Satu

720 34 1
                                    

Lantunan lagu Forever and Always menggema di café tempatnya berada sekarang. Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja, mengikuti irama lagu tersebut yang sudah dihafalnya di luar kepala. Perempuan cantik itu duduk di meja nomer 9, seperti biasa. Sudah menjadi rutinitasnya untuk datang ke café ini dengan sebuah buku dan ditemani sepiring mozzarella stick serta secangkir mocchachino coffee.

Nadisya Bintang Kirana nama perempuan itu.

Ia pendiam dan tertutup, hobinya membaca buku. Bisa dibilang ia adalah seseorang yang introvert. Ia hanya dekat dengan beberapa orang saja.

Ia membalik lembaran-lembaran bukunya, matanya fokus membaca kata demi kata pada novel yang berada di tangannya.

Tiba-tiba sebuah suara menginterupsinya.

"Permisi mba, tadi ada yang nyuruh saya ngasih ini." kata seorang pelayan café sambil memberikan sebuah amplop berwarna biru.

Bintang menatap amplop itu bingung. "Dari siapa ya mas?"

"Yang pasti dari cowo mba, tapi kata orangnya gak boleh dikasih tau namanya mba. Tapi katanya, kalau mba nanya dari siapa, dia bilang suruh cari tau sendiri. Katanya dia satu sekolah sama mba. Yaudah ya mba, saya permisi." Pelayan itu menyimpan amplop biru tersebut di meja sebelum ia pergi.

Bintang mengambil amplop tersebut, membolak-baliknya. Ragu-ragu, ia pun membuka amplop tersebut. Ia membaca tulisan di dalamnya yang ditulis dengan tinta berwarna biru.

Halo, Kirana.
Pesenan lo udah dibayar, jadi habis ini lo langsung pulang aja ya.

-A

Bintang membaca surat tersebut berulang-ulang. Lalu ia melihat ke sekeliling café, mencari-cari seseorang yang mencurigakan yang mungkin mengirimnya surat tersebut.

Ah, mungkin orang jail. Pikirnya. Merasa tidak percaya, ia pun menghampiri kasir, hendak membayar pesanannya. Namun sang penjaga kasir pun bilang kalau pesanannya memang sudah dibayar.

Bintang pun pulang dengan pikiran yang melayang-layang.

Sesampainya di rumah, ia kembali membaca surat tersebut.

"A? Siapa ya? Perasaan gak ada orang yang deket sama gue yang inisialnya 'A'."

Ia pun mengambil handphone-nya lalu membuka LINE. Ia mencari seseorang dengan inisial 'A' di grup angkatannya.

"Banyak banget yang namanya dari 'A'. Gak tau ah, pusing gue." kata Bintang bermonolog.

Tiba-tiba handphone-nya bergetar, ada sebuah panggilan dari Aira-sahabatnya.

"Hallo?"

Bintang!!! Gue ke rumah lo ya? Di rumah gue gak ada siapa-siapa, kuncinya dibawa nyokap gue.

Bintang refleks menjauhkan handphone-nya dari telinganya ketika mendengar teriakan Aira.

"Aduh, Ra. Lo tuh kalau ngomong bisa gak sih pelan-pelan? Bisa budeg kuping gue lama-lama."

Hehehehe.... Iya iya maaf ya, jadi boleh kan?

"Iya boleh, lagian biasanya lo gak izin kalau mau ke rumah gue, tiba-tiba lo dateng terus masuk ke kamar gue, terus tidur."

Iya juga ya. Yaudah gue otw ya!

"Iya hati-hati, Ra." kata Bintang sambil menutup telfonnya.

Bintang keluar kamarnya, menghampiri bundanya yang sedang memasak di dapur.

"Bun, Aira mau ke rumah ya."

"Aira? Aira anak tante Danti? Oke oke, mau bunda masakin apa? Apa mau delivery pizza aja?" jawab bundanya sembari mengayunkan sodet.

"Bintang" JatuhWhere stories live. Discover now