lembar kedua

412 24 3
                                    

Namanya Sabaku Gaara. Kalau Hinata tidak salah saat SMA dulu, pria ini adalah murid pindahan dari Sunagakure. Ia sering dipanggil "iblis", ya dengan wajah sedingin itu dan sikapnya yang agak brutal tentu saja semua orang akan berpikir seperti itu.
Tapi Hinata kembali menepis pikirannya tentang pria yang duduk di sampingnya, bagaimana pun masa SMA telah berlalu. Manusia akan berubah, itu pasti.

Awalnya memang mengejutkan bagi Hinata, apalagi dia muncul secara tiba-tiba.
Tapi lama-kelamaan Hinata merasa nyaman, setidaknya ada yang menemani ketika ia merasa sendiri. Walaupun entah apa maksud Gaara.

Keduanya saling menutup mulut rapat, tak ada yang memulai pembicaraan demi mencairkan suasana yang kaku. Bagi Hinata terlalu sulit untuk mengeluarkan suara, sementara Gaara sangat malas membuka mulut. Sehingga suasana pun larut dalam keheningan.

Karena hari semakin senja, maka lembayung datang menyapa. Hinata yang merasa harus segera pulang pun beranjak dari duduknya. Tak jauh beda dengan Gaara, ia lantas berdiri menyusul Hinata.

***

Sekalipun Hinata tak menengok kebelakang untuk memastikan, tapi gadis itu dapat merasakan bahwa Gaara masih setia membuntutinya. Ia ingin bertanya, tapi namanya juga Hinata, lebih dominan malu dari pada penasaran.
Akhirnya Hinata memilih diam dan mengamati, dalam hatinya ia berdoa semoga pria ini tidak bermaksud buruk. Sampai gadis itu tiba di daerah mansion Hyuuga, dia tak tahan lagi dengan Gaara yang masih berada di belakangnya. Hinata pun memberanikan diri membalikkan badan dan ...

"Kamu nguntit?" ... langsung bertanya.

Gaara yang ditanya tiba-tiba, sontak berhenti melangkah dan menaikkan sebelah halis tipisnya mendengar itu. Tapi Gaara hanya mengendikkan bahu dan kembali berjalan melewati gadis itu. Hinata yang tak mengerti kembali menyeru, "Hey!!"

Gaara lantas berhenti dan berbalik menatap Hinata.

"Rumahku." Jawab Gaara seraya mengangkat dagunya menunjuk rumah tepat sebelah mansion Hyuuga.

Secara otomatis Hinata membulatkan mata. Goresan merah pun muncul di pipinya menahan malu.

Mereka bertetangga !!

Kenapa ia tak tahu itu?!

Hinata pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan segera berbalik menuju gerbang.

Gaara yang melihat itu hanya mengangkat bibir tipisnya ke atas. Well, Gaara cukup terhibur.

***

Letaknya yang setrategis, membuat perpustakaan kampus ini selalu dimanfaatkan Hinata untuk diam-diam mengamati Naruto yang sedang bermain sepak bola di lapang. Lewat jendela berukuran sama tinggi dengan badannya, ia dapat melihat dengan jelas pria bersurai kuning berlari ketepian lapangan menghampiri seorang wanita.

Sakura?

Nafas Hinata tercekat melihat adegan dimana senyum Naruto yang secerah mentari pagi itu ia tunjukan pada Sakura. Demi apa Hinata belum pernah melihat senyum seperti itu tertuju untuknya -atau karenanya-

Hinata seperti orang bodoh yang selalu berpura-pura tak tahu apa-apa tentang apa yang dilakukan sang kekasih di belakangnya.

Atau memang Hinata itu bodoh?

Tetap bertahan sekali pun tersakiti?

"Jangan terus dilihat."

Hinata hampir saja tersedak udara ketika menemukan pria dingin itu berdiri di hadapannya.

"Ahh ... umm," gadis itu menunduk menyembunyikan pipinya yang mulai menunjukan gurat-gurat merah, "Aku tak sedang melihat apapun." kelah Hinata, yang ia tahu tak akan berarti apa-apa.

"Ayo pergi." Ajaknya lalu membawa tangan kecil Hinata untuk segera pergi dari tempat itu.

Gadis itu hanya menurut dengan masih menunduk. Mengikuti langkah Gaara yang entah akan membawanya kemana.

Sabaku Gaara, dia. Ada lagi.

Hinata benar kan? Tentang pria ini yang selalu ada ketika Hinata ingin menangis?

^TBC^

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang