{3}

93 13 4
                                    

JANGAN LUPA, AURA ADALAH NAMA PANGILLAN DARI KELUARGA DAN TEMAN-TEMAN TERDEKAT STELLA

•••

Stella merutuk dalam hatinya karena saat ini dia harus pulang bersama cowok dingin yang sedari tadi tidak berbicara apapun. Stella berpikiran untuk membunuh Starline, Vania, Vano, dan Vinear ketika mereka bertemu besok di sekolah.

20 menit terasa seperti 20 tahun bagi Stella. Tidak ada yang berbica pada sampai akhirnya mereka sampai didepan apartment Stella.

"Makasih udah anterin gue," kata Stella dingin kepada Adelio yang hanya dijawab dengan anggukan.

Stella turun dari mobil dan Adelio langsung melesat pergi dari apartement Stella. For your information, Stella memang tidak tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya, Jayvyn. Jayvyn, memang mengetahui keberadaan Stella saat ini, tapi sepertinya kakaknya itu belum berbicara kepada kedua orang tuanya.

Stella masuk ke lobby, segera ke lift dan menekan tombol yang bertuliskan angka '35'. Stella tinggal di apartment lantai paling atas. Stella menekan kode pintu apartment-nya dan segera masuk tapi gadis itu tidak sadar akan sesuatu yang ia lupakan.

Dia mengganti baju sekolahnya dengan baju rumah untuk bersantai. Mengerjakan pr yang diberikan oleh guru fisikanya di sekolah dan menuju ke ruang tamu.

Ia menyalakan televisi dan melihat dua pasang suami-istri yang sangat tidak asing oleh Stella. Stella menitihkan air matanya melihat dua orang pasang suami-istri, yang merupakan orangtua-nya. Orangtua yang membesarkan dia dari kecil sampai dua tahun yang lalu ia meninggalkan mereka.

Dia menangis sendirian, tanpa ada yang mengetahuinya.

"Maafkan Aura, ma, pa, kak," kata-kata itu keluar sebelum ia benar-benar tertidur diatas sofa karena terlalu lelah.

•••

Jayvyn memperhatikan tingkah laku adik-nya dari jauh. Ia belum berani melangkahkan kakinya untuk bertemu dan memeluk lagi satu-satunya adik kesayangan-nya.

Dari kejauhan, Jayvyn melihat adiknya itu jatuh karena bertabrakan dengan seorang pria dan gadis itu tidak berdiri. Jayvyn yang seharusnya mendatangi dan menolong Stella hanya terdiam ditempat mengingat bahwa gadis itu belum mau bertemu dan mengakui bahwa Jayvyn adalah kakaknya.

Jayvyn terus memperhatikan dan mengikuti gerak-gerik adiknya, dari terjatuh sampai dibawa ke dalam UKS oleh Adelio, dan sampai Adelio mengantarkan Stella ke apartement.

"Phewww.. Gak rugi deh ngikutin mereka dari siang, gue bisa tau dimana Aura tinggal." Jayvyn menghembuskan nafasnya lega dan seketika rasa capainya hilang seketika.

Diam-diam dia masuk ke dalam lobby apartment dan melihat ke lantai berapa lift itu tertuju dan dia melihat angka '35' tertera di atas tombol lift. Dia langsung masuk ke dalam lift dan memencet tombol '35' juga.

Jayvyn sampai di lantai 35. Ia melihat ada satu pintu bernomor 3579, yang tidak tertutup dengan rapat. Ia memiliki feeling bahwa itu adalah apartement milik adiknya dan segera menghampiri apartment itu.

Jayvyn melebarkan sedikit pintu lalu mengintip dari sela pintu secara perlahan agar keberadaan-nya tidak diketahui oleh sang adik.

Jayvyn benar. Itu adalah apartment adiknya. Ia memperhatikan adiknya yang sedang mengerjakan sesuatu lalu beranjak pergi ke ruang tamu. Ia juga melihat Aura menangis dan hal itu membuat dadanya sesak. Jayvyn merasa bahwa ia tidak berhasil dalam menjaga dan melindungi adiknya, baik fisik maupun hati adiknya.

Air mata berhasil menetes dipipi laki-laki itu. Jayvyn yang sadar bahwa air mata-nya terjatuh segera mengelap pipinya dan mengintip ke dalam apartment lagi.

Tidak ada suara isak lagi dari dalam dan Jayvyn melihat bahwa adiknya itu tertidur dengan pulas. Jayvyn langsung masuk ke dalam apartment tersebut, mencari kamar Aura, mengambil selimut, dan menyelimuti adiknya.

"Maafin kakak, kakak gak berhasil menjaga kamu. Kakak tau kamu belum siap dan belum bisa bertemu dengan keluarga besar kita. Kakak gak akan bilang tentang kenyataan dimana bahwa kakak sudah mengetaui keberadaan kamu kepada mama, papa, dan juga keluarga besar kita." Jayvyn berkata pelan dan ia terdiam. Airmata yang sedari tadi sudah ditahan berhasil keluar. "Kakak akan selalu menjaga kamu dari jauh dan kakak gak mau kehilangan kamu lagi. Kakak sayang kamu, Ra." Jayvyn mencium kepala adiknya itu lalu langsung pergi meninggalkan apartment Stella dan tidak lupa memastikan bahwa ia sudah menutup pintu dengan rapat.

•••

"Aura, astaga!!" suara cempreng wanita itu langsung menusuk kuping Stella yang sedang tertidur. "Hmm.." Stella hanya menggumam pelan untuk menjawab teriakan gadis itu.

"Lo kenapa tidur disofa sih Ra?" kata Vania sambil menggoyang-goyangkan tubuh Stella agar gadis itu bangun. Vania dan Starline memang diberitahu password apartment Stella saat mereka mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Jadi gak heran ketika mereka masuk seenaknya.

"Ihh... Vania lo kenapa sih pagi-pagi udah disini. Sekarang kan hari minggu waktunya buat gue bangun siang!" protes Stella kepada sahabatnya itu. "Lo juga!! Ahh makanan gue itu Star!" ia langsung beranjak menghampiri Starline yang sudah duduk tenang di meja makan sambil memakan cheesecake favoritenya.

"Seloww aja kali babee. Mendingan sekarang lo pergi bersih-bersih terus kita jalan-jalan," kata-kata Star itu membuat Vania mengangguk setuju.

"Beb,beb,beb,beb, emang lo pikir gue bebek." Vania dan Star tertawa dan puas melihat sahabatnya itu ngambek. "Ya udah deh, gue mandi dulu. Awas ya pada berantakin apartment sekaligus ngabisin cheesecake gue." Stella memberi mereka tatapan tajam tetapi sepertinya tatapan itu tidak berpengaruh karena mereka malah menjulurkan lidah keada Stella dengan kompak.

"Ajakin Vano, Vinear, sama Adelio yuk!" bisik Vania kepada Starline yang hanya mendapatkan tatapan bertanya.

"Gue mau lihat kalo Ms and Mr ice bergabung jadi satu," katanya sambil menunjukkan deretan giginya polos.

"Bilang aja lo mau deketin Vano." Starline menyenggol sikut Vania sedangkan Vania hanya diam dan memajukan bibirnya seperti bebek.

"Tapii.. Boleh juga ide lo Van. Tumben lo pinter." Vania yang mendengar hal itu langsung menjitak kepala Star karena tidak terima dengan kata-kata 'tumben lo pinter'.

"Ih kok lo jitak kepala gue sih.." Starline meringis pelan karena rasa sakit dari jitakan dari Vania. "Ya udah deh, gue line Vinear dulu." Starline langsung membuka hp, mengirimkan pesan kepada Vinear mengajak dia dan teman-temannya bergabung. Tidak lama, Stella langsung mendapat jawaban setuju dari Vinear.

The ColdestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang