh Allah swt, karena pada saat didatangi tamu dari kaum kafir, beliau tidak sepenuh hati memuliakan tamunya. Beliau merasa tidak perlu memuliakan tamunya seperti beliau memuliakan tamunya sesama muslim, Beliau hanya memberinya minum dan berkata seadanya, setelah tamu itu pulang datanglah malaikat Jibril menyampaikan teguran  dari Allah swt. ”Wahai Nabi, Allah, Allah menegurmu  mengapa memperlakukan seorang tamu secara diskriminatif (berbeda) hanya karena alasan beda agama (keyakianan), suku, serta perbedaan status sosial lainnya.

Sumber : Rahasia Sunnah-Sunnah Nabi

KUMPULAN MUTIARA RASULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang