lembar kesembilan

486 31 7
                                    

***

"Cukup ! Kumohon" lirihnya.

Hinata baru saja keluar dari ruangan dan mendengar dua pemuda ini sedang berkelahi. Gadis itu langsung berlari menyusul. Takut-takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Dan ia pun semakin mempercepat larinya melihat Gaaralah yang dipojokkan.

Putri Hyuuga itu membantu Gaara berdiri, menatap khawatir wajahnya yang lebam. Sebanarnya Naruto pun tak jauh berbeda, hanya saja gadis itu menolak untuk peduli.

"Ohh Ya Tuhan !" Hinata mengelap darah yang ada di sudut bibir Gaara.

Pria itu kembali menunjukan seringainya, mengejek Naruto yang menatap mereka berdua tak percaya.

"Hinata," gadis itu sedikit enggan menghiraukan keberadaan pria kuning itu. Tapi berhubung ada hal yang ingin dikatakannya, maka Hinata berbalik dan berkata dengan sengitnya, "Apa yang kau lakukan Naruto?"

"Ada apa denganmu Hinata?"

"Aku? Baik jika jauh darimu."

Naruto semakin tak mengerti dengan tingkah gadis itu, dan apa maksud dari ucapannya?

"Ohh, jadi kau lebih memilih seorang pembunuh?"

Mendengar itu secara refleks tangan Hinata menampar pipi sang kekasih. Ia tak menyangka Naruto akan mengatakan kata-kata sekasar itu.

Naruto membulatkan mata, menatap tak percaya atas apa yang Hinata lakukan.

Sementara Gaara hanya diam menyaksikan, ia sedikit merasa terkejut gadis itu menjadi lebih berani.

Tapi, yeahh dia pantas mendapat itu, pikir Gaara.

"Dia mungkin tidak lebih baik darimu, tapi dia baik untukku.
Kau mungkin yang terbaik, hanya untukmu, tidak untukku," Hinata memejamkan matanya, "Dan kupikir aku berhak untuk mengakhiri hubungan ini." lanjutnya.

Hinata berbalik. Mengajak Gaara untuk pergi. Meninggalkan Naruto yang masih mencerna ucapannya.

Ia memantapkan hati untuk berhenti menerima perlakuan buruk Naruto, ada begitu banyak kebahagian yang menunggunya tanpa disamping pria idaman sekalipun.

***

Setelah kejadian itu, Hinata membawa Gaara ke danau tempat biasa yang selalu gadis itu kunjungi.

Keduanya duduk berdampingan di dermaga dan diam membisu setelah Hinata membersihkan luka Gaara.

"Wow." ucap Gaara.

Hinata lantas menoleh, "apa?" Tanyanya.

"Lucu sekali."

"Apa yang lucu?"

"Semuanya."

"Ya kamu mendengarnya tadi."

"Kau memutuskan Naruto."

"Sebelum itu," ujar Hinata, ia menatap jade Gaara.

"Ohh kau memujiku." jawab Gaara penuh canda.

"Bukan itu maksudku." Hinata mengerucutkan bibirnya kesal.

Akhir-akhir ini gadis itu jadi mengerti sifat Gaara, mungkin ia terlihat dingin dan sangat acuh. Tapi ternyata ia juga senang menggoda. Bukan dalam artian yang luas, mengingat ia tak sampai berani macam-macam padanya.

Hanya kata-kata yang selalu berhasil membuat Hinata tertawa dan melupakan hal yang menyakitkan kepala.

Gaara baik, terlebih ia sahabat kakaknya. Tak jarang Gaara menyempatkan diri untuk datang ke rumah. Begitu pun dengan Hinata dan Neji yang selalu berkunjung ke apartement Gaara.

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang