"kamu mau ngapain?" jleeb kata kata sudah terlempar dari bibirnya kini hati ku bergetar aku harus menjawab apa? Jika aku bilang aku ingin berayun ayun diayunan itu aku jadi tidak enak karena dia sedang menggunakannya.
"ti..tidak.. aku hanya ...." Belum sempat ku menlanjutkan kata kataku pria itu memotong pembicaraanku.
"kamu ingin naik ayunan ini?" lagi lagi aku kaget bagaimana dia tau apa yang aku mau?.
"tidak kok aku hanya ingin melihat lihat saja, soalnya disana sedikit ramai dan aku tidak begitu suka keramaian"
"oh seperti itu akupun begitu, apa kamu mau mencoba ayunan ini?"
Ternyata pria itu sangat mudah bergaul sampai sampai aku yang tadinya sedikit canggung menjadi kembali seperti diriku sendiri, aku merasa sudah terlalu lama kami mengibrol ditempat itu sepertinya dinda saat ini sedang bingung dan panic mencari cariku, ah sudahlah obrolan itu sangat seru dan sayang jika dilewatkan dia begitu seru dan ternyata cocok denganku. Kami saling bercerita dan ternyata kami banyak kesamaan mulai dari hobi, film, makanan, dan ternyata cita citanya dia sangat ingin berteriak diatas menara Eiffel, woooow bukankah cita citaku juga bisa ke menara Eiffel bedanya yang aku inginkan terbang mengelilingi menara Eiffel sedikit impposible sih tapi tidak salah kan bercita cita seperti itu.
"ah merry ternyata kamu disitu, aku mencari cari kamu dari tadi"
"hehe maaf din tadinya aku mau lihat lihat sekeliling saja eh malah ketemu temen baru, kenalin ini Gabriel, Gabriel ini dinda" aku berdiri menghadap dinda dan memperkenalkan teman baru yang sangat seru ini
"hai aku dinda makasih ya udah mau nemenin merry, mer maaf ya aku kelamaan ya?"
"aku Gabriel, iya sama sama dia orang yang asik di ajak ngobrol kok" senyum Gabriel sambil menatap kearahku.
"iyaiya gpp kok din lagian menunggumu jadi tidak membosankan karena ada Gabriel" tiba tiba tanpa sengaja aku membalas senyum Gabriel, sial apa apaan ini aku? Senyumin cowok? Bukan aku banget.
"yaudah yuk kita pulang sudah hampir sore nih"
"oke din, Gabriel makasih ya waktunya aku duluan bye bye..." ku lambaikan tanganku sambil bergegas meninggalkan Gabriel, perlahan pandangan ku mengenai Gabriel hilang perlahan lahan, hatiku berdegup seakan tak rela melepaskan pandangan, apa apaan ini apa aku jatuh cinta padanya?
Setelah ku pikir pikir hari libur akhir tahun ini sangat sayang jika hanya dilewatkan dengan tidur tiduran dikasur, bisa bisa aku jadi mendadak gendut lebih baik pagi ini aku keluar jogging. Memangnya aneh kalau aku pergi jogging? Kenapa adikku tertawa melihatku pagi pagi seperti ini jogging? Tentu saja dia tertawa sudah sangat lama aku tidak pernah jogging terakhir kali ya mungkin sd.
Udara dikota ini memang masih segar dan terjaga karna aku tinggal di tempat yang tidak begitu ramai kendaraan, karna sudah terlalu lelah tanpa kusadari aku tertidur disalah satu kursi panjang berwarna putih dibawah pohon yang lumayan besar. Aku bermimpi berada disebuah padang pasir yang sangaaat luas disini matahari sangat terlihat sangat terik ku rasa aku sedang tersesat disini, tapi tunggu... rasanya kenapa sangat dingin di pipi ku? Ini kan padang pasir, kenapa ada sesuatu yang dingin?
Saat kubuka mataku aku begitu kaget melihat sesosok pria ada didepan wajahku kualihkan pandanganku dan aku kembali terkejut ada sebuah ice cream menempel dipipiku, sepertinya lumayan lezat juga.
"ini ice cream buat kamu tadi ada tukang ice cream lewat jadi aku beli terus kebetulan lihat kamu yang berkeringat sepertinya kepanasan jadi aku beli dua deh" tiba tiba dia yang tadinya berdiri langsung mengambil alih tempat tidurku, menggeserku dan duduk disana, terpaksa aku yang tadinya rebahan mengganti posisi menjadi duduk.
"Gabriel, kok kamu ada disini?"
"iya aku memang setiap pagi jogging disini rumahku disekitaran sini, ini ice creamnya mau tidak?"
"eh iyaiya makasih yaa, btw kamu masih sekolah?"
"iya aku kelas 12 di smkn 5, kalau kamu?
"aku kelas 11 di smkn 5 juga, wah satu sekolah tapi kita gak pernah ketemu ya"
Tiba tiba suasana menjadi hening tidak ada yang memulai pembicaraan lagi, duh aku jadi tidak enak kenapa suasana menjadi garing seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am a Mualaf
Non-Fictionkutemukan seorang lelaki yang membuatku nyaman, ibadah gerejanya sangat rajin sangat memotivasiku, sampai akhirnya kami jadian. tetapi semua berubah saat lulus SMA dia menjadi seorang mualaf, ternyata sudah sejak kelas 2 sma dia ingin menjadi seoran...