Hope and Hope

2.8K 93 33
                                    

Sudah tiga tahun semenjak Yoora dipindahkan dari rumah sakit elite Siloam ke rumah sakit yang mungkin bisa kita katakan termasuk bangunan yang bobrok dan tak pantas lagi disebut sebagai tempat untuk merawat orang.

Dokter muda yang menghargai kehidupan. Sang jiwa yang diberikan pada Tuhan dan ia telah berjanji saat wisuda bahwa ia segenap hati akan memberikan usaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan nyawa manusia, jika itu memang takdir mereka.

Berspesialis GS atau general surgery dan Yoora sering melakukan operasi umum. Dokter yang tak sempat mencari cinta, bahkan mungkin selalu hidup di dalam ruang operasi. Ia tak bosan, tetapi ia lelah menanti takdir. Yoora tak bisa berhenti dari pekerjaannya sekarang, ia terlanjur berjanji kepada semua orang bahwa ia akan hidup di mana cinta tak akan pernah datang untuknya.

Rumah sakit Abadi Umum inilah ia tinggal, tempat Yoora merenung. Ibunya berada untuk alasan menghidupi dan memberi makannya, kalau ia berhenti dari pekerjaannya. Tetapi sungguh ia tak rela menghabisi waktu yang tak tentu arah. Tak henti-henti belakangan ini ibu menagih pernyataan yang sempat Yoora ucapkan.

Perjanjian 22 April.

Pernyataan yang pernah Yoora ucapkan pada tanggal itu bahwa ia akan memperkenalkan sosok pangeran tanpa sayap kepada sang ibunda.

“Dokter, ada pasien demam tinggi dan tiga menit lagi sampai,” ucap sang perawat laki-laki bernama Nando.

Tersadar dari apa yang dikatakan Nando, Yoora pun bergegas pergi ke ruang UGD. Ya, karena rumah sakit ini kekurangan Dokter, ia pun harus bertanggung jawab di ruangan terkutuk itu.

Melangkahkan kaki jenjangnya yang tadi berada di atas kursi beralih ke lantai marmer yang dingin. Tak beralasan apapun Yoora lantas ingin mencuci mukanya agar tak mengantuk. Lalu memakai sandal berbentuk kelinci yang akan ia bawa melalui kerja kerasnya.

Membuka pintu kayu itu secara perlahan, Yoora pun berjalan melewati pekerja yang ada di sini, tak henti-henti orang memanggilnya, bahkan ia dikenal dengan 'Fussy Yo' atau bisa diartikan Yo cerewet, sangat menjengkelkan bukan?

Melambaikan tangan pada suster Ohnia, Yoora pun menghampirinya dimeja resepsionis. “Di mana pasien demam tinggi, Sus?”

“Hm, di sebelah sana Dok,” Suster Oh menunjuk tempat tidur dimana terbaring anak lelaki. “Mau kutemani, Dok?” sambung perempuan umurnya yang telah berkepala empat itu.

Mengangguk setuju dengan pertanyaan Suster Ohnia, Yoora pun berjalan menuju ke tempat pasien dan diikuti oleh Suster Oh. “Dokter Yo, akan ada Dokter bayaran di sini, dan ia akan menjadi dokter di UGD juga.”

“Kapan ia akan mulai bekerja di sini?” Memulai meriksa pasien, Yoora pun menatap sebentar pada Suster Oh, dia tak menjawab pertanyaan Yoora. “Hei, suster.” Yoora pun mengibaskan tangannya di depan wajah suster dan masih tak ada respon.

Merasa ada yang memanggil, Suster Ohnia pun menatap Yoora kaget. “Ehh, Dok maafkan aku.”

“Apa yang Membuat anda kemari?” tanya Yoora kepada wali pasien.

“Begini Dok, saya dan anakku dari kemarin batuk parah. Kami telah memakan obat dan kami juga belum pulih, tapi malah semakin parah.”

Uhuk

Uhuk

“Maaf Dokter,” ujar sang wali pasien.

“Sejak kapan Anda dan anakmu terkena batuk?”

Laki-laki itu pun berbatuk tak tertahankan. “Sekitar dua hari atau tiga hari yang lalu”

“Baik saya akan memeriksa kalian dengan stetoskop dulu.” Perempuan itu pun mengambil stetoskop yang ia kalungkan dileher.

Fall in Love: Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang