Avery's Point Of View
"apa kau lapar? Mau aku membelikanmu sesuatu?" tanya Garrett ketika kami sudah di dalam mobilnya. "yes, please. Aku selalu lapar" Garrett hanya tertawa dan menggelengkan kepalannya namun ia masih tetap fokus mengemudi.
Garrett membawaku ke restoran bintang selangit hehe aku hanya bercanda pokoknya ini restoran yang sangat mewah dan romantis, Massimo Restaurant.
"kau mau pesan apa?" tanya Garrett yang terlihat bingung mau pesan apa. Aku mengambil buku menu yang sudah disediakan di meja kami lalu membulak-balikkan halamannya. "hm, kurasa aku mau black tagliatelle with squid, carrot and courgette" aku menaruh buku menu itu kembali dan seorang waiter menulis pesananku di buku saku kecilnya.
"aku mau pesan apa yang dia pesan, dan untuk dessertnya kami pesan Panettone bread and butter pudding" ucap Garrett kepada waiter itu, kemudian Garrett menumpu dagunya dengan kedua tangannya menatap kearahku.
"cantik."
Aku menatapnya bingung. "siapa? Gadis itu?" aku melihat kearah gadis yang berada di meja samping kami. "bukan, tentu saja kau yang cantik" pujanya, aku hanya tersenyum sambil menundukkan wajahku.
"kenapa kau menunduk? Apa kau malu?" aku mengangguk mengiyakan. "Kenapa harus malu? Asal kau tahu, Ave nanti jika kita sudah menikah kau jangan malu lagi denganku. Kalau kau tetap saja malu lalu bagaimana nasib malam pertama kita?" Garrett terus saja berbicara yang mampu membuatku malu dengan ucapannya.
"Garrett!" teriakku, semua yang ada di restoran ini menatapku aneh. Ugh, aku malu ini semua gara-gara Garrett, tapi ia hanya tertawa. Untung sayang.
"kau wanita tercantik kedua yang ada di dunia ini" aku langsung menatapnya horor "apa kedua? Siapa yang pertama? kau selingkuh dariku?"
"aku tidak mungkin selingkuh darimu, Ave. Karena wanita tercantik yang pertama adalah ibuku." Wajah Garrett tiba-tiba menjadi sedih dan ia langsung menunduk, ada apa sebenarnya?
"kenapa kau sedih? Apa ibumu baik-baik saja?" dengan segera ia menatap mataku dan ia berusaha untuk tersenyum. Fake smile.
"ibuku baik-baik saja, aku hanya sedang merindukan ibuku. Sekarang ibuku berada di Baltimore, Amerika Serikat. Ia sedang menjalani kemo di rumah sakit Johns Hopkins." Garrett tidak bisa menyembunyikan kesedihannya itu karena satu tetes air mata jatuh di pipinya namun segera ia hapus, aku mengenggam tangannya yang ada di atas meja "kau sudah tahu bukan, jika ayahku tidak akan pernah mau membayar kemo untuk ibuku sedangkan ayahku menghasilkan ribuan dollar perharinya, bahkan aku tidak diperbolehkan membayar kemo ibuku, istrinya sendiri karena katanya itu semua adalah uang miliknya bukan milik ibuku. Aku tidak tahu bagaimana caranya membayar kemo ibuku, aku masih harus kuliah sedangkan kemo itu sangat mahal."
Garrett semakin sedih aku sudah tidak bisa melihatnya bersedih lagi, aku berdiri dan segera memeluk Garrett dengan erat ia pun membalas pelukkanku. "ayahku adalah manusia hina dan seorang bajingan besar, di saat istrinya sedang berjuang melawan kanker ia malah menikah lagi dengan wanita lain" Garrett melepaskan pelukannya dan segera menghapus air matanya. "sudahlah, aku tidak mau bersedih lagi karena aku tahu jika aku bersedih maka ibuku juga akan sedih dan aku tidak ingin ibukku bersedih" aku mengangguk dan kembali duduk di kursiku.
"tapi, itu benar kalau kau memang cantik. Kau sempurna, Ave! Kau hanya milikku seorang, tidak ada yang boleh memilikimu kecuali aku!" Garrett mengenggam erat tanganku. "i'm yours, babe!" aku tersenyum.
"maaf menunggu lama dan maaf menganggu, ini pesanan anda. Selamat menikmati" waiter itu pergi setelah mengantarkan pesanan kami dan setelah Garrett mengucapkan kata terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Hold On
FanfictionLooking at the stars and wishing you were them. What do you do when a chapter ends? Do you close the book and never read it again? Where do you go when your story's done? You can be who you are or who you'll become! Darling, Just Hold On! Fyi, ini b...