Dua

18 3 0
                                    

Michele mengambil dua pack pembalut dengan merek yang sama lalu memasukkannya dalam keranjang belanja yang ia ambil saat memasuki sebuah mini market 24 jam yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya.

Michele beralih pada rak susu, lalu mengambil sebuah kaleng susu dengan gambar beruang.

"Eh," ucap Michele refleks. Kepalanya mendongak kesamping kanan memperhatikan sebuah tangan kurus yang juga menjangkau kemasan kaleng susu itu. Lantas Michele buru-buru memundurkan tangannya dan berkedip berkali-kali memperhatikan pemilik tangan itu.

Shit. Si bening kok sampai sini, sih?

"Loh, kamu bukannya temennya Rizky?" ucap pemilik tangan itu sama terkejutnya dengan Michele, tapi hanya beberapa detik setelahnya ia dapat menguasai diri lagi.

Michele mengangguk ragu.

"Ini, kamu butuh berapa kaleng?"

"Tiga." Tapi bodohnya tangan kiri Michele mengangkat kelima jarinya.

Lawan bicaranya itu mengernyit lalu tertawa pelan. "Tiga atau lima?"

Michele meringis, menahan malu. "Tiga."

Lalu tiga kaleng susu beruang itu dimasukkan ke dalam keranjang belanja Michele.

"Kalau gitu saya duluan ya." pamit pria bening yang sudah ditemui tiga kali oleh Michele hari ini, setelah membawa dua kaleng susu yang sama seperti tiga kaleng susu yang sudah berada di dalam keranjang belanjaan Michele.

Michele mengangguk menatap punggung Adipati. Setelah membayar pria itupun pergi meninggalkan minimarket itu dan sebelum keluar ia sempat menengok tempat Michele berdiri dan tersenyum tampan sekali.

***

Michele berjalan terburu-buru setelah memarkirkan motor maticnya berjalan menuju kantor dan memasukkan id card ke mesin absensi, setelah beberapa detik ia mencabut id card nya dan berjalan menuju lift untuk naik ke ruangannya yang ada di lantai empat.

"Tumben telat?"

Michele menoleh menatap Rizky yang sudah berdiri disampingnya. Lalu keduanya masuk ke dalam lift.

"Kamu juga telat." Michele mengernyit. "Aku cuma telat sepuluh menit, kok."

"Aku nggak telat Ele, tadi cuma ambil berkas di mobil."

Michele mengangguk. Rizky itu sahabatnya sejak sekolah dasar, jadi meskipun sekarang Rizky sudah menjadi atasannya, Michele tetap tidak bisa bersikap formal, meski begitu Michele juga tidak bekerja seenaknya. Ia tetap menghargai atasannya meskipun sahabatnya sendiri.

"Maaf atas keterlambatan saya, pak Rizky."

Rizky terkekeh lalu mengacak lembut kepala Michele bersamaan dengan pintu lift yang terbuka dan mengantar mereka ke ruangan masing-masing.

***

Michele itu seorang akuntan, ia bekerja dibawah pimpinan Rizky yang menjadi manajer keuangan di kantor tempat Michele bekerja.

Michele baru saja mengirim sebuah e-mail yang berisi laporan keuangan bulan November karena ini sudah memasuki awal Desember dan sesuai dengan due date laporan keuangan bulanan yang harus segera ia laporakan pada atasannya, Rizky.

"Oi, kuy jajan. Gue laper."

Dara menghampiri meja Michele. Michele mendengus geli. "Dipikir kita masih SD aja, sih. Jajan. Bahasa lo."

Dara menarik tangan Michele lalu menyeret Michele ke dalam lift. Keduanya lalu berbicara ngalor-ngidul tentang semua hal konyol yang harusnya tidak perlu di bahas.

Sampai keduanya duduk dan memesan makanan disebuah rumah makan khas Jawa yang berada di lantai dasar kantor mereka.

"Eh, si bos tuh, sama adiknya."

Michele menoleh kebelakang. "Sama Rizky juga." lanjut Dara.

Lalu ketiga pria tampan itu menjadi pusat perhatian para karyawan yang sedang menghabiskan waktu istirahatnya. Dara melambai saat Rizky menatap kearahnya dan Michele pun merutuki Dara dalam hati.

Ketiga pria itu bergabung juga dengan Michele dan Dara. Dara yang sedari tadi memasang senyum lebar tanpa dosa sedang Michele tersenyum paksa.

"Loh, kamu lagi?" sapa Adipati sambil menatap Michele.

Michele hanya mengangguk satu kali.

Kapan sih, si bening ini nggak ganteng? Kapan?

MICHELETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang