Pagi ini Rasya tidak melihat keberadaan Farrel di jalanan perumahan tempatnya tinggal. Biasanya ia dan Farrel sering berpapasan ketika akan berangkat sekolah, walaupun berbeda sekolah.
Sebenarnya bukan keinginan keluarganya lah sehingga ia selalu pulang pergi naik bus. Tapi tidak lain adalah karena cowok yang disukainya juga melakukan hal tersebut.
Iya, dia Farrel.
Entah apa yang membuatnya sangat menyukai cowok itu.
Orang tuanya sudah menyediakan sopir pribadi, tapi ia lebih memilih naik bus.
Ia mulai menyukai Farrel sejak 3 tahun yang lalu. Tepatnya ketika Farrel duduk di kelas 9 SMP.
Entahlah waktu itu Farrel baru saja pindah ke perumahan tersebut.
Ia menjadi gencar seperti itu karena sang kakak pernah mengatakan jika Farrel tidak memiliki seorang pacar.
Entahlah itu bohong atau benar. Tapi ia selalu saja percaya dengan gampangnya.
Sungguh memalukan memang, tapi ia tidak peduli. Karena selama ini Farrel selalu bersikap ramah jika ia mendekatinya.
Farrel memang pribadi yang sangat baik dan ramah. Mungkin itulah alasan yang memperkuat Rasya sangat mengaguminya.Ketika ia akan keluar dari gerbang perumahan, matanya tertuju pada rumah Farrel yang masih bisa ia lihat dari kejauhan.
Ia menajamkan penglihatannya. Sebuah mobil berhenti di depan rumah itu. Beberapa orang pembantu mengemasi barang-barang lalu memasukkan ke dalam mobil tersebut.
Perasaan Rasya mulai tidak karuan.
Apa yang terjadi dengan keluarga Kak Farrel? Pikirnya.
Ia tidak memedulikan berangkat sekolah karena memang hari ini masuk agak siang jadwalnya.
Dengan berlari kecil ia menuju rumah Farrel. Sesampainya di depan rumah tersebut memang benar, beberapa pembantu mengangkat berbagai perabotan yang berharga.
Matanya mencoba mencari keberadaan Farrel.
Sebegitu gusarnya ia sampai meremas rok dan kakinya tidak berhenti menghentak-hentak ke tanah.
Tak lama kemudian ia melihat sosok yang sedang ia cari keluar dari gerbang rumah tersebut. Farrel mengenakan celana jeans dan kaus putih biasa dan juga topi baseball abu-abunya.
Rasya menatap cowok itu dengan pandangan sulit ditebak.
Farrel sepertinya mengetahui keberadaan Rasya. Ia langsung menghampiri gadis kecil itu.
"Hai!" sapanya.
Rasya tetap terdiam.
"Kamu nggak berangkat sekolah?" tanya Farrel.
"Kak Farrel sendiri?" balasnya dengan nada ketus.
Farrel mengerutkan alisnya. Ia bingung dengan sikap Rasya tiba-tiba.
"Kak Farrel mau kemana? Mau pindahan?" tanya Rasya pelan. Ia tetap menunduk. Matanya mulai berkaca kaca, namun ia tidak mau menunjukkan pada Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Girl
Teen Fiction"Benarkah? Kalau begitu kejarlah aku saja. Aku menyukai itu." Mungkin kata-kata itu yang membuat Rasya-gadis berusia 17 tahun yang sangat tergila-gila dengan cinta pertamanya. Ia hanyalah gadis polos yang entah sampai kapan berhenti 'berharap'. Ci...