Sunset dan Rintik yang Menyedihkan

145 4 0
                                    

Sore itu, tepat ketika matahari mulai kembali di sebalik garis cakrawala menuju peraduannya, aku berlari di tengah hujan, membawa payung merah jambu yang kau belikan setahun lalu. Di atas trotoar samping cafe yang dulu senantiasa kita singgahi, aku rehat sejenak, menoleh ke belakang, berharap kau mengejar dan membatalkan keputusanmu untuk hengkang dari kisah yang belum menemui episode akhirnya ini. Tapi nihil, tak terlihat sepatu biru favoritmu dari kejauhan yang melangkah kemari. Aku lantas terpaku, melihat satu per satu kendaraan yang lalu lalang, kemudian berpikir untuk mengakhiri hidupku saja. Namun beruntung, aku masih punya akal sehat yang menghalangiku untuk melakukannya.

Lalu, ku pandangi langit yang agak temaram. Satu per satu, rintik hujan menghujami mataku yang sedari tadi sudah terlihat sembab. Sore ini gerimis, namun matahari masih terlihat setengahnya. Aku pun kembali mengalihkan pandangan ke jalan yang ramai itu, lalu melangkah lagi dengan berat hati, berharap kakiku masih kuat menapaki jalan yang licin menuju rumah. Langkahku tak tentu, disertai lamun yang sedari tadi tak juga kusudahi, masih berpikir mengenai kejadian barusan, sebuah kecupan pahit dari seseorang yang masih sangat ku sayang yang seolah mengatakan "Sayang, kita berhenti cukup sampai di sini. Aku tak bisa lanjut." Begitulah yang didengar hati kecilku dari pertemuan terakhir itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 29, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Setelah Hujan RedaWhere stories live. Discover now