Chapter 3: Amarah

68.2K 6.7K 69
                                    

Cerita telah diterbitkan oleh RDM Publishers dan bisa didapatkan di Gramedia/akun penerbit (ig: rdmpublishers)

Cerita dipublish ulang (dengan alternative ending versi online) di akun dreame @silfiyas

Klik vote, comment, dan masukkan kedalam reading list jika kamu mendukung cerita ini! :)

***

Alan menutup kepalanya dengan bantal. Sesekali mengumpat saat dering nada ponsel miliknya seakan berteriak tanpa henti. Lelaki itu beberapa kali bergelung dengan selimutnya, mencoba menulikan telingnaya barang sejenak.

"Arrghh, sial!" teriaknya tak tahan. Dengan mata yang belum terbuka sempurna Alan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. "Apa?" tanyanya tanpa merepotkan diri untuk melihat siapa yang mengganggu pagi indahnya.

"Cepat bangun bayi besar!" teriak suara yang mulai terdengar familiar di telingnaya.

"Ini masih jam..." jeda Alan sembari menolehkan kepalanya kea rah jam dinding yang tergantung rapi di atas almari. Belum sempat matanya memfokuskan, Kiara sudah menjawab dengan cepat.

"Jam setengah tujuh! Dan lo bikin gue kehilangan waktu berharga gue cuma buat bangunin lo!" teriak Kiara yang membuat Alan mengerjap-ngerjap hanya untuk mengumpulkan nyawanya.

"Kalau gitu gausah bangunin gue," jawabnya santai. Alan kembali menghempaskan tubuhnya dan memeluk guling kesayangannya, masih dengan telepon yang melekat di telinganya.

"Lo ada kuliah jam tujuh bego! Cepat bangun dan mandi! Gue tunggu di kampus, kalau sampe lo telat, gue bakalan telepon Ma-ma lo!" tekan Kiara yang membuat Alan langsung mendudukkan dirinya. Lelaki itu hendak menjawab namun urung saat mendengir bunyi tut tut tut dari ponselnya.

"Haiiisss, kenapa hidup gue jadi pahit begini! Ospek aja kalah!" umpatnya sebelum bergegas memasuki kamar mandi.

***

Kiara Andzikriadi menatap Alan dengan pandangan bahwa dirinya mengapresiasi ketepatan waktu lelaki itu. "Lo udah mandikan?" tanya Kiara memastikan.

Alan mengangguk dengan malas lalu melirik kearah kelasnya yang masih belum dihadiri oleh dosen. Lelaki itu juga sesekali tersenyum kepada teman sekelas yang agak terasa asing di ingatannya.

"Dosennya belum datang, dan sepertinya nggak bisa datang," ucap Kiara dengan santai seolah tanpa beban.

Alan mengernyitkan keningnya, menatap gadis itu seolah meminta penjelasan. "Hah? Maksud lo apa? Gue berangkat pagi-pagi dan dosennya nggak masuk gitu?"

Kiara mengangkat bahunya dengan cuek, "Gue baru ingat kalau kemarin Bu Anggi pergi ke Surabaya, dan baru kembali dua hari kedepan," terang Kiara yang membuat Alan menatapnya tak percaya.

"Lo sengajakan? Lo pasti sengaja!" kesal Alan yang dibalas gendikan bahu sekali lagi oleh Kiara. Gadis itu menatap Alan dengan cuek, seolah tidak peduli dengan kekesalan lelaki itu.

"Ikut gue!" perintah Kiara mengabaikan tuduhan Alan yang memang benar.

"Nggak! Gue mau balik ke kontrakan aja!" gerutu Alan dengan kesal. Siapa juga yang tidak kesal jika dipermainkan sedemikian rupa. Meskipun niatnya positif tetapi tetap saja menyebalkan.

"Gue bilang ikut gue!" bentak Kiara yang membuat Alan menatapnya diam beberapa saat.

"Lo memang ditugaskan buat mendisiplinkan gue. Tapi ini udah keterlaluan," Desis Alan yang untuk pertama kali menunjukkan amarahnya. Ia benar-benar tidak menyukai sikap Kiara yang memerintahnya seperti ini.

Kiara menelan ludahnya, sebagai seorang gadis, memang sudah sewajarnya ia memiliki rasa takut, namun egonya sekan menolak. "Apanya yang keterlaluan? Lo pikir gue nggak repot ngurusin bayi besar kayak lo?"

Bad Reputation [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang