01

61 9 10
                                    

Waktu menunjukkan pukul 03.00 sore. Seperti biasa, Haneul tengah berada ditoko roti milik eomma nya. Hari ini hari minggu. Jadi, Haneul membantu eomma nya dari pagi sampai toko tutup. Tidak seperti hari biasanya, ia hanya membantu eomma nya  setelah pulang sekolah.

"Haneul." Panggil eomma Haneul dari dapur.

"Ne, eomma." Haneul beranjak dari konter pemesanan dan menghampiri eommnya.

"Tolong buangkan sampah-sampah ini kedepan. Sebentar lagi pengambil sampah akan datang." Ucap eomma Haneul seraya menyerahkan kantong plastik yang berisi sampah.

"Geurae. " Haneul menyambut plastik sampah yang diberikan eommanya. Setelah itu, ia berjalan keluar dari toko untuk membuang sampah-sampah itu.

Baru saja Haneul selesai membuang sampah. Seorang pelanggan dengan pakaian tertutup berjalan masuk ketoko roti. Melihat itu, Haneul segera beranjak dari tempatnya dan bergegas melangkahkan kakinya.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu, Tuan." ucap Haneul dengan ramah, ketika ia telah tiba dikonter pemesanan kepada pelanggan yang berada dihadapannya.

Pelanggan lelaki itu, mengangkat topinya dan menurunkan maskernya hingga dagu.
Membuat wajah lelaki itu terpampang jelas.

Awalnya Haneul tidak mengenali lelaki yang ada di hadapannya. Tapi, setelah lelaki itu  menurunkan maskernya membuat Haneul membulatkan matanya.

Haneul pov.

Terdiam. Itulah yang aku lakukan ketika melihat wajah lelaki dihadapanku dengan sepenuhnya.

Dia. Seorang idol  yang sangat aku sukai sekarang ini.

Park Jimin. Siapa yang tidak mengenalnya. Lelaki itulah yang datang ke tokoku saat ini. Sungguh, aku tidak tau harus bagaimana.

"J..Ji..Jimin oppa."  Ucapku dengan tergagap.

"Hi. Ternyata kau mengenalku." Balasnya ramah.

"Tentu saja aku mengenalmu. Karena aku fans mu." Aku berusaha menghilangkan rasa gugupku.

"Woah... ternyata kau fans ku." Jimin terlihat begitu santai. Berbeda sekali dengan ku.

Aku mengangguk membalas ucapnnya dan tersenyum. begitu pula dengan Jimin, ia tersenyum balik kearahku.

Hampir saja aku melupakan tugasku sebagai pelayan, karena aku merasa lupa  dengan apa yang harus aku lakukan.

"Apa yang ingin kau pesan, Tuan?." Tanyaku pada Jimin. Selayaknya seorang pelayan kepada pelanggan.

Jimin mulai memilih-milih roti yang tersedia disini.

Ia menjatuhkan pilihan pada 4 roti berisi selai cokelat dan 3 roti bersisi selai stroberi.

Aku menyiapkan roti yang dipesan Jimin. Setelah itu ku berikan roti-roti tadi kepadanya.

"Ini rotinya. Dan ini total yang harus dibayar." Aku menyerahkan rotinya dan menunjukkan bill nya.

Jimin mengeluarkan dompet miliknya dari saku celana jeans yang ia gunakan. Dan  Membayar dengan uang pas.

"Terima kasih atas kunjungannya. Selamat menikmati. Kembali lagi kesini." Ucap ku seraya menundukkan badan.

Jimin mengangguk dan tersenyum manis. Lalu ia berjalan menuju keluar toko. Tapi, aku memanggilnya kembali. Membuatnya membalikkan tubuhnya.

Aku berjalan menghampiri Jimin, tangan ku memengang satu note kecil dan pulpen. aku berniat meminta tanda tanggannya.

"Mianhae. Karena memanggilmu lagi. Hhmm... bolehkah aku meminta tanda tangan mu?." Kegugupan ku kembali meningkat.

When I Meet You [PARK JIMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang