C

2 0 0
                                    

Kilasan warna warna menghias otaknya yang setengah sadar efek obat – obatan semalam. Hormon kesenanganya melebihi rasa yg lain hingga dia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Yang ia tau dari apa yang dia rasa hanya senyum lebar di mulutnya. Entah dimana dia sekarang, dia hanya mendengar suara orang – orang yang mengerubunginya, mengangkatnya ke sebuah sepeda motor. Seseorang membawanya cepat ke suatu tempat. Sesampainya disana, bertemulah yudi dengan sebuah kasur beroda. Empat orang mendorong dan menggiringnya ke dalam ruangan. Tak lama sebuah benda tajam menusuk tanganya. Terdengar suara sang isteri yang memanggilnya. Ia melihatnya ditahan oleh beberapa orang sebelum dapat memasuki ruangnya itu. Dalam kaburnya pandangan ia hanya pasrah oleh kuatnya bius tadi. "uhh.. heh" "mas.., mas udah sadar?" "huh iya..." walaupun dia masih setengah sadar "mas tadi kenapa? Kok bisa sampe kayak gini?" "ngga tau, tadi seinget mas, mas kerumah budi terus tiba tiba disini, eh ini dimana?" "kita di rumah sakit mas" "maafin aku lis" "mas, kata dokter kamu terkena efek samping obat – obatan yang terlalu banyak" "sebenernya lis, aku memang mabuk" "aku memang ngga mudah buat maafin itu, tapi sekarang yang penting mas sehat dulu, dokter bilang kondisi mas udah agak baikan nanti sore kita boleh pulang" "lis, aku malu" "ngomong apaan sh mas" "aku di-phk terus mabuk - mabukan" "udah ahh mas.." sela isterinya "kecopetan segala macem, terus sekarang nyusahin kamu" lanjut yudi "udah mas..." ucap sang isteri mengeras seolah tak ingin mendengar pengakuan dari sang suaminya lagi. "kalo begini terus kamu bakalan tersiksa, jadi dengan berat hati aku mencerai.." disela kembali "cukup.." selaan yang cukup keras dan disambung dengan kecupan dalam sang isteri kemulut suaminya. Persis sebelum sang suami mengucap cerai Ciuman sang isteri mampu menghentikan segala rasa pada tubuh yudi. Yudi menangis terharu. Betapa sayangnya sang isterinya itu kepadanya. Namun dia harus tetap menceraikanya. Bagaimanapun besarnya cinta sang isteri dia harus menceraikanya agar hidup sang isteri akan lebih baik jika tanpa dirinya. Namun untuk saat ini yudi tak mungkin langsung melepaskan pelukan dan ciuman mesra sang isterinya. Biarlah sementara ini yudi dan lisa saling mengadu rasa yang paling dalam dan penuh cinta meski sesaat. "mas kenapa ga jujur aja?" Yudi terdiam "kitakan udah jadi suami istri lama, kalo mas cerita lis yakin ga akan sampai kaya gini" "maafin mas lis, maaf" "yaudah yang penting mas sekarang udah sadar dokter bilang kalo kondisi mas membaik sore nanti bisa pulang" Sang istri kembali memeluk suaminya, hati yudi pun luluh pelukan mereka semakin erat. Tanpa sadar yudi menangis terharu di pundak isterinya. "makasih ya lis udah mau maafin mas" "iya mas iya..."

Detik TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang