II
Sebuah Larangan
Hanya perlu membaur dengan rumah ini, maka Lay akan terbiasa pada suasananya yang terlihat sedikit, mencekam. Bagaimana tidak, pada langit-langit ruang tamu terdapat kumpulan sarang laba-laba, serta serangga-serangga kecil turut membangun sarang di sana. Lantainya teramat kotor, dan pula, berbagai debu turut menjadi bagian penting yang wajib ada pada setiap pelosok.
Lay datang menghampiri ibunya, lalu mengambil sebuah sapu juk hitam yang tersandar di dinding. Pria itu membersihkan bebagai tempat bersama ibunya, sedangkan Ayah Lay menelpon pihak pengantar barang untuk segera membawakan barang-barang dari rumah lama menuju rumah baru.
"Benda ini harus kuletakkan di mana, Bu?" tanya Lay, ia sedang sibuk memindahkan guci-guci dengan corak warna beragam.
"Letakkan di sana terlebih dahulu." Ibu Lay menunjuk ke arah pinggir pintu masuk.
Perlahan namun pasti, pria itu mengangkat berbagai guci-guci dengan berat belasan kilogram satu persatu menuju tempat yang diperintahkan ibu tadi. Sedari awal ia berada di sini, Lay merasa ada yang tidak beres dengan para tetangganya. Selain Clarina, beberapa orang lain berbisik-bisik dari arah depan rumah seraya membicarakan hal-hal aneh mengenai rumah baru Lay.
Ketika Lay datang menghampiri mereka untuk berpura-pura membuang sampah, kumpulan ibu-ibu itu mulai buyar. Tetapi ada satu anak kecil menarik perhatiannya, ia mengenakan baju kaus ungu polos dengan celana levis hitam pekat. Anak itu memandangi rumah Lay dengan datar.
Merasa heran, Lay pun datang untuk menegur anak itu. "Ada apa, dik? Apa yang kamu lihat?"
Ia mengeluarkan secarik permen kertas dari saku bajunya. "Apa kakak tidak tahu, kalau rumah ini berhantu?"
"Mana mungkin, Dik. Tempat ini terlihat menyeramkan karena tidak pernah ditinggali dalam waktu lama. Kurasa, untuk permasalah hantu tersebut, sebenarnya di setiap rumah dihuni oleh hantu."
"Benarkah? Apa dengan itu, rumah kakak memang ada hantunya?"
"Kurasa ada beberapa, hanya saja kita tidak bisa melihat."
Melihat anak ini, mengingatkan Lay saat kecil dulu. Di mana hal serupa ketika ia bertanya apapun pada ayahnya hingga lelah dan tak menjawab lagi. Segala pertanyaan yang diajukan Lay saat itu beragam, bahkan hingga pertanyaan yang tak pantas untuk dijawab.
"Apa dia akan menyerang kakak?"
"Jika hantu itu jahat, mungkin saja. Maka dari itu, kau harus waspada. Jangan sampai dia memakanmu."
Roaaar!
Lay memeragakkan peran layaknya hantu sungguhan pada anak itu sambil mengelitiki tubuhnya. Kedua pria ini tertawa bersama dalam dunia yang telah mereka ciptakan. Tanpa disadari, ada Clarina sedang mengamati kegiatan mereka dari depan rumahnya. Wanita itu hanya tersenyum kecil melihat Lay dan anak ini.
"Oh, Clarina! Sedang apa kau di sana?" Lay menyadari keberadaan wanita itu, sehingga ia langsung menghampirinya.
"Tidak ada, aku hanya bosan berada di rumah."
Timingnya tepat sekali, membuka kesempatan bagi Lay untuk mengajaknya melakukan study tour ke dalam tempat berbahaya. "Ingin memulai petualangan menuju rumah berhantu?"
Clarina menoleh ke arah rumah Lay, dari sorot matanya dapat terlihat kalau Clarina sedikit takut pada tempat ini. Namun, sebagai seorang pria sejati, Lay pasti akan menjadi sosok pelindung bagi wanita itu. Siapapun yang datang, hantu semacam apapun itu, jika mereka muncul, Lay pasti akan membasminya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Archlink World
FantasyApa yang kau inginkan jika memiliki Archlink? Sebuah bongkahan batu hitam dengan kilatan cahaya keunguan yang dapat mengabulkan segala permintaan. Jenis mana yang akan kau kumpulkan terlebih dahulu? Archlink pertama, atau kedua? Melakukan segala hal...