Chapter 2

1K 103 9
                                    

Sebelumnya

Kyuhyun membuka matanya. Perlahan bayangan tentang kecelakaan beberapa jam lalu masuk ke memorinya, memaksanya mengingat tentang kejadian menyakitkan itu.

'Appa... Eomma...' lirihnya memanggil kedua orang tuanya.

Di dalam bayangan Kyuhyun, eommanya akan membangunkannya dari semua mimpi buruk ini dan mengajaknya sarapan kemudian mereka akan mendengarkan lelucon appanya - yang jujur saja tidak lucu - seperti hari biasanya. Tapi sayangnya, bayangan hanyalah bayangan.

Kyuhyun ingat dengan jelas bahwa  mobil mereka menabrak papan penutup jalan sebelum akhirnya berguling. Dan yang terakhir dia ingat adalah pelukan hangat eommanya sebelum menutup mata. Dia mengingatnya tentu saja, karena dia seorang yang cerdas.

Kyuhyun menjelajahi ruangan putih yang ditempatinya...

.

.

.

Selanjutnya

Tok tok tok

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruang pesakitannya. Dan orang itu masuk. Seseorang yang menjadi penyebab semua hal buruk ini terjadi. Cho Hwan Woo, pamannya.

Hwan Woo tersenyum -ah lebih tepatnya menyeringai kearah Kyuhyun.

"Hoo keponakan manisku sudah bangun ternyata," ucapan menyebalkan Hwan Woo keluar dari mulutnya.

Kyuhyun ingin menjawab tapi... Tidak ada suara sama sekali yang keluar dari mulutnya. Apa yang terjadi? Berulang kali dia mencoba mengeluarkan suara tapi nihil. Ok. Kyuhyun mulai panik sekarang. Dia memegang tenggorokannya sambil terus berusaha bersuara.

Hwan Woo melihat semua itu tanpa terlewat sedetikpun. Bagaimana ekspresi kesakitan keponakannya dan betapa menderitanya dia. Karena baginya hal paling menyenangkan adalah melihat keluarga saudaranya menderita.

Kejam memang. Tapi apa pedulinya. Baginya yang terpenting adalah harta. Yah Hwan Woo menginginkan harta adiknya. Salahkan orang tua mereka yang tidak mewariskan harta mereka secara adil. Hingga dia harus repot-repot mengotori tangannya untuk mendapatkan harta tersebut.

"Apa? Apa? Kau tidak bisa bicara eoh.. Perlu paman bantu?" Hwan Woo tersenyum semakin lebar. Kentara sekali dari nada bicaranya bukan bantuan yang ditawarkan melainkan kematian.

Beberapa jam lalu dia telah menyuruh orang membunuh keluarga Young Hwan dengan membuat rem mobil yang akan ditumpangi mereka blong. Dan Hwan Woo sudah memperkirakan bahwa keluarga itu akan melewati jalan 'DongWoon' tanpa tahu jika jalan itu ditutup untuk perbaikan. Dan semua rencananya itu hampir sukses. Hampir? Yah hampir, karena keponakannya ini entah bagaimana caranya bisa selamat dari kecelakaan maut itu. Bahkan mobil mereka pun sudah hancur karena terbanting-banting beberapa kali.

Hwan Woo mengeluarkan suntikan berisi cairan yang Kyuhyun tidak tahu apa itu. Kemudian dia mendekati kantong cairan infus yang tergantung di tiang samping ranjang Kyuhyun, berniat menyuntikkan cairan itu kedalamnya.

Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak mau hidupnya berakhir seperti ini. Ditangan pamannya sendiri.

Kriettt

Hwan Woo langsung menyembunyikan suntikan itu kedalam saku jasnya begitu seseorang tiba-tiba masuk ke ruang rawat Kyuhyun.

'Harabeoji,' dalam hati Kyuhyun bersyukur begitu melihat kakeknyalah yang masuk.

"Kyuhyunnie kau sudah bangun, nak?" ucap Kim Jung Ha, ayah dari ibu Kyuhyun. "Oh Hwan Woo-shi kau disini? Kenapa tidak memanggil uisa?"

"Aku baru saja ingin memanggil uisa," ucap Hwan Woo berbohong, "Kalau begitu biar kupanggilkan uisa sekarang," dia cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

Pour Chopin (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang