Saat mentari tiba, aku sudah berada di sekolah. Terlalu pagi memang untuk ku berada di sekolah. Mengingat masih sekitar 30 menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Tapi aku, seakan tidak peduli terus berjalan riang, tersenyum ramah, menyapa siapapun. Seakan-akan aku terlihat seperti seorang manusia yang baru saja mendapatkan jackpot seharga 2 Miliar pagi itu.
Karena tingkahku tersebut, tidak sedikit yang menatapku aneh. Tapi aku tidak peduli sama sekali. Yang ada di fikiranku hanya satu. Yaitu, kamu.
Kamu alasan aku untuk berada di sekolah sepagi ini. Kamu alasan aku terlihat seperti orang aneh pagi ini. Kamu alasan aku untuk semangat ke sekolah pagi ini.
Jujur saja, walaupun baru 1 hari kemarin aku tidak masuk sekolah. Namun tak bisa aku pungkiri, bahwa hati serta diriku ini sangat merindukanmu.
Berlebihan? Ku rasa tidak. Karena bila kalian sedang jatuh cinta, pasti kalian paham apa yang sedang kurasakan.
Lalu aku terpaku, tidak bisa berkata apa-apa. Aku berdiam diri di depan pintu kelas yang terbuka lebar. Memperlihatkan sosok kamu dan juga.... DIA.
Perlahan tapi pasti, senyum dibibirku memudar. Pagi yang ku kira akan seindah pagi musim semi. Ternyata tidak, ini seperti pagi di musim dingin yang ditemani oleh badai.
Aku tidak bisa mendeskripsikan apa yang saat itu aku rasa. Rasanya seperti hatiku ditusuk beribu-ribu pisau. Sangat menyayat hati. Perlahan, air mata ku jatuh. Jatuh karenamu.
Aku tak sanggup, melihatmu berdua dengannya. Melihatmu yang berusaha menghibur dia yang sepertinya sedang merajuk. Melihatmu yang sedang mengelus lembut rambutnya.
Sudah. Cukup!
Menghelas napas panjang, aku lanjutkan langkahku untuk masuk ke kelas. Tanpa berniat untuk melihat kembali kemesraan dirimu bersamanya. Langsung saja aku duduk ditempatku.
Tes.
Setetes air mata kembali jatuh, mengaliri pipi yang dulu selalu menjadi favoritmu. Aku tidak sanggup. Ingin menangis sekencang-kencangnya. Namun aku sadar, aku tidak punya hak untuk itu. Apalagi menjadikan kamu alasan untuk ku menangis. Rasanya brengsek sekali. But, you do Azzah. Stupid!
Menggeram kesal, aku bangkit dari tempat duduk ku, berniat untuk keluar dari kelas, berusaha menjauh dari radar mu. Tapi seseorang berhasil menahanku, dan membisikkan sesuatu yang membuatku ingin berteriak saat itu juga.
"Sweet banget ya mereka. Jadi iri gue ama 'dia'. Seandainya aja cowok gue kaya si 'itu'. Bahagaia banget pasti."
Tanpa basa-basi lagi, aku segera bergegas menjauh dari kelas. Setidaknya, aku butuh ketenangan saat ini. Sebelum melihat hal yang lebih menyakitkan.
Tapi, boleh nggak kalo aku bilang.
Aku mau dia buat nenangin diri ini?
~azzabilah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mind
De TodoHanya cuap-cuapan gajelas dari saya. So, buat yang mau baca, i just wanna say thankies so much hehe.