Genta Pratama: Tadi Fey ngapa?
Genta Pratama: P
Genta Pratama: P
Genta Pratama: P
Genta Pratama: P
Genta Pratama: P
Genta Pratama: P
Baru saja Danny ingin merebahkan dirinya di kasur setelah selesai bersih-bersih. Ponselnya yang ada di atas nakas berbunyi berkali-kali. Setelah menekan tombol kunci dan memasukkan passcode, terdapat notification dari Line. Pesan dari Genta.
FarranDanny: Itu dia di kerjain trio ubur-ubur.
Genta Pratama: Ha? Trio ubur-ubur? Siapa?
FarranDanny: Siapa lagi kalo bukan Sonya and the geng?
Genta Pratama: Oh. Hahaha bisa aja loe.
Genta Pratama: Kasian juga tu anak. Padahal dia baru ya.
FarranDanny: Kalo gue ada di sana gak mungkin gue tinggal diem. Sayangnya gue telat dateng. Malah Faraz duluan yang nolongin.
Genta Pratama: Halah, kan loe biasanya bodo amat kalo ada anak di kerjain mereka. Kenapa sekarang giliran Fey, loe tiba-tiba pen nolongin?
SKAK MAT!
Danny bingung harus menjawab pertanyaan pertanyaan Genta seperti apa. Pasalnya, Danny juga bingung. Mengapa saat melihat Fey diperlakukan seperti itu, ada rasa marah yang timbul di diri Danny.
Pesan lagi dari Genta.
Genta Pratama: Atau jangan-jangan?
Genta Pratama: Lo?
FarranDanny: Jangan drama deh.
Genta Pratama: Pipi loe merah tuh. HAHAHA
FarranDanny: Ngawur loe tai.
Setelahnya Danny menutup ponselnya dan merebahkan dirinya di kasur.
Masih memikirkan perasaan yang mengganjal apabila menyangkut Feyra. Danny sendiri heran apa yang membuat dia malah terpikat oleh Feyra. Apa mungkin karena Fey memiliki mata hazel?
**
Berhubung besok itu weekend-Fey bisa bangun agak siang, sepertinya bukan agak lagi tapi pasti. Jadi Fey memiliki rencana sehabis makan malam, dia akan kembali ke kamarnya-mengunci kamar. Setelah menunaikan kewajibannya, menggosok gigi dan mengganti kaos yang dipakainya dengan piyama bermotif flower. Fey membuka laptop untuk menonton film yang belum sempat ia tonton.
Tapi sebelum membuka file yang berisi film-film yang belum ia tonton-ada panggilan masuk dari Daddynya melalui skype.
"Hai Daddy," sapa Fey terlebih dahulu.
"Hai anak Daddy yang paling manja."
"Ihhhh Daddy nihhh, Fey males ah dibilang manja." Fey menunjukan wajah cemberutnya.
"Loh memang kamu manja kann? Gak salah dong Daddy." Bastian tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan anaknya.
"Yaa tapi kann...." sebelum Fey melanjutkan, Bastian sudah memotong kata-kata yang akan dikeluarkan Fey, " Daddy kangen tau. Biasanya ada kamu. Sekarang enggak. Tapi untung ada si kembar. Jadi Daddy gak terlalu ngerasa kesepian,"
Btw, si kembar itu-anak dari aunty Marissa- adik dari Bastian. Jadi si kembar itu, nephew dari Bastian.
"Mana si kembar Daddy, Fey jadi kangen mereka." Fey sangat antusias jika mendengar si kembar- keponakannya yang lucu itu.
"Udah gak ada. Mereka udah pulang ke rumahnya. Tadi juga mereka nanyain kamu. Daddy bilang aja kamu udah di jakarta."
"Yahhhh Daddy. Fey juga kangen nih sama Daddy. Kapan Daddy mau holiday ke sini?"
"Nanti ya Fey kalo ada waktu Daddy pasti sempetin kok, nemuin kamu, Mama sama Reno."
"Janji ya Daddy?"
"Iya, Daddy janji. Gimana nih sekolah baru kamu?"
"Seru kok Daddy, Fey punya temen namanya Danny sama Genta, mereka tuh asik lohh Daddy orangnya. Awalnya sih Fey kira, Danny itu orangnya cuek, dingin tapi ternyata setelah Fey kenal cowok itu. Dia baik deh Dad. Terus tadi Fey ketemu co-"
Ups. Hampir keceplosan.
"Co?" Bastian mengerutkan alisnya bingung karena Fey tidak melanjutkan ceritanya.
"Ohh nggak kok Daddy." Fey hanya cengengesan dan tidak melanjutkan ceritanya. Memang dia belum siap bilang ke Daddynya kalau Fey sedang jatuh cinta.
"Kamu aneh nih." Bastian menyipitkan matanya curiga, mencium ada something yang disembunyikan anaknya itu.
"Kamu lagi nyembunyiin sesuatu dari Daddy yaa?"
Fey yang ditanya seperti itu malah gelagapan tidak tau harus menjawab apa.
"Yaudah Fey tutup ya Daddy. Daddy jaga kesehatan ya. Jangan telat makan. Jangan lupa ibadah. Pokoknya jangan kecapekan. Love you my hero"
"Okey kalo kamu gak mau cerita. It's okay. Daddy akan selalu inget pesan dari kamu. Love you too my princess."
Sambungan mereka pun terputus.
Fey melanjutkan membuka file yang berisi film-film yang akan ia tonton. Karena untuk saat ini, mood Fey sedang tidak ingin nangis bombay. Jadi Fey memilih Film ber-genre action.
Insurgent.
Lanjutan dari film Divergent.
**
Fey baru membuka matanya saat cahaya matahari mengintip dari celah jendela. Padahal tirai jendela belum dibuka. Tapi matahari sudah menunjukan cahaya teriknya.
Fey mencari ponselnya yang dalam mode mute di atas nakas, pukul 9 a.m. Banyak panggilan tak terjawab dari Mamanya. Fey lupa dia mengunci kamarnya. Jadi percuma Mamanya membangunkannya pun, Fey tidak akan dengar. Makanya Ivana mencoba membangunkan melalui telepon tapi juga percuma karena ponsel Fey dalam mode mute.
Fey menyibakkan selimutnya dan turun dari kasur. Mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Mumpung sekarang weekend, Fey ingin berendam di bathup.
Setelah mendengar gedoran pintu kamar mandi, Fey mengerjapkan matanya, sadar bahwa baru saja ia ketiduran di bathup. Dan di luar Mamanya sudah siap dengan omelannya. Memang sebelum mandi, kunci di pintu kamarnya sudah ia buka.
**
Memang Ivana tidak pernah bisa membiarkan anak perempuannya itu bermalas-malasan di rumah. Seperti sekarang, yang seharusnya Fey bersantai ria di rumah. Harapannya itu harus pupus. Karena menemani Mamanya pergi belanja. Biasanya Bi Imah, akan tetapi untuk kali ini Mamanya ingin belanja bersama Fey. Fey sudah menolaknya berkali-kali tapi Ivana tidak menyerah begitu saja. Sampai akhirnya Fey menuruti keinginannya.
"Ayolah Fey temenin Mama masa kamu tega Mama sendirian. Kan kita udah jarang quality time," begitu kata Ivana. Yang membuat Fey menyerah dan Ivana tersenyum puas karena permintaannya itu dituruti.
Setelah puas berbelanja kebutuhan di Dapur dan sekaligus shopping, mereka menyempatkan untuk makan di Restoran Sushi Tei yang berada di Grand Indonesia-setelah Pak Ujang mengangkut barang belanjaan mereka ke mobil.
Memang sebenarnya suasana ini sangat menyenangkan menurut Fey. Bisa berbelanja bareng Mamanya. Karena Fey paham Mamanya itu kesepian.
Fey terpaksa mengangkat topik ini lagi.
"Ma, Mama kenapa sih gak cari pengganti Daddy? Fey gak apa-apa kok mah. Bener deh. Asalkan Mama bahagia. Fey sama Bang Ren setuju kok."
"Kamu nihh, asal aja kalo ngomong."
Seperti itu tanggapan Mama, setiap Fey membahas soal itu. Sepertinya Ivana memang tidak ada niatan untuk mencari pengganti Bastian.
Setelah mereka menghabiskan makan siang masing-masing. Mereka pun berjalan menuju pintu keluar karena Pak Ujang sudah menunggu disana.
Tbc