Lalu, Arthur dan gerombolannya keluar dari kelas kami menuju ke kelas mereka. Secara tiba-tiba, Arthur menghampiriku. Dia memegang pundakku dan spontan saja aku kaget. "Apakah ini mimpi?!", heranku dalam hati. Sambil mencubit tanganku dan ternyata... "Awh, ini bukan mimpi!"
"Kamu kok sendirian sih, Tang?", tanya Arthur.
"Iya nih, lagi pingin sendiri aja. Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, Thur", jawabku dengan gugup.
"Ngomong apa?"
"Hmm, sebenernya... Aku..."
"Kenapa, Tang?"
"Aku... Aku... Hmm, aku udah dari dulu suka sama kamu, Thur", akhirnya aku mencoba jujur dengan perasaanku.(Tiba-tiba Lois menghampiri kami)
"Tang, kamu ngapain disini sama Arthur?", tanya Lois dengan wajah kaget.
"Jadi gini, Lo. Aku udah dari dulu suka sama Arthur. Aku coba jujur sama perasaanku. Aku nggak bisa bohongi perasaanku sendiri"
"Thur, kamu pilih Bintang atau aku?", tanya Lois kepada Arthur.
"Hmm... Aku bingung. Aku pilih kamu, Lo. Karena dari dulu aku udah suka sama kamu. Maaf ya, Tang. Aku nggak bisa pilih kamu", jawab Arthur lalu pergi ke kelasnya meninggalkan kami.Hari demi hari sudah ku lewati. Ada seorang cowok anggota dari geng Arthur yang mendekatiku. Dia bernama Ardian. Ardian sering mengajakku pergi berdua. Dia juga sering menjemputku di rumah.
Pada suatu ketika, dia mengajakku ke sebuah taman. Dia menjemputku jam 4 sore. Beberapa menit kemudian, kami sampai di taman itu. Lalu kami duduk di sebuah kursi taman.
"Tang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu", kata Ardian.
"Ngomong apa, Ar?"
"Aku suka sama kamu, mau nggak kamu jadi pacarku?"
"Hmm, aku mau kok"Dia memelukku sambil memberi cokelat. Setelah itu, dia mengajakku pergi ke sebuah cafe. Kami berbincang-bincang sambil menikmati secangkir Hot Cappuccino Latte. Kemudian, setelah berbincang-bincang, Ardian mengantarkanku pulang ke rumah.
"Makasih ya, Tang", ujar Ardian.
"Iya, sama-sama ya, Ar"