CHAPTER 1

268 30 1
                                    

5 tahun yang lalu

Seorang cowok berbadan tinggi semampai tengah berjalan beriringan dengan beberapa temannya. Ia terlihat lebih menonjol dari pada yang lain. Mereka adalah murid salah satu SMA yang berada di tempat itu.

Mereka berpisah ketika akan pulang, ada yang membawa motor, naik angkot ataupun dijemput.

"Rel, gue pulang dulu ya." Salah seorang teman yang juga membonceng temannya berucap kepada cowok yang sekarang sedang duduk di halte tersebut. Ia menunggu bus yang akan membawanya pulang.

"Yoi," balas cowok yang bernama Farrel itu dengan senyuman ramah.

Bus tak kunjung datang. Namun ia masih menunggu di tempat itu.

Beberapa siswa berseragam sama dengannya terlihat sudah pulang semua.

Cowok tampan berkulit putih dan berambut ikal itu tetap sabar menunggu.

Hingga beberapa saat kemudian seorang gadis berseragam biru putih  berjalan pelan ke arahnya. Bisa ditebak jika ia murid Sekolah Menengah Pertama.

Gadis itu berjalan sambil menundukkan kepala. Entahlah.

Farrel yang mengetahui itu hanya diam dan sesekali mengangkat sudut bibirnya.

"Kamu nggak pulang?" tanyanya.

"Pulang Kak," jawabnya.

CIIIITTT....

Suara bus itu membuyarkan ketegangan di antara mereka. Dengan segera Farrel menaiki bus tersebut dan disusul oleh gadis itu di belakangnya.

Sesampainya di dalam bus ia melihat hanya ada dua kursi yang tersisa dan bersebelahan. Sehingga mau tidak mau ia harus duduk dengan gadis yang ia kenal itu.

Farrel berucap seolah memberi perintah agar gadis itu duduk terlebih dahulu. Lalu gilirannya.

Suasana hening. Gadis kecil berambut lurus itu hanya diam. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Bagaimana tadi sekolahnya?" tanya Farrel membuka percakapan. Ia terlihat sangat perhatian dengan gadis di sampingnya itu.

"Baik Kak," jawabnya.

Tidak lama kemudian gadis kecil itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dengan ragu-ragu.

Farrel tengah mengamati padatnya lalu lintas di sore itu dari tempat duduknya.

"Kak Farrel!" panggilnya dan sontak saja Farrel menoleh ke arahnya.

Farrel masih kebingungan dengan gadis di sampingnya saat ini. Dia menyodorkan sebuah kotak kecil. Terlihat seperti hadiah.

Ia mengingat-ingat sejenak. Ini bukan hari ulang tahunnya! Lalu untuk apa ini? Pikirnya.

Di bagian luar kotak berwarna biru muda itu tertulis "Happy Valentine's Day" .

"Untuk apa ini?" tanyanya.

"Itu buat Kakak," jawabnya ragu.

"Kenapa kamu kasih ke Kakak?" Farrel mencoba memastikan.

"Em... karena Rasya suka Kak Farrel," ucapnya tanpa ragu. Wajahnya sangat polos dan tiba-tiba merona merah.

Farrel tercengang. Namun ia tetap diam.

Lalu dengan pelan ia menerima hadiah itu.

"Terima kasih," ucap Farrel kemudian. Ia tersenyum ramah.

Sikapnya memang ramah kepada siapapun.

Tak heran, di sekolahnya ia sangat dikagumi oleh siswa lain terutama perempuan.

Wajah tampan dan etika yang baik membuatnya terlihat sempurna di mata semua perempuan tak terkecuali gadis yang saat ini duduk di sampingnya ini.

Bus berhenti di depan sebuah halte. Dengan segera Farrel turun dan diikuti oleh gadis yang bernama Rasya itu.

Mereka turun setelah membayar pada kondektur bus.

Sepertinya memang rumah mereka berdua satu perumhan. Mereka berjalan bersama dengan Rasya berada di samping Farrel. Tidak ada yang bersuara.

"Kak Farrel!" panggilnya dan Farrel pun menghentikan langkah.

"Hmm?"

"Apa Kak Farrel tidak menyukai Rasya?" tanya gadis itu pelan.

Farrel terdiam sejenak lalu melangkahan kakinya tepat di hadapan Rasya.

"Siapa yang tidak menyukai gadis pintar dan baik sepertimu?" ucapnya lembut. Tapi wajah Rasya terlihat murung.

Farrel sedikit menunduk untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis itu.

"Hei! Kenapa?" Farrel mengelus pelan rambut Rasya.

"Rasya ... menyukai Kakak sebagai seorang laki-laki dengan perempuan seperti yang lain...." Ungkapan itu terdengar sangat memilukan.

Farrel menghela napas pelan. Ia baru paham dengan apa yang diucapkan gadis itu.

Gadis ini menyatakan perasaanya kepadanya?

"Maksudnya?" tanya Farrel pura-pura tidak mengerti. Seringai jahil terlihat sekali di wajahnya.

"Rasya menyukai Kak Farrel sejak dulu. Kakak adalah cinta pertama Rasya. Rasya melakukan apapun supaya Kakak menyukai Rasya," jelasnya.

Farrel terdiam mendengar penuturan dari gadis itu.

"Benarkah?" tanyanya dengan senyuman jahil.

Rasya hanya mengangguk.

"Kalau begitu kejarlah aku saja. Aku menyukai itu."

Rasya tidak menduga dengan apa yang baru saja Farrel katakan.

Apa itu artinya Farrel menyukainya juga?

Tidak! Tidak! Mana mungkin Farrel menyukainya? Pikirnya.

"Apa itu berari Kakak mau menjadi pacarku?" tanyanya frontal.

Astaga... Gadis kecil ini sungguh berani.

"Em... mungkin!" Farrel mengendikkan bahunya lali tersenyum jahil.

Rasya terlihat senang akan hal itu. Tapi entahlah apa mungkin Farrel hanya membohonginya?

Atau mungkin ini harapan palsu yang diberikan olehnya?

Dengan segera ia menghapus pikiran-pikiran seperti itu.

"Udah sore. Kamu pulang gih! Belajar yang rajin, baru boleh pacaran." Sebelum melangkah pergi Farrel mengacak-acak pelan rambut Rasya.

Mereka kemudian melangkah berlainan arah. Walaupun satu perumahan tapi mereka berbeda blok.

Farrel berada di blok B. Sedangkan Rasya berada di blok A.

***

Malam harinya ia tidak henti-hentinya memikirkan hal tadi.

"Apa benar yang dikatakan Kak Farrel tadi? " tanyanya dalam hati.

Ia menghempaskan tubuhnya di ranjang empuknya.

"Tapi... apa mungkin Kak Farrel menyukaiku yang cuma anak SMP?" Lagi-lagi pertanyaan itu yang mengelilingi benaknya.

***

If you like this story, give votes and comments below

Childish GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang