Prologue

46 2 0
                                    

“Aku tidak meminta langit karena bumi sendiri telah memberiku kebahagiaan tak terkira, namun retakan yang terjadi membuatku tenggelam dalam kegelapan tiada tara.” –Laura
.
“Sedalam apapun aku menyelam, masih ada cahaya yang mengikuti dari balik selimut lautan. Kenapa aku tidak bisa menikmati kegelapan yang siap memakanku kapan saja?” –Reshma
.
“Aku hanya menyukai aliran sungai yang terus melaju tanpa berhenti, tapi mengapa aliran itu sempat berbelok ataupun terbagi?” –Miranda
.
“Ketika aku berpikir bahwa aku sudah sampai di muara laut, ternyata aku masih terombang-ambing oleh ombak yang keras.” –Risa
.
Laura. Reshma. Miranda. Risa.
Keempat nama tersebut memiliki cerita yang sepintas terlihat berbeda, namun memiliki satu akar yang sama.
Cinta.
Cintalah yang membuat kehidupan mereka mulai terusik.
Rasa sayang mengoyak-ngoyak.
Harapan terkikiskan oleh waktu.
Semua hal yang mereka perjuangkan, sebuah ikatan yang menjaga keempatnya untuk terus melanjutkan hidup....
Akankah semua tetap berjalan?
.

Yogyakarta, 24 Desember 20xx.
Sudah tujuh tahun berlalu sejak persimpangan yang dilalui oleh wanita itu. Kini, ia menatap pada jalan lurus beralaskan rerumputan yang terbentang di hadapannya.
Sejak awal, itulah jalan yang benar baginya. Persimpangan kemarin hampir menghancurkan hidupnya, membuat ia kembali berpikir dua kali jika ingin kembali mengambil jalan berbeda dari jalan yang seharusnya ia lalui. Karena itu, tidak ada lagi keraguan yang melintasi dirinya saat ia mulai mengambil langkah menuju jalan tersebut.
Tidak ada, kecuali suara seseorang yang memanggilnya. Ketika kaki kanannya maju satu langkah, suara itu terdengar satu kali. Berulang kali ia menoleh ke belakang, mencari darimana suara itu berasal, namun ia hanya menemukan ruang kosong di belakangnya. Meskipun hatinya merasa familiar dengan suara yang terus memanggil itu, dia memutuskan untuk kembali melangkah.
Anehnya, jalan rerumputan di hadapannya tadi berubah menjadi kegelapan yang mencekam. Kedua matanya membulat, terkejut melihat kegelapan itu merayap dan akan memakan dirinya. Dia berbalik dan berusaha untuk melarikan diri, namun cahaya telah direnggut dari pandangannya sekarang.

.
.
.
“Aku mencintaimu dan menginginkanmu menjadi istriku. Tidak ada bantahan.”
.
.
.
“Apa boleh aku menggantikan peranmu menjadi kepala keluarga dan merawat keluargamu seperti merawat keluargaku sendiri?”
.
.
.
“Saya mencintai anda. Apa anda akan mengizinkan saya untuk masuk ke dalam kehidupan anda?”
.
.
.
“Aku sudah berusaha sampai detik ini dan inilah batas kemampuanku. Maukah kau menikah denganku?”
.
.
.
“Aku akan menikah denganmu.”
Entah pada siapa dia berkata.

To Be Continued
27 Desember 2016
18.43

Author's Note:
Hai.
Sudah sekian lama tempat ini berdebu, jadi aku bersihkan dulu dengan cerita baru yang sudah kupikirkan matang-matang. Semoga kalian semua tertarik untuk membaca cerita ini setelah melihat prolognya dan jangan lupa untuk vote dan juga komen, ya~ ^^ Bab I sedang dalam proses :)

.A.K.D. [.Aku.Kamu.Dia.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang