Walking With You

4 0 0
                                    

Esok hari Vivin suda di jemput Rifki dengan sepeda lamanya yang jarang di pakenya sejak SMA, ya sepeda tua itu dulu di belinya saat awal masuk SMP karena jarak sekolah dan rumah yang jauh, walaupun sudah lama dan jadul tapi sepeda tua itu punya banyak kenangan awal mula Rifki menabung susah paya dengan bekerja menjaga toko pamannya tanpa sepengetahuan ibunya dan Vivin

"Rif, kamu kok gak perna bawa sepeda lagi sih sejak SMA, kan kalo naik sepeda cepat sampai?" tanya Vivin yang di gonceng

"dulu kan SMP kita jauh sekarang SMA kita dekat jadi lebih baik jalan kaki kan sehat" komen Rifki

"beneran cuma itu alasannya? Gak ada yang lain?" selidik Vivin yang tahu betul kalo dulu Rifki sayang banget sepeda tuanya sampe selalu di cuci tiap hari dan di poles terus tiap akan berangkat sekolah dan pulang sekolah, vivin juga heran waktu awal masuk SMA Rifki ke rumahnya buat jemput tanpa sepeda waktu itu

'karena aku ingin lebih lama berjalan kaki ke sekolah denganmu' bantin Rifki

"hem, emangnya alasan apa lagi" jawab Rifki malas

"ya bisa aja karna kamu gak pengen calon gebetanmu kelak menjauh karena sepeda tua mungki" komen asal Vivi

Rifki yang mendengar jawaban dari Vivin pun refleks langsung menghentikan kayuan sepedanya

"ada apa Rif kok berhenti? Kan belum sampe?"

"ada kucing lewat" jelas Rifki lalu kembali mengayu sepeda tuanya

Sesampainya di sekolah, kelas jadi heboh dengan berita Rifki menaiki sepeda tua sebagai candaan, ya walau di buat candaan Rifki tidak tampak marah dan masi dengan ritual tidur pagi harinya

"vin, gimana rasanya di gonceng pangeran bersepeda tua?" tanya Mia yang langsung duduk aja di depannya

"kalo mau tau sana coba aja" jawab Vivin malas dan gak suka dengan candaan teman-temannya

Sementa si empuya uda tidur dan gak peduli kecuali jika bel masuk berbunyi barulah Rifki akan bangun dan memperhatikan pelajaran dengan serius. Ya bisa di bilang Rifki anak yang cukup pinta dengan selalu mempertahankan pringkat lima besarnya, walau anak-anak lebih mengenalnya sebagai cowok yang menakutkan karena sejak SD sampe sekarang masi aja sering terlibat perkelahian.

"Rifki, kerja kelompok bareng ya" ajak Vivin saat istirahat setelah tadi di beri tugas guru

"iya tapi aku bisanya saat di sekolah ngerjainnya, kamu gak masalahkan ngerjain jam masuk sekolah atau istirahat?" rawar Rifki

"ijin aja gak usa keja kan tugas sekolah" komen Vivin

"gak bisa seenaknya ijin Vin, kan sebulan cuma bisa dua kali ijin dan uda ke pake semuanya" jelas Rifki mengingatkan

"hem... Susah juga kerja kayak gitu, berangkat siang pulang tengah malam, kenapa gak cari kerjaan yang lebih bebas ijin sih" gerutu Vivin

"cari kerja itu susah Vin, lebih baik kerja sesuai hobi dan kemampuan aja untuk saat ini" komen Rifki

"cita-citamu mau apa Rif?" tanya Vivin tiba-tiba penasaran

"jadi supir" jawab asal Rifki dengan malas karena sedari tadi acara makannya di ganggu Vivin

"loh, kok supir sejak kapan cita-citamu ganti Rif" komen Vivin

"gak berubah Vin... Uda tau masi nanya" jawab Rifki masi fokus dengan makananya

"kamu sih aku nanya serius mala asal jawab aja, awas loh kualat jadi supir beneran" ucap Vivin sedikit kesel

"hem" tanggap Rifki gak peduli masi asik dengan makanannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No Fight But LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang