Bagian 1: Senang tapi Miris

303 12 2
                                    


Kinara meletakkan tasnya dengan asal di atas mejanya. Dia menarik kursi lalu duduk, masih menatap ke arah ponselnya sejak berada di koridor sekolah. Salah satu headsetnya ia mainkan di tangan kiri dengan tetap menaruh atensi penuh pada ponselnya. Sesekali ia tertawa kecil lalu tersenyum lebar.

"Ya elah nyet! Masih pagi sudah anime lagi. Gak bosan?"

Kinara tidak menjawab, malahan asyik tertawa sendiri. Orang yang mengatainya tadi merengut kesal, meletakkan tasnya di samping tas Kirana lalu menepuk punggung gadis itu dengan kuat sampai Kirana terdorong ke depan. Setelah mendapat pukulan, Kirana mempause video lalu menatap polos, "Kenapa kesal Hilma?"

"Ya elah! Sok polos! Eh, gue sudah sapa elo tadi, malahan nggak balas."
"Maksudmu dengan sapaan monyet? Siapa juga mau balas kalau gitu? Kalo aku panggil kamu monyet, kamu balas sapaanku gak?"
"Ogah! Orang cantik begini kok dibilang monyet," balas Hilma sambil menepuk pipinya.
"Itu ngerti," ucap Kinara lalu melanjutkan acara nontonnya.

Hening melanda mereka berdua. Kinara sedang asyik dengan ponselnya, sedangkan Hilma menopang dagunya dengan bosan. Ia sangat bosan karena tidak ada lawan bicara. Ah, bukannya tidak ada, hanya saja gadis di sampingnya enggan bicara jika sudah menonton anime.

Hilma melirik diam-diam ke layar ponsel Nara, melirik ke arah lain lalu kembali ke layar ponsel itu. Sepertinya adegan anime itu seru banget. Lihat, cewek itu memegang katana lalu membunuh monster.

Tanpa sadar dia sudah menggeser bangkunya lebih dekat ke Nara dan Nara juga menggeser ponselnya di tengah mereka berdua.

"Bagi dong headsetnya! Gue juga mau dengar," pinta Hilma yang langsung ditanggapi Nara. Mereka menonton dengan khidmat, tanpa suara apapun ketika adegan tokoh utama menbelah tubuh monster dengan baju zirah samurai.

Hilma menelan ludah ketika melihat monster itu mengucurkan banyak darah. Perutnya bergejolak dan ia merasa geli. Dilepaskannya headset itu karena tidak tahan dengan suara darah mengucur lalu melirik Nara.

Sial! Gadis itu tampak senang dengan adegan tadi. Apa otaknya sudah bergeser?

"Nyet, kenapa elo kelihatan senang banget? Ih, merinding," ucapnya sambil melepas headset. Nara tidak menjawabnya.

Dia melakukannya dengan sengaja, pikir Hilma.

"Nara."
"Kamu nggak nonton ceritanya dari awal sih. Bagus banget loh."
"Apa sih namanya?"
"Blood-C."
Hilma mendengus, "Terus kenapa kamu senang?"

Nara menunjukkan layar ponselnya, "Nih! Lihat cowok itu."

"Terus kenapa?" "Lihat dulu Hilma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus kenapa?"
"Lihat dulu Hilma."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2D or 3D?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang