préfixe ¦ PROLOG

22 7 2
                                    

"Destroy what destroys you."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

SEPEDA pheonix milik Nadia, baru saja sampai di parkiran SMA Nusantara. Nadia memarkirkan pheonix berwarna merah jambu itu, lalu menggandeng tas hijau toskanya yang ia letakkan di dalam keranjang sepedanya. Ketika Nadia baru saja ingin beranjak dari parkiran, seseorang menahan langkahnya.

"Eh ada si cewe pheonix," ucap seseorang itu dengan nada yang terdengar menyebalkan.

Orang yang berhasil menghambat langkah Nadia, datang menghampirinya.

"Lo ngapain sih masih naik pheonix? Kampungan banget."

Perkataan gadis yang berada di hadapannya ini membuat telinganya panas. Nadia mengepal tangannya, geram.

"Woi! Lo budek? Jawab dong!"

Tak tahan lagi, ingin sekali rasanya menampar gadis yang ada di hadapannya ini. Nadia mulai mengambil ancang-ancang untuk memulai aksinya. Saat ia sudah mantap untuk menampar wajah gadis itu, Haikal datang dan menahan aksinya.

"Jangan diladenin Nad," bisik Haikal sambil memegang tangan Nadia yang hampir saja mendarat di pipi gadis itu.

"Apa lo? Gak berani? Haha cemen lo cewe pheonix!" ucap gadis itu sambil mengibaskan rambut dengan tangannya.

Jantung Nadia rasanya ingin meledak sekarang. Ia tak tahan lagi mendengar suara nenek lampir itu. Tetapi, apa daya Nadia jika Haikal menghalanginya. Nadia menurut dan mereka beranjak ke kelas.

Nadia duduk di kursinya dengan wajah yang terlihat masih kesal.

"Lo maunya jangan nahan gue buat nampar si lampir itu.." Nadia menggantungkan kata-katanya, "gue jadi selalu keliatan lemah banget di depan dia," perkataan Nadia, sama sekali tak direspon Haikal.

"Kal! Gue ngomong sama lo, lo respon kek!" kini, Nadia tambah kesal.

"Kalo lo nampar dia, lo bakalan di skors dari sekolah."

Abella Nastasha, gadis itu bisa melakukan apapun sesuka hatinya. Orang tuanya adalah donatur terbesar di SMA Nusantara. Jadi, ia bisa saja membuat Nadia di skors dari sekolahnya. Nadia menyebutnya dengan "nenek lampir". Kelakuannya yang antagonis, sangat tepat dengan sebutan itu. Bella tak pernah suka dengan Nadia, entah apa yang membuatnya sangat membenci Nadia.

---

Kring!! Bel istirahat pun berbunyi.

"Kal, temenin gue ke kantin yuk. Lapar banget gue," pinta Nadia sambil memegang-megang perutnya, lapar.

"Gue lagi gak lapar," jawab Haikal yang terlihat sedang membaca buku.

"Kal, ayo temenin gue!" Nadia tak henti-hentinya memohon untuk ditemani ke kantin, ia mengguncang-guncang badan Haikal.

"Lo rese kalo lagi lapar," sambung Haikal yang akhirnya mengabulkan permohonan Nadia.

"Hehehe," Nadia menyengir menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Haikal sudah berjalan lebih dulu, Nadia pun ikut mensejajarkan langkahnya. Tiba-tiba, Nadia menghentikan langkahnya. Matanya tertuju kepada seorang laki-laki yang mengenakan seragam basket. Sepertinya, laki-laki itu baru saja selesai bermain basket. Nadia masih tertegun melihat sosok itu.

Haikal menyadari bahwa Nadia sudah tidak berjalan di sampingnya. Lalu, ia menoleh ke belakang dan menghampiri Nadia.

"Katanya lapar, kok malah bengong disini?" namun, sayangnya pertanyaan Haikal tak menerima jawaban dari Nadia. Haikal pun mengikuti arah pandangan Nadia. "Lo lagi ngeliatin Nichol?"

Nadia yang mendengarnya pun hanya mengangguk sambil senyam-senyum tak jelas. "Lo liat deh, ganteng banget dia kan? Gak kebayang kalo gue yang jadi pacarnya," celetuk Nadia tanpa menoleh sedikitpun ke arah Haikal.

Haikal yang mendengarnya pun merasa lumrah dengan tingkah sahabatnya. Nadia memang menyukai Nichol sejak kelas sepuluh sampai sekarang. Nadia dan Nichol tidak berada di kelas yang sama. Nichol berada di kelas 11 IPS 1, sedangkan Nadia di kelas 11 IPA 4.

Tak heran jika Nadia sangat menyukai Nichol. Nichol adalah seorang kapten basket di SMA Nusantara. Wajahnya yang tampan, mampu mencuri hati siapapun yang melihatnya. Nichol sekarang menjabat sebagai ketua OSIS. Tak hanya Nadia yang menyukai Nichol, hampir seluruh kaum hawa di SMA Nusantara menyukainya. Tak terkecuali anak kelas dua belas. Tetapi, tak seorang pun dari mereka mendapat respon positif dari Nichol yang notabene-nya belum pernah berpacaran. Bayangkan saja bagaimana pesona seorang Nicholas Alvaro.

"Kebanyakan mimpi lo," cela Haikal.

"Apaan sih, sirik aja lo!" sambung Nadia lalu memanyunkan bibirnya.

"Jadi gak ke kantin? Kalau gak gue mau balik ke kelas."

"Eh-eh iya-iya ke kantin," sambung Nadia sambil menahan Haikal yang baru saja ingin beranjak ke kelas.

Brukk!!

Nadia merasakan ada cairan yang mengguyur seragam putihnya. Seragamnya dibasahi oleh noda berwarna jingga. Banyak mata yang memperhatikan mereka.

"Ups, sorry. Gue ga sengaja," celetuk Bella dengan nada suara yang membuat siapa saja jengkel jika mendengarnya.

"Lo maunya apa sih? Ha?! Selalu aja lo ngusik kehidupan gue!" bentak Nadia yang sudah tak tahan dengan tingkah laku gadis menyebalkan itu.

"Maunya gue ya? Emmm.. gue mau lo itu dikeluarin dari sekolah ini," sambung Bella dengan nada yang santai, tapi masih terdengar menyebalkan.

"Atas dasar apa lo mau gue keluar dari sekolah ini?" tanya Nadia yang kelihatan sangat geram dengan Bella karena seenaknya saja ia berbicara.

"Gue gak suka liat lo!" bentak Bella sambil melemparkan botol minuman yang berisi cairan jingga tadi ke arah Nadia.

--

Kring!!

Bel pertanda masuk pun berbunyi. Semua siswa-siswi yang ada di kantin mulai bergegas menuju ke kelas masing-masing. Termasuk Nadia dan Haikal. Seragam Nadia yang kotor karena terkena jus jeruk, menjadi perhatian orang yang berpapasan dengannya.

"Lo kenapa gak bantuin gue?" tanya Nadia kesal karena sedaritadi, Haikal sama sekali tak ikut campur tangan.

"Gue kan udah pernah bilang ke lo, lo itu gak usah ladenin si Bella," jawab Haikal enteng.

"Tapi Kal, si nenek lampir itu udah kelewatan banget. Pasti dia sengaja numpahin jus itu di seragam gue," sahut Nadia dengan tampang wajah yang sangat kesal.

"Ikut gue," Haikal menarik tangan Nadia tanpa permisi, dan membawa mereka sampai di depan loker. Haikal membuka lokernya, dan mengambil hoodie hitam miliknya. "Nih, lo pake ini aja untuk sementara."

Nadia pun mengambil hoodie milik Haikal, dan memakainya. Setidaknya, ia tidak menjadi pusat perhatian teman-temannya karena noda jingga di seragamnya. "Thanks Kal, gue kira, lo gak bakalan peduli sama gue," ucap Nadia dengan nada yang terdengar menye-menye.

"Alay lo. Yaudah ayo ke kelas," sambung Haikal langsung berjalan meninggalkan lokernya dan menuju ke kelas. []

****

Btw, aku juga ikutan geram sama Bella😡😤
Vote dan commentnya dong, hehe..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The NedarikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang