Two

82 7 6
                                    

Gadis cantik berambut blonde itu mendesah panjang, sedetik kemudian Dia menutup mata nya kenangan bertahun tahun silam harus muncul lagi saat bertemu langsung dengan pria itu, sementara suaminya masih asyik berselancar ria di Pantai.

"Semuanya terjadi begitu saja. Tak pernah terpikir sedikit pun kau akan mengambil keputusan yang tak terduga seperti itu, semua terjadi begitu cepat, kau sama sekali tidak memberi ku waktu untuk mencerna keputusan mu. Aku membencimu, Dylan " Lirih Jessi Bianca ia menatap nanar sepasang pria dan wanita yang tersenyum hangat kearah kamera dengan tangan mereka yang bertautan mesra . menyusuri bibir Pantai.

Tidak ada yang tau kalau Dylan adalah tunangannya. Ah ralat. Mantan tunangan nya beberapa tahun silam sebelum orang mengenal nya sebagai orang nomer satu di prancis, sebelum dunia tau siapa Dylan, Bianca sudah mengenal nya ketika Dia bukan siapa siapa.

Lima tahun lalu

pria berwajah Tampan dengan tubuh tinggi tegap itu mencium bibir gadis dihadapannya sekilas. Lantas merenggang kan tubuhnya dan menatap gadis cantik di hadapan nya dengan wajah sedih.

"Jessie kau tau aku sangat mencintaimu?

"yes... I know "

" kau tau aku tak kan bisa hidup jauh dari mu"
Jessie tersipu malu mendengar kalimat romantis yang tunangan nya ucap kan.

"tapi... "pria itu terdiam beberapa saat.

" tapi apa Dylan??

"kita batalkan saja pertunangan ini." Ujar pria itu tanpa mengalihkan tatapan matanya.

"t-tapi -"

"Aku tidak punya pilihan lain!" potong pria bernama Dylan itu cepat. Ia mendengus kasar lalu melanjutkan, "Ayahku telah mencari kan jodoh untuk ku, dan sungguh aku tak bisa menolak permintaan ayah."

Raut wajah Jessie Bianca berubah. Ia marah. Marah sekali. "kau melepaskanku dan menerima wanita itu dengan mudahnya? Bagaimana dengan segala rencana pernikahan kita?!" bulir bening mengalir begitu saja dari pipi Bianca . Membentuk aliran kecil dengan rasa kecewa yang dalam.

"Maafkan aku Jessie, Kau jangan menangis." Dylan menyeka pipi putih Bianca yang telah basah oleh air matanya dengan tulus dan lembut.

Bianca menepis tangan kekar itu dengan kasar Senayan, rasa nya ingin Dia mengeluarkan sumpah serapah nya saat itu juga. Namun hanya kalimat lirih yang keluar dari bibir tipis nya "Jangan meminta maaf."

Dylan menggenggam tangan Bianca dengan erat "kau harus mencari pria yang lebih mengerti perasaanmu dan lebih mencintaimu. Berjanjilah kalau kau akan baik-baik saja "

"baik baik saja???

Ada keheningan sejenak diantara mereka. Bianca berusaha mencerna kejadian macam apa yang terjadi saat ini. Tapi kepala nya tak mampu untuk berpikir lebih jauh.

"kuharap kau jangan pernah menghubungi ku lagi setelah pertemuan ini. Karena setelah ini aku akan bertunangan dengan nya dan keluarga ku akan pindah ke prancis dan menetap disana " Dylan berkata sambil memaling kan muka nya Dia seakan tak sanggup menatap wajah yang begitu terluka di depan nya.

"tapi kenapa, semua begitu mudah bagi mu? "

"sudah lah tidak perlu di bahas lagi, kurasa semua ucapan ku cukup jelas "ujar Dylan

Bianca menelan salivanya sendiri dengan susah payah. Keadaan telah membuatnya lupa bernafas untuk sejenak.

"Aku tidak mengerti kenapa kau tiba - tiba mencampakkanku. Tapi jika keputusan itu membuatmu bahagia, maka aku akan bahagia juga. Selamat tinggal, Dylan " Bianca beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Dylan dengan perasaan hancur.

Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang