Chapter 2: Bayi Besar dan Anjing Galak

80.1K 7.7K 293
                                    

Cerita telah diterbitkan oleh RDM Publishers dan bisa didapatkan di Gramedia/akun penerbit (ig: rdmpublishers)

Cerita dipublish ulang (dengan alternative ending versi online) di akun dreame @silfiyas


Klik vote, comment, dan masukkan kedalam reading list jika kamu mendukung cerita ini! :)

***

"Reputasi lo jelek!" tutur Kiara yang membuat Alan meringis antara kagum dengan mulut Kiara yang pedas dan merutuki dirinya yang di cap buruk tanpa alasan.

"Oh, terima kasih pujiannya," jawab Alan kecut. Tidak perlu dijelaskanpun lelaki itu tahu kalau dirinya memang seringkali di cap berandalan hanya karena rambut panjang dan celananya yang tidak pernah utuh. Padahalkan dia tidak berandalan, dia hanya suka bangun siang dan jarang masuk kuliah tepat waktu.

Kiara mendengus geli, lalu mengamati lelaki gondrong itu dari atas hingga bawah. Sebenarnya, lelaki itu termasuk jajaran lelaki tampan, tentu saja jika wajahnya sering di cuci dan rambutnya dipotong lebih rapi. Namun, Alan yang seperti ini tidak terlalu buruk. Kiara yakin meskipun Alan berpenampilan seperti gembel sekalipun, lelaki itu bisa mendapatkan beberapa wanita. Dasar wajah tampan sialan, makinya dalam hati.

"Kenapa? ada sesuatu di wajah gue?" tanya Alan sembari meraba-raba wajahnya. Melihat Kiara yang menatapnya seperti itu cukup membuatnya kebingungan.

Kiara mengangkat sudut bibirnya, "Pipi lo," ujarnya singkat namun langsung membuat Alan mengusap-usap pipinya brutal. Lelaki itu cemas, jangan-jangan ada noda putih jelmaan dari air liur saat tidur. Dia tadikan tidak sempat cuci muka. Kiara lanas tersenyum kecil lagi, "Gue bilang pipi, bukan sudut bibir. Lo keliatan kayak orang baru bangun tidur, di pipi lo ada bekas lipatan," terang Kiara dengan pandangan mata aneh.

Alan mengusap pipinya pelan, lelaki itu tahu kalau lipatan pipi hanya dapat hilang dengan sendirinya. "Gue emang baru bangun tidur," terangnya santai yang membuat Kiara mengerjap kaget.

"Bangun tidur? Jam dua siang?" tanya Kiara memastikan.

Alan menatap gadis itu protes, tidak terima dengan pernyataan Kiara. "Enggaklah! Gila apa! Gue bangun jam satu siang!" ucapnya dengan menggebu-gebu.

"Hell!" pekik Kiara kesal. Sedangkan Alan menatap gadis rapi itu dengan kaget, Alan pikir Kiara adalah tipe orang yang akan berucap puji-pujian jika sedang kesal. Alan masih mengamati segala perubahan ekspresi Kiara, gadis itu nampak berang sekaligus frustasi. "Siniin jadwal sama ponsel lo!" seru Kiara kesal dan langsung dilakukan oleh Alan tanpa protes.

Kiara memegang ponsel Alan, lalu menatap lelaki itu dengan pandangan menunggu. "Ini cuma ponsel, mana jadwalnya?" tanyanya tidak sabar.

"Jadwal gue ada di dalam ponsel, di galeri," terangnya yang membuat Kiara langsung mengutak atik ponsel Alan. Setelahnya, Kiara mulai sibuk mencatat jadwal Alan.

"Gue bakalan masang alarm jam lima pagi, dan lo harus bangun!" titahnya yang dibalas anggukan tidak yakin oleh Alan. "Gue juga bakal masang alarm sesuai jadwal lo, lima belas menit sebelum kelas di mulai," terang Kiara lagi. Kali ini sambil menatap wajah Alan yang nampak pasrah dan terlihat tidak yakin caranya akan berhasil.

Kiara menggebrak meja, tidak terlalu keras namun membuat Alan terlonjak kaget. "Gue serius, lo bisa apa enggak?" tanya Kiara dengan tatapan tajamnya.

Alan menghela napas, "Sebenernya, gue udah pernah buat alarm kayak gitu. Tapi nggak berhasil Ra," jawab Alan terlihat putus asa.

Kiara menyandarkan tubuhnya pada kursi, menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Astaga, sebenarnya berapa umur lelaki dihadapannya ini, kedisiplinannya bahkan lebih buruk dari balita. "Lo punya pacar?" tanyanya tiba-tiba, membuat Alan sedikit kegeeran.

Alan mengangguk tidak yakin, membuat Kiara menegakkan tubuhnya dan berucap dengan cepat. "Kalau gitu minta bangunin pacar lo sana! Siapa namanya?"

"A...liana Niakansavy?" jawab Alan yang membuat Kiara menatap lelaki itu bingung.

"Sebenarnya dia beneran pacar lo atau bukan? Kenapa wajah lo nggak yakin kayak gitu?" cecar Kiara yang mulai kesal melihat wajah plin-plan Alan. Tunggu dulu, Aliana Niakansavy bukankah mirip dengan Alan Nestakansavy? Kiara mendengus dengan melemparkan bungkus roti kearah Alan. "Dia adik lo bego! Kalau bohong yang cerdas dong!" semburnya.

Alan tersenyum kecut, berhadapan dengan Kiara membuatnya terlihat seperti orang bodoh yang terhina, atau memang seperti itu? "Gue nggak punya..." desahnya dengan malu.

"Lalu kenapa bohong?" tanya Kiara bagaikan seroang ibu yang tengah mengintrogasi anaknya yang bandel.

"Gengsi," jawab Alan singkat. 

"Makan tuh gengsi!" cerca Kiara jahat, membuat Alan geleng-geleng kecil dengan kebengisan gadis di hadapannya.

Mereka terdiam beberapa saat, Kiara nampak berpikir bagaimana caranya membuat jadwal Alan menjadi teratur. Sedangkan, Alan hanya menyangga kepalanya dan sesekali menyeruput teh hangat yang ada di depannya.

"Kenapa lo nggak tinggal sama adik lo? Biar ada yang ngurusin gitu!" tanya Kiara.

Alan menggeleng, "Nggak boleh sama Mama, katanya biar mandiri."

"Makan tuh mandiri!" cercanya Kiara lagi. Sepertinya gadis itu sedang lapar, dari tadi omongannya makan mulu, pikir Alan dengan kesal. "Ahh, gue malas ngurusin bayi..." desah Kiara yang membuat Alan menatapnya penasaran.

"Lo kerja sambilan Ra?" tanya Alan.

"Ha?" bingung Kiara.

"Kerja sambilan, ngurus bayi?"

Kiara mengangguk-anguk, namun wajahnya terlihat kesal. "Ya! Sebentar lagi gue bakalan ngurus bayi, bayi besar!!!" pekiknya seolah mengejek jalan pikiran super lemot dari lelaki di hadapannya. Apanya yang berandalan? Yang ada Alan malah kelihatan seperti lelaki bego yang tersesat di kota orang.

Alan mengangguk paham, lalu mengepalkan tangan kanannya. "Semangat ya!" ucapnya yang mebuat Kiara mendadak kesal. Ini cowok sepertinya otaknya sudah jatuh di dengkul.

"Lo tau siapa bayi besar itu?"

"Enggaklah. Kan lo belum bilang," jawab Alan sembari memainkan plastik roti yang tadi sempat dimainkan Kiara.

Kiara tersenyum manis, lalu menunjuk Alan. "Elo bego! Elo bayi besar itu! Mulai sekarang, gue bakalan jadi alarm lo!" ultimatum Kiara yang membuat Alan yakin kalau hidupnya tidak akan tenang setelah ini.

Bersambung.

⭐⭐⭐⭐

Jikalau dikau menyukai cerita ini, bisa klik bintang kejora di bawah eaak. Hehehe. Love you gaes!

 Love you gaes!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bad Reputation [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang