Chapter 1

659 17 0
                                    

                   "Bruuuk" sebuah bantal berwarna putih bermotif bendera inggris itu mendarat seketika tepat didasar wajahku, aku menyadari itu tetapi mataku terlalu berat sehingga aku tak merespon lemparan bantal yang diluncurkan oleh dinda saha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                   "Bruuuk" sebuah bantal berwarna putih bermotif bendera inggris itu mendarat seketika tepat didasar wajahku, aku menyadari itu tetapi mataku terlalu berat sehingga aku tak merespon lemparan bantal yang diluncurkan oleh dinda sahabat kecilku. Kami bersahabat sejak kami TK saat itu aku tidak mempunyai teman dikarenakan aku termasuk bandel disekolahku, saat aku duduk sendiri dinda menghampiriku, mulai saat itu aku selalu saja menjahilinya tetapi dia selalu saja sabar, itulah yang membuatku nyaman bersahabat dengannya. "banguuuuuuuun" sial teriakan cempreng itu memaksaku untuk bangun dan menghentikannya, sebuah tawa kecil terdengar dari sebuah bibir tipis dinda.

"akhirnya putri tidur sudah bangun, sepertinya lebih mudah bangunin kebo deh daripada kamu"

                    Dengan mata masih sayu aku menatap dinda mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut, aku kaget dan terheran heran kenapa pakaian dan penampilannya begitu rapi? Bukankah ini hari libur yang harusnya digunakan untuk tidur, nonton tv, bermain game, dan hal hal menyenangkan lainnya, tapi terus terheran heran saja tidak akan menghentikan kagetku ini.

"kamu mau kemana? Kok rapi banget, bukannya ini hari llibur?" tanyaku sambil mengucek ngucek mata sipitku.

"kamu lupa? Kita kan ada acara reuni sd, yaampun sudah kuduga kamu pasti lupa, kalau begitu aku tepat sekali datang kerumahmu lama sebelum acara dimulai"

"oh iyaaa ya ampun aku bener bener gak ingat din, yaudah kita pergi sekarang yuk" bergegas aku melompat dari ranjang tidurku, kelabakan kesana kemari mencari jaket.

"eiiittzzz, mau kemana kamu? Kamu belum mandi dan bersiap loh"

"udah tinggal pakai jaket trus pakai sepatu pergi deh, simple kan"

"diiiih jorok banget sih kamu ini, gak mau tau aku tunggu setengah jam kamu harus sudah selesai mandi dan bersiap, oke?"

"siap bu bos"

                   Akhirnya aku sudah rapi dan wangi, sebenarnya mandi dihari libur bagiku itu hanyalah mitos, hanya saja karna ini adalah pemaksaan si bu bos aku tak bisa mengelak, karna dia mempunyai ancaman yang luar biasa, dia akan mengadukanku pada ibuku jika selama ini sore sore aku bermain basket bukannya belajar. Hanya bisa tersenyum sambil mengepalkan tanganku menghadapi sahabat ngeselin seperti dia.

                   Bergegas sedikit terburu buru karena ternyata waktu kami tinggal 10 menit sebelum acara dimulai, kekesalanku bertambah ternyata jam tangan yang menjadi patokan dinda tadi lebih lambat setengah jam. Berlari lari kami menuju luar teras rumahku untuk mengendarai motor yang tadi diparkir didepan rumahku.

"cepat sedikit dong din, kita sudah telat nih" gumamku sambil mengenakan helm dibelakang dinda, aku tidak bisa membawa motor jadi ya terpaksa dinda deh yang bawa motornya.

"kamu ini yaa, sudahlah lupa acara hari ini siap siap nya juga lama trus sekarang malah ngomel sendiri huuuh" oceh dinda sambil menstater motor matic nya dan perlahan kami meninggalkan halaman rumahku dengan motornya.

"hehe iya deh maaf maaf yaudah yuuk tancap gaaas " seru dengan wajah penuh semangat.

"tidak tidak, aku tidak akan negbut pelan pelan saja"

                    Wajahku yang sumringah tadi seketika berubah menjadi datar mendengar perkataan dinda yang hanya ingin membawa motornya pelan pelan padahal aku lebih suka naik motor ngebut ngebut kemudian merentangkan tanganku dan merasakan setiap angin yang menyinggahiku dengan begitu aku bisa merasakan indahnya terbang, aku sangat ingin bisa terbang bebas di langit, terkadang aku suka iri dengan burung burung yang terbang kesana kemari. Cita cita terbesarku adalah bisa terbang mengelilingi menara Eiffel huaaa mimpi seperti apa ya itu.


"yuuk merry kita sudah sampai" dinda menepuk pundakku tanpa kusadari ternyata sedari tadi aku memejamkan mata sambil merentangkan kedua tanganku.

"eh kita sudah sampai? Kok gak bilang dari tadi sih!" aku sangat malu karena disana sangat ramai, apa yang ada dipikiran mereka melihat tingkahku yang mungkin menurut mereka itu sangat aneh.

"sudah kita jangan berdebat disini oke, yuk kita masuk sebelum semua orang terus memperhatikan tingkah anehmu"

              Tempat nya ternyata sangat bagus tidak terlalu mewah, sederhana tapi sangat nyaman rasanya seperti acaraku sendiri aku sangat nyaman berada disini tidak seperti acara biasanya yang membuatku terganggu karena music nya yang sangat keras, orang orang yang berjoget kesana kemari, ocehan ocehan yang membuat gendang telingaku pecah mendengarkannya.

"mer ada sahabat dekatku dulu saat sd aku mau sedikit berbincang bincang dengannya, kamu gpp aku tinggal sendiri?" dinda memohon padaku dengan wajah sangat memelas, wajah itu membuatku tak tega melihatnya.

"hus wajahmu bisa biasa saja tidak, kamu selalu bisa membuatku menurut baiklah aku gpp tapi jangan lama lama ya"

              Tanpa berkata kata lagi dinda langsung saja pergi meninggalkanku dengan sedikit melambai lambaikan tangan seakan akan seperti ingin pergi jauh saja, sekejap dinda hilang dari pandanganku kini aku bingung harus berbuat apa ingatanku tentang teman teman sd ku sudah hilang tak sedikitpun kuingat aku memang seorang yang pelupa. Kulemparkan pandanganku kemana pun bisa ku memandang, sampai pandangan ku terhenti disuatu ayunan dibawah pohon yang tampaknya sedikit lebih sepi dari acara pesta, bergegas kaki ku melangkah ke ayunan yang sangat menarikku untuk mendudukinya. 

             Belum sampai ku ketempat itu hanya tinggal beberapa langkah tiba tiba seseorang datang dan langsung mendudukinya aku tidak tahu itu siapa dia duduk diayunan membelakangiku sambil sedikit mengayun ayunkan ayunannya lagipula kalaupun dia menghadap kearahku aku mungkin tidak tahu siapa dia karna dari aku datang ketempat ini tidak seorangpun yang masih ku kenal. Saat aku ingin melangkah kan kakiku pergi dari tempat itu baru saja satu langkah kudaratkan kakiku suara ranting yang terpijak harusnya tak terdengar karena tempat ini sepi jadi sangat terdengar tiba tiba seorang pria yang duduk diayunan tadi menoleh kearahku.

I'am a MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang