Reality

6K 63 6
                                    

Eleanor[POV]

Udara dingin di London membuatku hanya berdiam diri di apartemen. Melihat salju yang turun, dan orang-orang yang berlalu lalang. Ku sentuh kaca jendela ku, dingin sudah menjalar di jari-jariku.

"Kenapa kau diam saja dari tadi? Kau tidak mau makan?"

Aku menengok kebelakang dan Mendapati kakakku, Ronaldo, sedang berdiri seraya mengantongi kedua tangannya.

Umur Ronaldo dan aku hanya berjarak 3 Tahun. Sekarang umurnya menginjak 28 tahun, 3 bulan lagi. Walaupun Ayah menamainya seperti pemain sepak bola, tetapi dia sangat tidak suka dengan sepak bola.

Aku ingat saat dia kelas 6. Waktu itu ada pertandingan sepak bola di sekolahnya, dia merayu ku untuk menonton, dia bilang dia akan mengalahkan lawannya. Nyatanya, dia malah tidak dimainkan karena melakukan kesalahan yang fatal, gol bunuh diri. Semenjak itu Ronaldo berjanji pada dirinya sendiri tidak akan bermain bola lagi. Dan semenjak itu juga aku selalu meledeknya.

"Aku akan kebawah sebentar lagi."

Ronaldo hanya menganggukan kepalanya dan kembali ke bawah

Apartemen ini sudah kami tinggali selama 8 tahun. Kami pindah dari America karena tugas ayahku. Pikiranku melambung jauh saat mengingat kami masih di America. Aku mengingat Alex sahabatku yang 2 minggu sebelum ujian sekolah mengaku dirinya Gay

Flashback

Di lapangan sepak bola milik sekolah ini, aku duduk berdua dengan sahabatku. Dan disini juga aku harus dihadapi oleh kenyataan yang menyakitkan

"Aku rasa aku ini Gay"

Badanku serasa disiram air dingin. Kakiku lemas. Yang kulakukan sekarang hanyalah menatapnya Dengan penuh kebingungan dan ketidak percayaan

Alex. Seorang pria berkulit putih, beralis tebal, hidung mancung, rambut bermodel semi mowhak, mata dengan tatapan yang lembut, bibir sexy. Yang sudah hampir 6tahun kami bersahabat. Berbicara seperti itu?Menyatakandirinya Gay?

Lelucon yang bagus, Sangat bagus. Padahal disekolah dia termasuk lelaki tergenit terhadap wanita.

Kupecahkan keheningan di antara kami berdua yang sedari tadi berada di lapangan sepak bola milik sekolah dengan menghela napas tidak percaya dan tersenyum geli

"Kau gila ya? Lelucon macam apa itu? Sini aku cek" Ku taruh punggung tanganku di jidat-nya. sedikit tertutupi oleh rambut-nya yang jatuh di jidat

Alex mengambil tanganku dan di genggam olehnya. tersenyum lembut kepadaku lalu menggeleng kecil

"Aku tidak gila. Dan aku serius, Eleanor"

"Itu tidak mungkin!" Jawabku frustasi mendengar semua kenyataan dari diri Alex

Aku menggeleng masih tidak percaya. Mataku menulusuri mata hitamnya untuk mencari kebohongan. Sayangnya tidak nampak kebohongan di mata indah milik Alex

Alex menaikan alisnya, "kau mau meninggalkan ku?"

Tidak! Ini semua tidak mungkin terjadi. Alex satu-satunya lelaki tergenit terhadap wanita di sekolah.

Aku menarik tanganku yang berada di genggamannya. Sebenarnya genggaman tangannya cukup membuat ku nyaman, tapi keaadannya sedang tidak mendukung

"Kenapa?" Tanyaku lirih. Air mata sudah tergenang di pelupuk mataku

Alex menghela napas kasar dan mengangkat bahunya, "aku menyadarinya tadi"

Sekarang yang kulihat Alex yang frustasi

"Bahkan aku tidak merasa jijik" Tambahnya dengan suara serak

Alex memenjamkan mata dan memijit batang hidungnya

My Beloved GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang