Ketika lelaki berbaju serba putih itu mulai bertanya, dari situlah semua dimulai.
Di keramaian sebuah rumah sakit yang dihuni para pasien gila, seorang dokter berhadapan dengan pasien yang baru masuk.
Dengan wajah masam, ia giring pasien ke ruangan yang telah disediakan.
Sejujurnya hati dokter itu sedang tak baik. Sesuatu mengganggu pikirnya akhir minggu ini."Sekarang, di sinilah tempatmu. Kamu akan tinggal di sini."
"Hehehe."
Dokter tersebut bergidik saat mendengar suara pertama dari mulut pasien baru.
"Silakan duduk. Suster ini yang akan menemanimu."
"Hehehe."
Lama-lama dokter itu merasa aneh sendiri. Pasiennya tidak seperti pasien lain.
"Saya tinggal dulu."
"Hehehe."
***
"Namamu siapa?"
"Hehehe."
"Jadi namamu, Hehehe." Sambil meniru 'hehehe' dengan suara datar.
"Sudah makan?"
"Hehehe."
"Sudah makan atau belum? Apa kamu lapar?"
"Hehehe."
Rambut yang telah ditata rapi acak-acakkan oleh ulah tangannya sendiri.
Dokter berwajah masam itu berteriak.
"Suster!!!!!"
Kemudian datang wanita yang merasa dirinya suster.
"Ada apa?"
"Apa dia sudah makan?"
"Dia siapa?"
Suster itu mendelik bingung.
Dokter merasa wanita berlipstik merah menyala itu berpura-pura bodoh.
"Di sini ada banyak pasien, Dok. Sebutkanlah nama pasien itu."
"Pasien di dekatku ini lo!"
"Siapa namanya, Dok?"
Dokter itu ragu mengucapkannya. Namun ia ingin kewajibannya segera berakhir.
"Hehehe."
"Loh kok malah ketawa, Dok?"
"Maksudku nama pasiennya 'Hehehe'."
"Owhh. Bilang dong, Dok. Pasien itu belum makan."
"Berilah dia makan."
Suster berlipstik merah menyala tersenyum jail.
"Siapa, Dok?"
"HEHEHE!!!!!!" teriaknya.
Si suster tertawa puas.
Kemudian dia mengambil makanan di dapur. Lantas memberi pasien bernama 'Hehehe' makan.
"Aku baru hari ini setelah seminggu terakhir tidak melihatnya tertawa."
Pada pasien 'Hehehe', si suster mencurahkan segala beban hatinya."Hehehe."
Sembari mengunyah, pasien itu tertawa."Hidupmu sepertinya bahagia sekali."
"Hehehe."
"Hehehe." Suster ikut tertawa.
***
Pintu sebuah ruangan terbuka. Awalnya membuka sedikit demi sedikit. Seperti orang mengintip. Ketika melihat kondisi sebenarnya di dalam ruangan, si pengintip membuka lebar pintu tadi sebab terkejut."Loh, Dokter kok nangis?"
Dokter itu menyembunyikan wajahnya yang berderai air mata.
"Tak usah malu, Dok. Katakan, ada apa?"
Suster berlipstik merah menyala memasang telinga baik-baik. Ia melihat mulut Dokter bermuka masam agak terbuka. Pasti akan mengatakan sesuatu.
"Is ... is ... is ... istriku mengajak cerai."
Memang itulah masalah yang diemban dokter itu seminggu ini. Sebab masalah itu pula, wajahnya selelu tampil masam.
"Tidak akan berguna seorang istri mengajak cerai. Jadi Dokter tenang saja." Tersenyum lembut.
"Benarkah?"
"Iya, Dok. Sepertinya."
Binaran bahagia sekejap musnah.
"Mau saya hibur?"
"Boleh."
"Ayo ikut saya."
Ditarik lengan dokter itu. Membawanya keluar menuju taman. Mereka berdiri di bawah pohon. Memandangi para pasien yang tengah bermain di atas rerumputan hijau.
"Tolong panggilkan pasien itu."
"Siapa?"
"Hehehe."
"Malah tertawa. Panggil siapa?"
"Pasien bernama 'Hehehe'."
Dokter itu menolak.
Ia tak mau habiskan suaranya memanggil nama super aneh tersebut."Cepat panggil!! Dia belum makan kau tahu?"
"Kita hampiri saja. Lagipula katamu kau akan menghiburku."
"Cepat lakukan."
Dengan kekesalan yang sudah berada di ubun-ubun, Dokter dengan terpaksa ...
"HEHEHE!!!!!"
Si pemilik nama tak mendengar.
"Lebih keras lagi."
"HEHEHE!!!!!!!!!"
"Kurang keras!!"
"Kau sedang mengerjaiku ya?"
"Cepat lakukan."
Dokter itu membentuk kedua tangannya seperti corong di sekitar mulut. Menarik napas panjang, kemudian mengembuskan dengan teriakan.
"HEHEHE ...."
"HEHEHEEEEEEEE!!!!"
"HE!!! HE!!!! HE!!!!!!"
Si suster terkikik. Beginilah cara jitu membuat seseorang tertawa dengan terpaksa.
"Hehehehehehehehehehehehehe heheheheheheheheheheheheh ...."
"Hey, Dokter! Namanya tidak sepanjang itu."
"Siapa yang mengatakan itu namanya. Tadi aku sedang tertawa."
END
HEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
HeHeHeHeHe
Short StorySiapa yang memanggil namanya, akan tertawa detik itu juga. "Hehehe ...."