Setiap pertemuan selalu memiliki arti, entah itu berharga ataupun tidak.
Tetapi itulah pertemuan, tidak diharapkan namun dipaksa untuk terjadi.Esok harinya, aku pergi sekolah seperti biasa. Duduk dengan Sabrina, dan kita mulai bisa akrab seperti teman biasanya. Proses belajar mengajar pun dimulai, meskipun ini adalah hari kedua setelah libur, tapi sekolah ini sangat giat dan taat pada peraturan yang berlaku. Semester genap, ini bukan hal yang mudah, harus lebih serius dalam belajar, apa lagi sudah kelas 2, Ibuku pernah berkata seperti itu.
"Sa istirahat kali ini ke kantin ya, please!" ajak Sabrina.
"Iya nanti aku ikut kamu, Missel sama Asley ke kantin Sab." jawabku.
Sabrina tampak sangat bahagia, apa mungkin karena bisa berteman denganku? Instingku mengatakan, bahwa mungkin dia sebelumnya tidak memiliki teman, tapi Missel dan Asley? Ah ini rumit.
Sabrina, Missel, Asley, dan juga aku berjalan menuju kantin. Ini untuk pertama kalinya aku mengunjungi kantin di sekolah baruku ini, dan ternyata sesuai dengan dugaanku, ini sesak. Terlalu banyak orang yang berada di tempat ini, bahkan sangat sulit untuk melangkahkan kaki melewati orang-orang yang ada disini.
"Hei Shakira jutek!" sapa seseorang dari belakang. Dia siapa? Apa mungkin anak laki-laki yang ada di perpustakaan kemarin? Atau mungkin preman sekolah? Perlahan-lahan aku coba beranikan diri untuk menengok ke belakang, dan ternyata itu Nasal, pacar Rahma, sahabatku.
"Ya ampun Sal, kamu sekolah disini juga? Kok aku gak tahu ya?" tanyaku.
"Dari awal juga gue emang sekolah disini, elo yang siswa pindahan, bukan gue!" jawabnya.
Gak pernah disangka aku bisa satu sekolah dengan Nasal. Nasal, dia anak kelas 2 IPS 3, dia tidak terlalu tinggi tapi dia baik, tidak sombong juga mungkin, ya setahuku memang dia seperti itu.
"Kalau kayak gini sih aku bisa nanya info sekolah ini ke dia, nanya anak laki-laki misterius kemarin juga, mungkin dia tahu." batinku.
Selepas dari kantin, aku, Missel, Asley, dengan Sabrina pergi menuju kelas, satu hal yang paling aku ingat dari tempat itu ialah, sumpek. Kalau ingin gak sumpek sih memang harus bolos saat jam pelajaran, tapi hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukan hal itu.
"Kir, tadi aku lihat kamu ngobrol sama Nasal, kenapa kamu bisa kenal? Dia kan paling anti sama cewek," tanya Missel.
"Aku kenal Nasal udah lama, pacar dia itu sahabatku." jawabku.
"Oh, jadi si Nasal itu udah punya pacar? Ada juga ternyata orang yang mau sama cowok jual mahal kayak dia itu!" kata Missel dengan nada yang sungguh kesal.
"Setahuku Nasal itu orang baik, dia gak sombong, aku pernah main bareng dia dan ya nyaman aja, aku gak ngerasa risih sedikit pun." timpalku.
Jadi, mungkin sifat Nasal saat di sekolah itu bisa dikatakan sombong, sangat berbeda dengan Nasal yang aku kenal, dia menjadi orang yang baik itu mungkin karena pacarnya. Memang orang yang kita cintai itu akan mengubah segala hal pada diri kita, tidak hanya mengubah perilaku kita terhadapnya, kadang ucapan yang mereka katakan juga tidak sesuai dengan kenyataannya.
"Anak IPS mana ada yang baik, gak sombong pula. Si Nasal itu juga kan, dia anak IPS, sombong banget dia. Gak cuman ke temen seangkatan, bahkan ke kakak kelas juga, dia gak pernah nunjukin rasa sopan yang dia punya!" seru Missel, marah.
Lagi-lagi, IPA dengan IPS selalu saja dijadikan perdebatan. Mau IPA atau pun IPS, mereka itu sama saja, tidak semua anak IPS itu selalu bandel dan juga tidak semua anak IPA itu selalu baik, tergantung niat dari awalnya.
Rasanya ini tidak penting, kenapa harus membicarakan Nasal dengan Missel? Firasatku mengatakan, mungkin Missel suka ke Nasal, ya itu benar. Nasal bisa saja menjadi idaman para wanita, dia tinggi, ganteng, kaya pula, tapi aku tidak tertarik sebab dia tidak suka novel. Kini rasa penasaranku sudah berakar, laki-laki misterius dalam perpustakaan, dan hubungan Nasal dengan Missel, ini sungguh membuat otakku tidak pernah berhenti bekerja, semangat otakku!
Saat pulang sekolah, sudah menjadi suatu kebiasaanku untuk menunggu kakakku menjemput, dia selalu terlambat, dia lelet. Aku duduk di depan perpustakaan sambil melihat orang-orang bermain basket di lapangan.
Aku merasa ada yang tak asing, aku melihat seseorang disana, apakah itu memang dia? Ya, tepat sekali, itu dia laki-laki yang ada di perpustakaan bersamaku kemarin. Lantas, kenapa dia bermain basket dibawah panas terik matahari seperti ini? Mataku terus tertuju padanya, memperhatikannya.
"Sendiri aja neng?" seru Nasal dan duduk disampingku. Aku tidak menjawab, aku hanya memperhatikan dia, anak laki-laki yang sedang bermain basket.
"Merhatiin siapa sih serius banget?" tanya Nasal. Ini kesempatanku, kesempatan untuk mengetahui siapa sebenarnya laki-laki itu.
"Sal kamu tau gak cowo itu? Yang lagi main basket itu, yang no 10?" aku lantang bertanya.
"Oh, dia itu ketua extrakulikuler basket di sekolah ini," jawabnya.
"Yaelah namanya!"
"Lah kenapa, lu suka?"
"Penasaran aja, please kasih tahu!" rayuku.
"Syafiq, lengkapnya Syafiq Albi Rizal, dipanggil Syafiq bisa, Rizal juga bisa." jawabnya.
"Terus, terus?"
"Terus apaan? Gue gak lagi parkirin motor gue,"
"Yang lain tentang dia itu apa? Kemaren aku ketemu dia di perpustakaan, dia suka baca?" pintaku.
"Dia kan ketua extrakulikuler basket, dia lumayan ganteng, tinggi, badannya ideal, pasti banyak cewek yang suka ke dia, tapi gak pernah ada berita kalo dia punya pacar, mungkin belum. Segitu aja sih yang gue tahu, selebihnya gue kan bukan tipe orang yang penasaran sama kehidupan orang lain, jadi mending elo tanya sendiri sama si Syafiqnya itu." jelas Nasal.
"Ok, terima kasih sekali infonya." aku sungguh bahagia mendengar semua itu dari Nasal, semua itu yang aku inginkan, mengetahui tentang anak laki-laki misterius itu. PR-ku sekarang adalah mencari tahu tentang dia, lagi. Entah apa yang mendorongku agar mengetahui tentang dia, mungkin hanya karena tidak ada pekerjaan saja.
Aku membaringkan diriku di atas kasur, melihat langit-langit, aku merasa ada sesuatu yang terus-menerus membuat aku tersenyum. Syafiq, itulah yang terlintas dalam pikiranku, laki-laki misterius yang tiba-tiba ada dihadapanku saat itu. Ini takdir, ya ini takdir!
"Besok aku akan pergi ke perpustakaan, akankah ada suatu keajaiban lagi? Atau mungkin takdir?" batinku yang lalu membawaku ke dalam mimpi.
![](https://img.wattpad.com/cover/81107141-288-k584566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When I'm Gone
Teen FictionKejadian yang pernah kita alami di masa lalu itu hanyalah sebuah perjalanan yang sangat berharga bagi siapapun orang yang menghadapinya. Itulah pendapat Shakira, seorang anak "broken home", yang memiliki hobby mengunjungi setiap perpustakaan hanya u...