"Karin, cepatlah!"
Suara Alena yang pastinya tak merdu itu masuk ke telingaku."Iya sebentar lagi aku selesai!" sahutku. Kemudian merapikan rambutku yang terurai dan mengambil dompet merah marun ku. Aku memakai dress biru dengan sepatu ungu yang cantik.
Aku keluar dari kamarku dan bertanya pada Alena, "Bagaimana penampilanku sekarang?" tanyaku penuh harap.
"Biasa saja." jawabnya judes. Seketika semyumku hilang karena jawabannya yang tak memuaskan.
Lalu kami keluar dari apartemen dan masuk ke mobil ku.
Dalam perjalanan, aku lebih sering menatap ke langit ketimbang melihat jalan raya.
Langit tak berbintang. Hal yang paling kubenci di kota. Biasanya jika dulu di desa, aku akan mengamati bintang dan menghubungkannya. Terlihat sangat indah. Namun tak seperti di desa, di kota yang padat dan ramai, kita akan jarang menemukan bintang.
Tak terasa aku sudah sampai di studio, para penggemar, wartawan dan lainnya mengerubutiku seperti semut. Aku hanya bisa tersenyum, sebetulnya hatiku tak enak menolak nereka meminta foto dan tanda tangan, karena mereka akan gembira kan.
Aku naik ke panggung, entah kenapa kali ini aku sedikut gugup. Ini bukan pertama kalinya aku melakukan hal ini. Tapi aku merasa ada yang berbeda.
Tanganku berkeringat saat memegang mike. Lidah ku keluh untuk bernyanyi. Tapi aku harus melakukannya
Kemudian aku mengeluarkan suara ku. Kulantunkan dengan indah suaraku ini, nada demi nada kukeluarkan dari mulutku. Perlahan, di tengah kesempatan aku menarik napas dalam agar kuat.
Namun dia, membuat napasku tak beraturan. Aku mulai menyanyikan laguku dengan jelek dan kemudian aku menghentikannya.
Para penonton mulai berbisik. Namun aku terus memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Topi hitam dan wajah yang tampan. Mata birunya bersinar. Jaket kulitnya berkantung dan memakai jeans biru serta sepatu cokelatnya.
Ketika mara birunya bertemu dengan mataku ia langsung pergi. Tanpa pikir panjang aku turun dari panggung.
Aku berlari mengejarnya hingga keluar dari studio. Aku tak peduli semarah apapun mereka juga alena. Yang penting aku harus mengejarnya.
Ia lalu keluar dan masuk ke dalam jeep hitam miliknya. Dan menjalankanya. Asal kalian tahu, aku ini pelari cepat. Aku merobek bajuku yang ketat agar aku lebih leluasa saat berlari, aku juga melepas sepatu hak unguku
Aku berlari mengejarnya, rambutku yang terurai terbang di udara.
Sadar aku mendekatinya, ia menaiki kecepatan mobil nya.
Aku terus berlari mengejarnya, hingga aku terjatuh, darah yang keluar tak sedikit. Namun aku terus mengejarnya.
Lari, lari dan lari. Itulah yang kupikirkan saat ini. Bahkan hingga jeep nya hilang dari pandanganku aku tetap berlari mengejarnya.
Dari belakang aku melihat cahaya terang. Saat aku membalikkan badanku, semuanya menjadi gelap.
BRUMMM......
BRAKKK....
Author POV
Suara alat ekokardiografi menggema di setiap sudut ruangan itu. Karin terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang. Tangannya terbalut infus. Perban terlihat di beberapa bagian tubuh Karin.Dari luar terdengar kemarahan Alena kepada si empunya mobil yang menabrak karin.
"Kamu tahu dia siapa kau tahu!!"
"Dia adalah karin, bukan orang biasa! Mengapa kau tega menabrak nya? Apa kau tak tahu malu? Aku kira kau kesini mau menengoknya dan meminta maaf, tapi nyatanya tidak, kau malah meminta ganti rugi untuk mobilmu yang rusak!". Kemarahan Alena adalah hal yang paling mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World
FantasíaPetualangan gadis kecil menembus dimensi lain dengan portal semesta. Ia terjebak dalam dunia yang berbeda, ia sebenarnya bisa pulang namun bagaimana ia pulang setelah ia mengetahui kebenaran sesungguhnya tentang orang tuanya dan kehidupannya? Kemati...